Thursday 23 April 2015

Separuh Hidupku di Yogyakarta

Yogyakarta, yah itulah sebuah tempat di mana separuh hidup dan mimpi-mimpiku tumbuh dan tercipta, dimana hari-hariku pernah dihabiskan dan terlewati.
Yogyakarta, kota dimana banyak orang memimpikan untuk tinggal di dalamnya. Kota dengan beribu budaya dan wisata yang masih tetap terjaga.




Tak pernah terpikirkan bisa menghabiskan sebagian hidupku disini, serasa ini masih halusinasi saja. Dari awal aku memang pernah memimpikan untuk melanjutkan pendidikanku di Yogyakarta. 
Dan kini mimpi kecil itu nyata, sudah hampir 2 tahun ku habiskan waktu-waktuku di kota budaya ini. Memang tak di universitas negeri ternama, tapi disini banyak hal yang kutemukan yang mungkin tak kudapatkan di sekolah lain. Keinginan menggapai cita-cita dengan menuntut ilmu di universitas negeri memang ada sejak awal, tapi aku yakin ini adalah pilihan terbaik buatku. Yang lebih terpenting lagi aku bangga sekolah di tempat ini.



Memang seperti tak terasa waktu berjalan, dan ternyata aku sudah cukup lama hidup di kota ini. Awalnya memang sangat terasa berat dimana aku harus meninggalkan rumah dan jauh dari keluarga yang seumur hidupku baru pertama ini. Meninggalkan kebiasaan dan keseharianku disana dan kini harus beradaptasi dengan hal baru yang ada disini. Meninggalkan teman-teman yang biasanya selalu ada di keseharian. Meninggalkan tempat nyaman yang biasanya aku datangi. Ini semua berat sekali buatku.

Jauh dari keluarga dalam waktu yang cukup lama membuatku terkadang sering merindukan rumah. Baru sebentar saja aku sudah teringat dan ingin kembali. Rasanya hari-hari disini terasa begitu lama. Setiap hari hanya bisa memandangi jadwal dan kalender berapa lama lagi aku harus bertahan dan berapa lama lagi aku harus menunggu untuk pulang.

Semua itu kini mulai berubah dan semuanya sudah mulai terbiasa. Ketika disini aku menemukan hal baru yang kini aku senangi. Menemukan teman-teman baru, menemukan teman yang sudah seperti sahabat atau bahkan saudara. 
Aku mulai mengerti bahwa perjalanan hidup tidak selamanya pada satu tempat, bisa saja di tempat lain yang akan terus berganti dimana itu. Yah ini mungkin memang jalan sang Pencipta agar ku hidup lebih mandiri dan tak semuanya mengandalkan orang tua. Mungkin ini cara untuk membuatku lebih berkembang dan ini seakan pelatihan tuk menjadi hidup lebih dewasa.

Disini aku banyak mengenal hal baru dari apa itu angkringan, sego kucing, wedang ronde, burjo dan masih banyak lagi. Aku gak tau apa itu burjo, awalnya aku kira itu bubur kacang ijo haha. Aku gak tau apa itu angkringan, Bagaimana rasanya berbahasa ala logat orang Jogja yang bahasanya sedikit berbeda dengan aku yang asli orang Malang. 
Menggunakan kata piye, kowe, bocah haha, Awalnya memang sedikit aneh dan serasa bukan diriku, makhlum kalau orang Malang memang sedikit keras bahasanya, nah kalo disini harus penuh dengan kelembutan dan kemedokan. Disini aku jadi mengerti itu semua.

Tak lama lagi aku akan meninggalkan tempat ini, meninggalkan semua hal-hal yang pernah terjadi disini untuk kehidupan baru di kampung halaman atau bahkan mungkin di tempat lain. 
Bila bisa aku ingin sekali menjalani dua kehidupan di sini dan di rumah. 

Bagaimanapun ini sudah seperti rumahku. Semua sudah seperti keluarga dan saudara. Akan terasa begitu berat rasanya ketika nanti harus meninggalkan semua yang pernah terjadi dan terkenang disini. Meninggalkan teman-teman disini yang mungkin akan sulit untuk bertemu kembali atau bahkan takkan ketemu lagi.




Ini semua memang kehidupan dimana perpisahan itu akan selalu terjadi di setiap kita hidup dengan orang lain. Semua akan bertemu dengan sebuah kalimat selamat tinggal. Dimana itu adalah hal yang paling kubenci dikehidupan. 



Terima Kasih Yogyakarta 

Karena kau telah menampungku disini.
Terima kasih memberikan tempat tinggal dan kehidupan baru
Terima kasih telah memberikan keluarga dan teman baru
Sungguh ini adalah puncak kesedihanku ketika diriku nanti takkan melewati keseharian disini lagi

Saat nanti diriku harus meninggalkannya dan tak kembali
Saat semua hanya akan tersisa memori-memori di sudut ruang
Hanya akan ada tengokan ke belakang tentang ingatan
Hanya akan ada gambar akan halusinasi masa lalu itu
Suatu saat tentunya aku akan datang kembali

Entah menjadi bagian kota ini lagi 
atau hanya sekedar sebagai wisatawan
yang ingin mengenang bahwa dirinya dulu pernah tinggal disini.
Ku harap kau menerimaku lagi dengan senang hati

Sekali lagi Terima Kasih Yogyakarta, aku bahagia pernah hidup disini dan bangga pernah menjadi bagian dari kota ini :D


Baca selengkapnya

Friday 17 April 2015

Pendakian Gunung Merbabu via Selo Boyolali

Gunung Merbabu adalah salah satu gunung yang sangat populer dikalangan para pendaki gunung di Indonesia. Gunung Merbabu  terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.142 Mdpl. Gunung ini memiliki medan pendakian yang tidak terlalu sulit namun mempunyai pemandangan yang sangat indah. Gunung Merbabu sendiri berdiri berdekatan dengan Gunung Merapi di sebelah selatannya. 






