Wednesday 24 June 2015

Tumbuhan Survival di Alam Bebas

Mendaki gunung dan  bercengkrama dengan alam saat ini tidak dapat dipungkiri telah menjadi daya tarik yang luar biasa tidak hanya bagi pecinta alam, tapi semua kalangan dari yang muda sampai yang tua. Mendaki gunung atau melakukan aktivitas yang berhubungan dengan alam tentunya harus mempunyai persiapan dan kesiapan yang baik. Hal ini dikarenakan semua bisa saja terjadi di alam tanpa kita bisa menduganya. Oleh karena itu mengantisipasi dan mencegah hal-hal buruk terjadi itu lebih baik.


Jika kita berjalan dan melangkah di alam liar salah satu hal buruk yang kemungkinan sering kita alami adalah kehabisan makanan dan minuman. Nah oleh karena itu persiapan sebelum melakukan kegiatan dan bekal pengetahuan sangatlah penting untuk kita bisa menghadapi kerasnya alam dengan segala keterbatasan yang kita punya.

Nah di sini saya hanya ingin sedikit berbagi pengetahuan tentang tumbuhan-tumbuhan apa saja yang bisa kita gunakan untuk survival di alam raya, berikut ulasannya :

1. Daun Pohpohan


Daun Pohpohan mempunyai nama latin Pilea Melastomoides. Tumbuhan ini banyak sekali tumbuh di alam liar. Tumbuhan ini tentunya bisa kita makan jikalau kita sedang kehabisan makanan dan melakukan survival di alam. Tumbuhan ini juga memiliki kandungan gizi yang cocok untuk dijadikan sayuran atau lalapan. 

Daun Pohpohan memiliki ciri-ciri berwarna hijau, daunnya lebar dan pinggirnya seperti gerigi. Baunya harum dan biasanya tumbuh di daerah lembab. Saat darurat kita bisa memakan pucuk daunnya.


2. Daun Semanggi


Nah tentunya sobat sering menjumpai tumbuhan ini yang biasanya tumbuh di area persawahan. Pernahkan sobat mendengar tentang daun semanggi yang berdaun empat (four - leaf clover) yang konon bisa membawa keberuntungan? 

Untuk mengidentifikasinya, daun semanggi memiliki bentuk seperti hati dan membentuk payung di tangkainya. Daun semanggi juga dikenal sebagai tumbuhan herbal yang bisa dijadikan bahan untuk pecel dan aman dikonsumsi.

3. Cantigi

Saya rasa ini juga tidak asing bagi sobat yang suka sekali mendaki gunung. Iyah Cantigi atau Vaccinium Faringiaefolium adalah salah satu tumbuhan yang biasanya hanya dapat kita jumpai di puncak-puncak gunung. Yang lebih menarik cantigi dianggap sebagai tanaman pelindung pendaki selain bisa melindungi dari hujan dan badai, Cantigi juga bisa dimakan dan memiliki banyak nutrisi.

Bagian dari cantigi yang bisa kita makan adalah pucuk-pucuk daunnya yang berwarna merah serta buahnya yang berwarna hitam. Rasanya juga tidak terlalu mengecewakan, di lidah daun