Gunung Merbabu dapat di daki melalui 4 jalur dengan 1 jalur baru yaitu :
1. Jalur Selo (Boyolali)
2. Jalur Wekas (Magelang)
3. Jalur Cunthel (Magelang)
4. Jalur Thekelan (Magelang)
5. Jalur Suwanting (Magelang)


Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Selo Boyolali

Untuk menuju basecamp pendaki Gunung Merbabu via Selo kita naik bus jurusan Magelang-Boyolali kemudian turun di Polres Selo. Dari Selo tidak ada angkutan yang bisa digunakan untuk menuju basecamp dan salah satu cara yang bisa kita pakai adalah dengan naik ojek. 
Disini terdapat 2 basecamap yang bisa kita gunakan yang letaknya sekitar 50 meter sebelum gapura jalur pendakian gunung merbabu. Ada papan penujuk di depan basecamp sehingga para pendaki bisa dengan mudah menemukannya.


Setelah sampai di basecamp kita dapat melakukan registrasi dengan tarif sekarang Rp 10,000 per orang. Jika menitipkan motor dikenai biaya Rp 5000 per motor. Di Gunung Merbabu tidak diberlakukan sistem kuota, jadi tidak ada batasan berapa jumlah pendaki yang boleh naik kecuali ada hal-hal penting tertentu seperti kebakaran hutan, atau jalur pendakian longsor atau juga ada pencarian pendaki yang hilang.
Untuk melakukan registrasi kita bisa menggunakan KTP, KTM atau SIM untuk keperluan pendataan jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

Basecamp - Pos 1 (Dok Malang)


Dari basecamp perjalanan dimulai dengan melewati gerbang pendakian Gunung Merbabu jalur Selo. Setelah itu kita akan berjalan di tengah hutan pinus yang biasanya digunakan sebagai camping ground. Dari sini jalur pendakian masih terbilang cukup landai dan jelas karena sepanjang jalan menuju Pos 1 terdapat banyak petunjuk arah yang bisa menuntun kita. Untuk menuju Pos 1 diperlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan.





Pos 1 sendiri berupa sebidang tanah yang bisa kita gunakan untuk mendirikan beberapa buah tenda saja. Pos ini terletak di tengah hutan sehingga pemandangan terhalang oleh pohon-pohon. Di pos 1 juga tidak ada bangunan atau shelter yang bisa kita buat berteduh ketika hujan, selain itu juga tidak ada sumber mata air disini.




Pos 1 - Pos 2 (Pandean)

Selepas Pos 1 menuju Pos 2 perjalanan dimulai dengan jalur yang masih landai yang membentang di tengah hutan tropis yang udaranya sejuk. Di tengah perjalanan kita akan menemukan pos bayangan. Sebelum pos bayangan ada tanjakan yang cukup terjal dan ini adalah trek terberat selama perjalanan menuju Pos 2. Diperlukan waktu sekitar 45 - 60 menit perjalanan untuk sampai di Pos 2.

Kondisi Pos 2 hampir sama dengan Pos 1 hanya berupa sebidang tanah tanpa adanya shelter. Pos ini juga berada di tengah hutan jadi masih tidak ada pemandangan yang bisa dilihat.



Pos 2 - Pos 3 (Watu Tulis)

Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Pos 3 yang kali ini jalur pendakian sudah mulai terbuka dan sudah mulai sedikit menanjak. Disini kita sudah bisa menyaksikan pemandangan lembah pegunungan dan bunga edelweiss yang tumbuh di lereng gunung. Untuk sampai di Pos 3 diperlukan waktu sekitar 30 - 45 menit.

Pos 3 ini berupa tanah datar yang cukup luas. Di pos ini pendaki bisa mendirikan banyak tenda. Disini medannya terbuka sehingga angin akan berhembus kencang karena tidak adanya pohon. Pemandangan di Pos 3 ini sangat indah dengan view Gunung Merapi yang tampak berdiri dengan gagah.


Pos 3 - Pos 4 (Sabana 1)

Untuk menuju Pos 4 kita harus melewati jalur yang bisa dibilang paling terjal sepanjang pendakian via Selo. Jalur yang dilewati berupa tanah merah yang sangat berdebu ketika musim kemarau dan akan sangat licin ketika hujan. Banyak percabangan di sepanjang jalan, tapi semua kan kembali mejadi satu sebelum tiba di Pos 4. Sebelum Pos 4 kita akan melewati sebuah tanah lapang yang bisa kita gunakan untuk mendirikan tenda. Pemandangan sepanjang perjalanan sangatlah indah dengan pemandangan padang savana yang membentang luas. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di Pos 4.








Pos 4 sering disebut Sabana 1 karena memang pos 4 terletak di pinggir sabana yang luas dan indah. Di pos 4 juga tidak ada shelter untuk berteduh. Biasanya para pendaki mendirikan tenda di dekat pohon untuk melindungi dari terpaan angin yang berhembus kencang.





Pos 4 - Pos 5 (Sabana 2)

Selepas pos 4 perjalanan dilanjutkan menuju Pos 5 atau banyak yang menyebutnya Sabana 2. Di sepanjang perjalanan kita akan melewati pemandangan yang menawan dan akan terlihat sabana 1 yang begitu indah jika dilihat dari tempat yang lebih tinggi. Kita harus melintasi padang yang terbuka dengan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Pos 5. 








Pos 5 letaknya berada di pinggir sebuah sabana. Di Pos 5 biasanya para pendaki mendirikan tenda untuk menginap sebelum dini hari melanjutkan perjalan ke puncak.

Pos 5- Puncak Kenteng Songo

Sepanjang perjalanan menuju puncak kita akan menemukan banyak bunga edelweiss yang sangat indah. Jalur yang dilalui terus menanjak hingga sampai ke puncak. Jalur berada di area yang terbuka sehingga kabut dan angin langsung menerjang kita. Untuk sampai di puncak membutukan waktu sekitar 1 jam.

Puncak Kenteng Songo adalah puncak paling tinggi diantara 7 puncak di Gunung Merbabu. Dari sini kita dapat melihat Gunung Merapi yang berdiri dengan gagah di sebelah selatan.















Baca selengkapnya

Thursday 16 April 2015

Sebatas Angan



"Wahai Penguasa,

Berikan aku sebuah lentera,
agar ketika aku kembali merajut asa dan cinta, aku tak tersesat dalam sebuah kegelapan.


Wahai Penguasa,

Aku hanya ingin bertanya sampai kapan akhir kisah ini berujung?
Dimana kah dia yang kau utus untuk menjadi seorang Dewi di kehidupanku?
Apakah dia masih Kau simpan di tempat yg Kau namakan istana?


Beri tahu aku dimana aku harus berlabuh sebenarnya.

Saat semuanya terasa luluh lantak.
Kasih tau aku dimana dermaga untukku berlabuh.
Supaya aku segera menghela nafas di kehidupan yang baru.


Aku ingin terlepas dari jeratan yang menghambatku untuk maju

Disetiap langkah ini ada sebuah bayang yang membayangiku


Kini aku hanya bisa berjalan sepi tanpa tau dimana asa diriku

Aku tidak bisa berucap ketika aku ingin sekali mengatakan sesuatu
Jika kutak temukannya, semoga dia bahagia dipertemuan lain"


Aku hanyalah sebatas mimpi kecil

Dimana hanya sedikit orang memimpikannya


Disaat aku terlelap asyik dalam sebuah sampan di tengah lautan

Disaat itu hidup yang serasa hanya terombang-ambing tanpa sebuah kepastian

Beginilah aku dengan sebatas anganku
Menjelajah mencari cari
Dengan sisa sisa akhir perjuanganku
Saat semua berada di ujung keputus asaan
Dan saat semua terasa akan berakhir seperti ini

Aku berusaha bertahan 
Namun hatiku sudah berkata ingin menyerah
Meski sebenarnya kutak ingin

Jangan tahan aku
Sejenak saja aku ingin menghela nafas
Melakukan apa yang ku suka
Agar aku bisa mewujudkan mimpi-mimpi
Selagi masih ada hari dan masaku

Jika kau lelah menantiku
Tinggalkan saja diriku
Karena sejujurnya aku selalu memperjuangkanmu
Meski upaya ini selalu tak pernah berujung

Lepaskan saja, agar kau bebas
Jangan mengharapkanku
Karena aku tak tau kapan diri ini sampai di hadapanmu
Lepaskanlah
Supaya kau bisa temukan yang lain


Tapi,
Satu hal yang perlu kau tahu
Aku selalu menunggumu disini
Di penantian yang tak pernah berujung"






Baca selengkapnya

Mendaki Gunung Lawu via Cemoro Sewu

Gunung Lawu adalah salah satu gunung dari banyak gunung yang terdapat di Pulau Jawa. Bagi sebagian besar pendaki gunung tentunya sudah tidak asing lagi dengan gunung yang berketinggian 3.265 mdpl ini. Gunung Lawu merupakan gunung yang sudah tidak aktif lagi atau mati. Gunung Lawu terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Untuk mendaki Gunung Lawu terdapat tiga jalur yakni Jalur Cemoro Kandang yang berada di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jalurnya agak panjang namun dengan medan yang lebih landai. Yang kedua Jalur Cemoro Sewu yang berada di Kabupaten Magetan Jawa Timur yang jaraknya hanya 500 meter dari Cemoro Kandang. Jalur Cemoro Sewu memiliki trek yang agak menanjak tapi dengan waktu tempuh yang cukup singkat. Yang ketiga yaitu Jalur Candi Cetho, jalur ini merupakan jalur pendakian terbaru untuk mendaki Gunung Lawu. Banyak yang tidak memilih jalur ini meskipun memiliki pemandangan yang lebih indah dibanding kedua jalur di atas, tapi dengan jarak tempuh yang paling panjang. 


Jalur Pendakian via Cemoro Sewu

Jalur Cemoro Sewu berupa jalur berbatu yang sudah tertata rapi sampai ke puncak. Jalur ini bisa dibilang jalur yang paling ramai yang dipilih oleh para pendaki.


Basecamp - Pos 1
Basecamp Cemoro Sewu terletak diketinggian 1.600 mdpl. Dari gerbang masuk basecamp cemoro sewu perjalanan dimulai dengan melewati jalur makadam atau batu yang sudah tertata. Disini kita melewati pohon-pohon cemara yang rimbun dengan medan yang masih landai. Untuk menuju Pos 1 diperlukan waktu sekitar 1 jam. Di Pos 1 terdapat sebuah bangunan beratap seng dan biasanya juga digunakan untuk menjual makanan oleh masyarakat sekitar.


Pos 1 - Pos 2
Dari Pos 1 menuju Pos 2 perjalanan masih berupa jalan batu karena memang sampai puncak jalannya sudah berupa batu seperti ini. Dari sini medan sudah mulai menanjak tapi masih terbilang banyak yang landai. Diperlukan waktu sekitar 90 menit untuk mencapai Pos 2. Di Pos 2 kondisinya hampir sama dengan Pos 1 yakni ada sebuah bangunan beratap seng atau shelter yang bisa kita gunakan untuk beristirahat. Disini juga ada tempat datar yang bisa kita gunakan untuk mendirikan tenda.



Pos 2 - Pos 3
Untuk menuju Pos 3 medan yang ditempuh sudah semakin menanjak. Hampir tidak ada jalan landai. Diperlukan waktu sekitar 1 jam berjalan untuk sampai di Pos 3. Di Pos ini juga terdapat shelter yang bisa kita gunakan untuk beristirahat dan mendirikan beberapa tenda.




Pos 3 - Pos 4
Selepas Pos 3 jalur semakin menanjak lagi. Tidak ada sama sekali jalur landai. Disini ketinggian sudah mencapai sekitar 2.800 mdpl. Semakin dekat dengan Pos 4 maka akan ditandai dengan adanya pegangan besi yang berada di samping kanan kiri jalur pendakian. Di Pos 4 ini tidak terdapat shelter dan hanya ada papan bertuliksa Pos 4. Ukuran Pos 4 ini sangat sempit hanya cukup untuk 1 atau 2 tenda saja. Diperlukan waktu sekitar 1 jam dari Pos 3 menuju Pos 4.


Pos 4 - Pos 5
Untuk menuju Pos 5 dari Pos 4 hanya diperlukan waktu sekitar 10-15 menit saja mengingat jaraknya memang berdekatan. Di Pos 5 ini terdapat beberapa warung yang menjual makanan dan minuman. Disini kita juga bisa mendirikan tenda karena areanya yang luas.

Pos 5 - Sendang Drajat
Jika di Pos 5 tempat untuk mendirikan tenda sudah penuh, maka kita bisa melanjutkan perjalan ke Pos Sendang Drajat yang hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja dengan jalur yang landai. Di Sendang Drajat terdapat sumber mata air bersih yang bisa kita gunakan untuk memasak dan mengisi air minum. 
Di Sendang Drajat juga terdapat sebuah warung yang menjual makanan dan minuman. Tidak jauh dari Sendang Drajat juga ada warung yang sangat terkenal dikalangan pendaki yakni Warung Mbok Yem. Sama dengan warung yang lainnya, di warung Mbok Yem ini juga menjual makanan dan minuman serta pendaki bisa mendirikan tenda disekitar sini. Disini adalah spot terbaik yang terbaik untuk melihat sunrise di Gunung Lawu.

Sendang Drajat - Puncak Hargo Dumilah
Untuk menuju puncak hanya diperlukan waktu sekitar 30 menit dengan medan yang cukup menanjak. Di Puncak Lawu terdapat sebuah tugu triangulasi sebagai tanda Puncak Gunung Lawu. Di puncak kita bisa melihat pemandangan Gunung Merbabu dan Merapi di sebelah barat serta pemandangan Gunung Arjuno - Welirang di sebelah timur.




Baca selengkapnya

Wednesday 15 April 2015

Mendaki Gunung Slamet via Bambangan Purbalingga

Gunung Slamet ? Gunung Slamet adalah salah satu gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal dan Pemalang, Jawa Tengah. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.428 mdpl dan merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. 

Gunung Slamet dapat didaki melalui tiga jalur yang paling populer yakni jalur sebelah barat Jalur Kaliwadas, sebelah selatan Jalur Batu Raden dan sebelah timur Jalur Bambangan. Dari ketiga jalur tersebut yang paling terdekat adalah Jalur Bambangan, selain pemandangannya indah juga banyaknya kera liar yang dapat kita temui sepanjang perjalanan menuju puncak.




Jalur Pendakian via Bambangan

Jalur Bambangan adalah jalur pendakian yang paling populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Jalur ini merupakan jalur terpendek dibandingkan dengan jalur Batu Raden dan Kali Wadas.

Untuk akses transportasinya dari Kota Purwokerto naik bus jurusan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus tujuan Bobot Sari dan turun di Serayu. Dari sini perjalanan disambung menggunakan angkutan pedesaan menuju desa Bambangan yang merupakan desa terakhir di kaki Gunung Slamet.

Desa Bambangan ini berada di ketinggian 1.279 mdpl. Disini para pendaki bisa menyiapkan perlengkapan dan mengurus segala administrasi pendakian. 






Dari Basecamp (1.502 mdpl) pertama-tama kita akan melewati jalan aspal sampai masuk ke pintu gerbang pendakian. Setelah melewati pintu gerbang pendakian kita harus mengambil jalan belok ke kanan menyeberangi sungai. Ketika musim hujan aliran sungai akan deras dan akan menutupi batu-batu sehingga kita kesulitan untuk menyeberanginya. Ketika perjalanan ke puncak, pastikan sungai harus terus berada di sebelah kiri. 

Setelah itu kita akan melewati kawasan ladang penduduk. Setelah melewati ladang kita akan sampai di sebuah lapangan rumput. Dari lapangan rumput kita mulai memasuki hutan pinus dan kemudian jalur cukup menanjak. 




Setelah itu kita akan melihat Pos 1 (Pondok Gembirung) berupa bangunan yang sekarang digunakan untuk berjualan oleh warga sekitar. 

Waktu yang diperlukan dari basecamp menuju Pos 1 (Pondok Gembirung) adalah sekitar 2 jam.

Selepas Pos 1 pendakian dilanjutkan dengan memasuki hutan raya Gunung Slamet. Di perbatasan antara ladang dan kawasan hutan, kita akan berjumpa dengan sebuah patok di sisi kiri jalan. Setelah itu kita akan memasuki hutan yang begitu lebat. Setelah memasuki hutan, jalur yang dilalui akan sangat lembab karena cahaya matahari tak bisa menembus hutan Gunung Slamet yang lebat ini. Jalur yang akan kita lalui sampai pos 5 akan terus membentang di tengah hutan. 



Berjalan di tengah lingkungan hutan selama 1,5 jam jam kita akan sampai di Pondok Walang atau Pos 2. Selepas Pondok Walang jalur masih seperti sebelumnya masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang cukup lebat. 





Dari Pos 2 kita berjalan sekitar 2 jam kita akan sampai di Pondok Cemara atau Pos 3 dengan medan masih sama berupa hutan dengan banyak semak semak.



Pondok Cemara berupa tanah datar yang cukup luas dan cukup rindang karena di bawah pepohonan.

Selepas Pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju Pos Samaranthu atau Pos 4. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 - 1,5 jam. 

Pos Samaranthu berasal dari 2 suku kata yaitu samar dan hantu. Para pendaki biasanya menghindari untuk ngecamp dan mendirikan tenda di tempat ini karena katanya tempat ini sangat angker dan banyak pendaki yang sering diganggu makhluk halus ketika bermalam disini. 




Sekitar 20 menit dari Pos Samaranthu kita akan sampai di Pos 5 atau Samyang Rangkah. Di Pos 5 ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Untuk mengambil air kita dapat melewati jalan menurun di sisi kiri jalur. 



Di Pos 5 ini juga terdapat sebuah bangunan yang dapat kita gunakan untuk bermalam. Di depan pos ini juga ada area yang datar dan bisa kita gunakan untuk mendirikan tenda. Untuk sampai ke pos 5 dari basecamp diperlukan waktu sekitar 4-5 jam.


Dari Pos 5 menuju Pos 6 atau Samyang Katebonan kita harus berjalan sekitar 30-45 menit dengan medan sekitar berupa hutan lamtoro.  


Sampai di pos 6 kita terus berjalan sampai akhirnya tiba di Pos 7 atau Samyang Kendit dengan waktu berjalan sekitar 30 menit dari Pos 6. Di Pos 7 ini ada sebuah bangunan yang bisa kita gunakan untuk bermalam.




Dari Pos 7 menuju Pos 8 (Samyang Jampang) membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan medan sudah berupa bebatuan dan masih didominasi hutan lamtoro.
Dari Pos 8 menuju Plawangan kita akan melewati jalur yang lebih berat lagi. Di jalur ini kita keluar dari hutan dan menuju lahan terbuka. Plawangan merupakan pintu masuk menuju puncak Gunung Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur.

Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan. Di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan.


Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki sewaktu pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu sekitar 1 jam. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan yang biasa disebut Segoro Wedi. 

Di Puncak Gunung Slamet kita akan menemukan sebuah in memoriam yang bertuliskan Surono. Surono adalah seorang pendaki yang tewas di puncak karena terjatuh dari jurang. Untuk menghormati kematiannya maka namanya dijadikan sebagai nama puncak tertinggi Gunung Slamet sehingga pendaki sering menyebutnya Puncak Surono. 





Baca selengkapnya

Tuesday 14 April 2015

Mimpi Yang Takkan Terhenti

Menjadi manusia yang penuh dengan sejuta impian membuatku penuh dengan semangat dan gelora untuk mewujudkannya. Hanya mimpi-mimpi inilah yang masih memberikan harapan pada saya untuk tetap percaya dan tak patah semangat bahwa kehidupan ini bukan hanya masalah tentang cinta dan uang.




Mimpi-mimpi ini semakin bermunculan dengan mimpi baru seiring bertambahnya waktu. Mungkin mimpi-mimpi yang lama kini sudah mulai tersisihkan di sudut ruang. Mimpi ini tumbuh mengalami penyesuaian.

Untuk beberapa tahun kedepan mimpi saya masih tetaplah sama untuk menembus dan menjelajahi bumi nusantara ini. Tentunya tanpa mengabaikan mimpi lama untuk membuat orang-orang yang disayangi bahagia, khususnya keluarga. 

Buat kehidupan saya sekarang my life, my adventure. Hidup saya adalah perjalanan dan petualangan. Tubuh ini tidak bisa hanya berdiam diri saja tanpa tau dan mengenal seluruh yang ada di nusantara. Menjelajahi tanah air yang indah ini selagi masih ada daya dan upaya. 

Kecintaan saya akan mendaki gunung saat ini menambah gejolak hati saya untuk bisa menapaki puncak-puncak yang ada di tanah air Indonesia ini. Saat ini sebelas gunung yang sudah pernah saya kunjungi, yang terakhir awal April kemarin ke Gunung Sindoro. Selama saya menuntut ilmu disini yakni di Yogyakarta saya sudah menargetkan sejak awal bisa mendaki gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah. Dan target saya dipertengahan tahun 2015 ini bisa mendapatkan kesempatan mendaki gunung terakhir yang menjadi target saya di Jawa Tengah, yakni Gunung Slamet. 

Setelah itu pada saat liburan semester depan, yakni mewujudkan mimpi yang tertanam lama yakni mendaki Gunung Rinjani pada akhir bulan Juni. Gunung Rinjani adalah gunung yang saya impi-impikan setelah saya mendaki Gunung Semeru pada Agustus tahun 2014 kemarin. Untuk menggeluti hobi ini tentu saja diperlukan biaya yang tidak sedikit, dan kehidupan sebagai mahasiswa yang jauh dari keluarga membuat saya harus bisa mengatur keuangan dengan baik. Disisi lain karena saya belum bekerja dan disisi lain harus membagi antara hobi dan biaya hidup selama disini.

Setelah Gunung Rinjani, rencana yang sudah saya susun bersama teman-teman saya yakni ingin mendaki Gunung Argopuro pada liburan setelah lebaran. Gunung Argopuro adalah gunung dengan jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa.

Setelah Gunung Rinjani dan Argopuro, rencana jangka panjang dan kedepan saya yakni bisa mencapai puncak-puncak di Jawa Barat terutama Gunung Gede Pangrango dan Cikuray. Selain itu saya juga sangat berkeinginan untuk pergi ke baratnya lagi tepatnya ke pulau seberang (sumatera). Satu keinginan terbesar di Pulau Sumatera adalah mendaki Gunung Kerinci. Ini adalah gunung berapi tertinggi di Indonesia. Saya begitu memimpikannya untuk bisa datang kesana, tapi untuk saat ini dana masih menjadi halangannya. Mungkin suatu saat nanti jika sudah lulus dan sudah bisa bekerja mencari uang sendiri.

Di usia yang sekarang ini saya berharap agar bisa berpenghasilan sendiri dan bisa nabung buat masa depan dan keluarga dan sebagian disisihkan untuk Indonesia. Bagaimanapun Indonesia telah membuat saya jatuh cinta seutuhnya. Tanah tempat kita dilahirkan ini adalah surga rumah kita yang wajib untuk dikunjungi dan dijaga sampai mati. Tak ada yang dapat menjelaskan betapa indahnya, hanya hati yang dapat merasakannya. 

Jika dari gunung-gunung di atas sudah pernah, maka perasaan ini mungkin sudah sedikit lega. Tinggal mungkin yang di angan-angan Gunung Tambora dan beberapa wisata alam Indonesia yang eksotis untuk dikunjungi.

Bagaimanapun keinginan untuk menjelajahi nusantara tidak akan pernah terkikis habis sampai diri ini benar-benar sudah tidak ada daya dan upaya lagi. Kecintaan pada tanah air ini tidak akan pernah berkurang sedikitpun sampai suatu saat raga ini kembali menyatu dengannya lagi.
Mimpi-mimpi tentang negeri ini selamanya takkan pernah mati dan terhenti oleh waktu. Selamanya akan tetap mengabadi dan tumbuh di kehidupan yang baru. Bersama mereka jiwa yang terpilih dan dihinggapi mimpi-mimpi yang sama. Salam Lestari!!


Baca selengkapnya

Sunday 12 April 2015

Tentang Mimpi Bahagia

Apa sebenarnya arti dari bahagia sesungguhnya?
Bahagia adalah sebuah kata dimana setiap insan kehidupan menginginkannya. Banyak cara untuk bahagia, tergantung bagaimana kita menyikapi setiap hal yang ada di kehidupan kita. 

Kebahagiaan gak hanya bisa didapat bagi mereka yang hidup serba kecukupan atau bergelimpangan harta saja, tapi juga bagi mereka yang hidup dengan penuh keterbatasan juga bisa meraih apa yang namanya bahagia. Setiap orang berhak untuk memperoleh bahagia atas hidupnya.




Kebahagiaan itu dimulai saat kamu berhenti membanding-bandingkan tentang apa yang kita miliki dengan apa yang mereka miliki. Nikmati saja apa yang ada karena tidak semua orang juga memilikinya.

Jalan menuju kebahagiaan itu tidaklah mulus dan lancar, melainkan penuh duri dan penderitaan. Bagi mereka yang sabar dan kuat melewatinya, kebahagiaan akn mereka dapatkan.

"Bahagia itu sederhana", lantas bagaimana caranya? Dengan mensyukuri apa yang ada dan kita punya itu sudah merupakan sebuah kebahagiaan yang bisa kita peroleh dengan cara sederhana. Beryukur atas kesehatan, rizki, kasih sayang dan semua kenikmatan yang ada.

"Bahagia itu Ikhlas", rela menerima dengan senang hati segala sesuatu yang terjadi dan mempercayai bahwa ini adalah jalan yang terbaik yang diberikan Tuhan pada kita. Apa yang sudah ditakdirkan Tuhan, kita harus bisa menerimanya, karena Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita kedepan.

Dimana letak bahagia? Bahagia itu terletak di dalam hati manusia. Hanya hati yang dapat merasakannya. Kenapa kita gak bisa merasakan bahagia? Mungkin karena di dalam hati kita masih ada dendam, kebencian, atau iri pada orang lain. Selama kita masih menyimpan dendam dan amarah dalam hati, selamanya kita gak akan bisa merasakan bahagia sekecil apapun. Hidup hanya akan selalu dipenuhi dengan kekhawatiran dan kewaspadaan.

Bahagia memang tak bisa didefiniskan dengan kata-kata, yang jelas menurut saya bahagia itu disaat kita merasa nyaman dan senang dengan apa yang kita jalani dan kita punya saat ini. Disaat kita tidak mau pergi dari zona ini dan ingin tetap seperti ini.

"Bahagia itu pilihan" Kenapa bahagia itu pilihan ? Setiap orang memang menginginkan bahagia, tapi banyak orang yang tidak mau memilih untuk bahagia. Sejujurnya mereka yang menentukan sendiri apakah mau bahagia atau tidak. Jika mereka menginginkan bahagia, tentu saja mereka harus mau memperjuangkan kebahagiaannya.

Bahagia bukanlah masalah punya pasangan atau pacar. Disatu sisi mungkin itu memang salah satu macam bahagia yang sebagian besar orang paling inginkan, tapi bahagia bukan semata karena hal itu. Bisa menikmati hari-hari yang tersisa di kehidupan dengan sebaik-baiknya dengan melakukan hal kecil yang kita sukai itu juga merupakan bahagia. Apalagi jika kita bisa memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan berguna buat orang lain. Buat saya itu adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidup disaat kita bisa berbagi dan berguna untuk orang-orang yang kita sayangi. Terutama buat keluarga dan khususnya orang tua yang membesarkan kita.

Bahagia itu sebenarnya mudah jika kita memang benar-benar mengerti dan memahami kehidupan. Saat kita menggantungkan dan mempercayakan semuanya pada Sang Maha Pembuat Bahagia. Mulai sekarang nikmatilah hidupmu dengan sebaik-baiknya selagi bisa dan masih ada kesempatan di dunia. Jadi mulai sekarang manfaatkan dengan baik waktumu untuk bahagia.





Baca selengkapnya

Kerinduan Akan Mendaki Gunung

Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya "Apa sih enaknya naik gunung ? Padahal mendaki itu capek, dan harus berjalan jauh, masih enakan di rumah" Banyak orang beranggapan mendaki itu adalah sebuah aktivitas yang kurang kerjaan dan buang-buang waktu, apalagi terkadang juga membahayakan keselamatan. Bagi orang yang memang tidak suka dengan kegiatan yang menantang dan memerlukan usaha yang keras hal itu memang wajar.

Kegiatan mendaki gunung memang penuh seni dan itu semua hanya bisa dipahami oleh mereka yang suka dan pernah mendaki gunung. Padahal bayangkan sendiri mendaki gunung itu harus susah payah membawa tas besar berat, terus berjalan jauh, tapi semua itu seni bagi mereka yang bisa memahaminya. Buat mereka itu adalah arti sebuah pengorbanan besar.



"Mendaki gunung adalah perjalanan hati untuk menaklukkan dirimu sendiri"

Mendaki gunung itu adalah sebuah perjalanan untuk menaklukkan hati dan diri sendiri. Dimana kita harus bisa mengontrol diri disaat lelah dan bagaimana menyemangati diri disaat akan menyerah. Saat mendaki gunung kita harus bisa mendobrak zona nyaman kita. Tentu saja karena di gunung tidak akan sama seperti di rumah. Disaat udara dingin, air yang terbatas dan kondisi fisik yang mulai lelah, kita harus tetap tegar dan tidak boleh menyerah. Kalau kita gak bisa keluar dari zona nyaman, kemungkinan besar kita akan gagal untuk sampai di puncak dan akan berhenti di tengah jalan. Hanya dengan mengalahkan ego dalam diri, barulah kita layak untuk menggapai puncak-puncak tertinggi.

"Mendaki membuat kita berusaha lebih percaya pada diri sendiri"

Mendaki gunung berarti kita harus berhadapan dengan alam bebas dan meninggalkan peradaban jauh di belakang kita. Gak ada lagi yang namanya serba ada dan serba praktis. Ini alam dan kita harus berusaha mandiri. 
Di gunung kita akan merasakan rasanya menjadi manusia seutuhnya, maksudnya kita harus mengandalkan dan menggunakan segala indra kita seluruhnya dengan baik dan secara penuh. Yang bisa kita andalkan adalah diri sendiri, menggunakan tangan dan kakimu untuk mencapai titik yang lebih tinggi.


"Menghargai hal sederhana yang sering terlupakan"

Naik gunung bisa membuat kita mensyukuri banyak hal remeh yang biasanya luput dari perhatian kita. Hal-hal remeh yang kadang menentukan hidup dan mati kita di atas gunung. Misalnya saja air, ketika persediaan air sudah menipis dan menemukan sumber air itu rasanya sudah berasa senang sekali. Padahal bayangkan jika di rumah tinggal ambil saja.
Kita juga bisa mensyukuri makanan yang kita masak meski tidak terlalu matang, tidak terlalu enak. Kita dapat mensyukuri cuaca yang cerah ketika mendaki di musim hujan. Semua hal tak luput dari rasa syukur ketika berada di tempat yang biasanya nyaman kini berada di tempat yang semuanya terbatas.


"Ketika kita selalu kembali, bahkan gunung yang sama"

Mungkin kita sering merasa heran jika melihat pendaki lain yang mendaki gunung yang sama berulang kali. Mungkin yang didaki memang gunung yang sama, tapi selalu ada pengalaman yang berbeda setiap kali mencapai puncaknya. Bisa berupa jalur pendakian yang berbeda, kondisi cuaca maupun interaksi dengan manusia-manusianya. Pengalaman inilah yang membuat gunung terus didaki meskipun berulang kali.


"Dihadapan alam kita merasa lemah dan kecil"

Kita sebagai manusia sering kali jumawa. Kita sering merasa bahwa diri kita adalah makhluk yang tinggi dan mulia sehingga merasa bisa berkuasa atas alam dan isinya. Gunung adalah secuil surga istimewa yang gak hanya menyajikan panorama luar biasa namun juga mengingatkan kita bahwa kita tak lebih dari setitik debu di hadapan semesta ciptaan-Nya.

"Melihat dan menyadari bahwa dunia masih mempunyai tempat yang luar biasa untuk dijelajahi"

Pemandangan dari puncak gunung sanggup menyihir dan menghinotis siapa saja yang melihatnya. Langit dan  bumi bertemu di batas cakrawala dan menyajikan panorama yang membuat kita semua terkesima. Titik tertinggi yang bisa kita pijak ini memberikan sudut pandang yang lain dan tak biasa dimana membuat kita mengerti masih ada tempat istimewa yang bisa kita datangi. Itulah mengapa mendaki tak pernah membosankan dan kita sebagai pendaki tak pernah berhenti mengunjungi puncak-puncak tertinggi.

"Mendaki membuat kita semakin cermat, karena keberhasilan ditentukan saat kita bisa pulang dengan selamat"

Mendaki gunung memang membutuhkan kekuatan fisik dan tekad yang kuat. Memanggul tas besar sambil berjalan berkilo-kilo meter nan jauh, menempuh medan yang curam dan berbahaya, belum lagi ditambah dengan kondisi cuaca yang kadang tak bersahabat dan sulit diprediksi membuat perjalanan pendakian dianggap sebagai kegiatan orang-orang sinting yang nekad dan bosan dengan hidup.
Tapi mereka yang fisik dan tekadnya sudah ditempa berbagai medan dan kondisi alam mengerti bahwa naik atau mendaki gunung bukanlah soal kenekadan untuk semata menaklukkan alam, melainkan bagaimana caranya kembali pulang dengan selamat. Ingatlah bahwa puncak bukanlah akhir dari perjalanan kita. Puncak masihlah setengah dari perjalanan kita karena masih ada perjalanan untuk pulang.

"Pendakian membuka mata kita tentang artinya usaha"

Sekecil apapun langkah kaki kita, semesta akan menghargai setiap upaya yang kita keluarkan. Kemegahan gunung-gunung yang menjulang sudah tampak dari kejauhan. Sebagai manusia kadang nyali kita menciut dibuatnya "Bisakah sampai di puncak?". Puncak gunung akan selalu menjadi sebatas angan dan takkan pernah tergapai jika kita enggan untuk memulai melangkahkan kaki. Kita sadar bahwa setiap langkah kaki kecil punya peran besar untuk mengantarkanmu menuju puncaknya. Setiap hal besar sesungguhnya dimulai dari sesuatu hal kecil.

"Mendaki membuat kita mengerti arti persahabatan dan kesetiakawanan"

Mendaki gunung menguji seberapa kesabaran dan solidaritas kita. Ketika mendaki gunung bersama teman-teman kita, tentunya kita tidak boleh egois. Misalkan saja ada teman yang kelelahan, disitu kita jangan sampai meninggalkannya hanya karena kita masih kuat. Alangkah lebih indahnya jika kita bisa mencapai puncak bersama-sama, karena bukan tidak mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan andai saja kita meninggalkan teman yang kelelahan.

"Sepulang mendaki akan selalu terkenang kegigihan berjuang, kerendahan hati dan kehangatan pribadi yang akan selalu terbawa pulang"

Sebagai manusia yang mempunyai mimpi dan keinginan kita pasti membutuhkan sebuah pencapaian dari keinginan tersebut untuk membuat hidupnya bermakna. Mendaki gunung bukanlah sekedar jalan-jalan biasa bersama teman atau orang terkasih. Perasaan luar biasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata tumpah begitu saja saat kita berhasil mencapi puncaknya. Ini bukanlah pencapaian yang bisa kita dapatkan di tempat lain, melainkan sesuatu yang dibayar dengan langkah kaki, peluh serta semangat yang selalu berkobar.



Baca selengkapnya

Saturday 11 April 2015

Gunung Tambora dan Kedahsyatannya

Gunung Tambora adalah sebuah gunung yang bertipe stratovolcano aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Banyak yang belum terlalu banyak mengenal Gunung Tambora karena mungkin kalah populer dibandingkan gunung-gunung lain yang ada di Indonesia. Gunung Tambora terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.


Konon Gunung Tambora memiliki ketinggian lebih dari 4.300 mdpl, namun karena letusan hebat yang terjadi pada bulan April 1815 menyebabkan Puncak Tambora hilang dan terbentuklah kawah yang sangat luas serta ketinggiannya pun berubah menjadi 2.850 mdpl. Dampak dari letusan ini tidak hanya mengakibatkan ketinggian Tambora berkurang, tapi juga menyebabkan korban jiwa yang begitu besar. Hampir sepuluh ribu korban jiwa yang disebabkan oleh letusan ini. Bisa bayangkan sendiri bagaimana dahsyatnya letusan Gunung Tambora sampai dari ketinggian lebih dari 4.000 mdpl menjadi hanya 2.850 mdpl serta menimbulkan korban jiwa sebanyak itu.


Pada tanggal 11 April 2015 yang baru saja berlangsung diperingati 2 abad meletusnya Gunung Tambora. Presiden Joko Widodo menghadiri peringatan tersebut sekaligus meresmikan Taman Nasional Gunung Tambora. Semua masyarakat mengenang letusan yang terjadi 2 abad silam.

Efek dari letusan itu juga menghasilkan kawah yang begitu besar dan terkenal dengan The Greatest Crater in Indonesia (Kawah Terbesar di Indonesia). Tak hanya itu, letusannya juga dikenal dengan The Largest Volcanic Eruption in History yakni letusan terdahsyat di dunia. 

Gunung Tambora memiliki sejuta keindahan dan fenomena alam, tak hanya kawah tapi juga kita bisa melihat keindahan padang pasir luas di sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga Edelweiss kerdil sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter. Selain itu juga keindahan batuan-batuan berlapis dan pada bagian atasnya datar seperti meja menjadikan fenomena alam yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan sepanjang tebing kawah yang berlapis-lapis.

Yang tidak bisa dilewatkan adalah bisa menikmati Puncak Tambora dengan pemandangan kawah, lautan, Pulau Satonda, padang pasir yang luas dan indah. Oleh karena itu Gunung Tambora termasuk salah satu gunung yang indah di Indonesia, tentunya dengan fenomena alam yang menakjubkan.



Akses Pendakian Gunung Tambora

Pendakian Gunung Tambora dimulai dari sebuah desa bernama Desa Pancasia. Jalur ini merupakan jalur yang paling umum dilalui oleh para pendaki. Desa Pancasila merupakan desa terakhir di kaki Gunung Tambora yang dapat dicapai dengan menggunakan angkutan sejenis bus. Untuk menuju ke Desa Pancasila kita dapat naik bus dari Dompu dengan perjalanan sekitar 5 jam.
Sepanjang perjalanan akan terlihat peternakan dan padang rumput yang sangat luas dengan kerbau yang hidup secara liar. Kerbau tersebut hidup dan berkembang baik secara alami tanpa perawatan khusus dari pemilik lahan. Kondisi alam yang berupa padang rumput sangatlah mendukung untuk proses berkembangnya kerbau di daerah ini.
Industri lain yang berkembang disini adalah industri rotan dan kayu. Selain itu juga terdapat banyak perkebunan kopi, coklat dan jambu mete (jambu monyet).

Jalur Pendakian Gunung Tambora

Dari Desa Pancasila perjalanan dimulai menuju Desa Tambora yang merupakan desa tertinggi dan berada di atas perkebunan kopi. Dari Desa Tambora terdapat jalur pipa yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk sekitar. Jalur ini akan membawa pendaki menuju mata air yang berada di Pos 1. 
Perjalanan menuju Pos 1 darisini memakan waktu sekitar 2,5 jam. Di Pos 1 terdapat sumber air berupa sumur kecil yang airnya mengalir deras. Disini juga terdapat sebuah shelter yang bisa dipakai pendaki untuk beristirahat.

Dari Pos 1 perjalanan dilanjutkan menuju Pos 2 dengan waktu sekitar 2,5 jam. Disini medan masih relatif landai berupa hutan tropis yang vegetasinya sangat rapat sehingga jarang sekali kita dapat merasakan sinar matahari secara langsung. 
Di Pos 2 terdapat sungai kecil yang airnya jernih dan mengalir terus sepanjang musim. Pos ini berada di ketinggian 1.300 mdpl. Di Pos 2 ini juga terdapat beberapa tempat yang datar yang cukup digunakan untuk mendirikan sekitar 4-5 tenda dan ada sebuah shelter beratap seng yang biasa dipakai oleh para pemburu.
Karena lembabnya kondisi di Pos 2 maka banyak kita temui lintah atau pacet. Sebaiknya para pendaki sedikit waspada akan keberadaan hewan tersebut, karena jika sampai menempel dikulit maka akan menghisap darah kita.

Setelah melewati Pos 2 perjalanan dilanjutkan menuju Pos 3 dengan jalur pendakian didominasi tanjakan-tanjakan yang cukup tajam dan terjal. Medannya masih berupa hutan tropis dengan waktu tempuh sekitar 2 jam untuk sampai Pos 3. 
Sampai Pos 3 kita akan menemukan vegetasi yang lebih terbuka dan mulai banyak tumbuh pohon cemara gunung dan ilalang. Di Pos 3 ada shelter dari kayu beratap seng dan juga ada sumber air, akan tetapi lokasinya cukup jauh. Untuk menemukan sumber air pendaki harus turun ke kanan sekitar 15 menit untuk mencapai sumber air. Lokasi di Pos 3 ini cukup luas dan bisa digunakan untuk mendirikan 3-4 tenda.


Dari Pos 3 perjalanan dilanjutkan menuju Pos 4 dengan ketinggian 1.850 mdpl. Diperlukan waktu sekitar 2 jam dari Pos 3 dengan jalur pendakian tidak terlalu menanjak tetapi kita harus berhati-hati karena di sepanjang jalan banyak ditemui tumbuhan jelatang atau pohon jancukan/api-api/rengas. Jika terkena pohon itu maka akan terasa panas dan gatal-gatal.Pohon jancukan atau jelatang ini memiliki daun yang berduri halus di permukaan daunnya. 



1 jam dari pos 4 terdapat sumber air yang dinamai Sori Kalate yang menurut bahasa setempat berarti air sungai berbatu. Sumber air ini berupa genangan air di sungai yang kering dan kualitasnya kurang bagus. Sori Kalate berada di ketinggian 2.050 mdpl.

Sekitar 15 menit dari sumber air Sori Kalate kita akan sampai di Pos 5 yang merupakan pos terakhir sebelum puncak. Disini vegetasi didominasi oleh cemara gunung dan dari sini mulai terlihat Puncak Gunung Tambora dengan jelas. 
Untuk mendapatkan pemandangan yang lebih luas kita bisa membuka tenda dan beristirahat di atas Pos 5, kira-kira 1 jam dari Pos 5. Di situ ada tempat datar yang hanya cukup untuk 2 tenda. Dari tempat ini bisa terlihat puncak Gunung Rinjani dari kejauhan dan pendaki bisa menikmati pemandangan sunset yang luar biasa indahnya.

Summit Attack

Dari tempat camp terakhir diperlkan waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai Puncak Gunung Tambora. Selepas batas vegetasi jalur semakin menanjak dan dipenuhi dengan pasir dan bebatuan. 
Mendekati bibir kawah kita akan menemui dataran yang sangat luas mirip padang pasir dengan butiran pasir yang halus yang sangat menyiksa jika masuk ke dalam mata. Oleh karena itu wajib bagi pendaki untuk memakai kacamata jika mendaki ke puncak. 
Selama perjalanan dari bibir kawah kita akan menemui banyak bunga edelweiss.

Puncak Tambora dengan ketinggian 2.850 mdpl ditandai dengan pondasi beton dan tiang bendera. Dari puncak kita bisa menikmati keindahan kawah dari Gunung Tambora yang membentang luas. Sungguh ini adalah pemandangan alam yang tidak ternilai harganya.



Baca selengkapnya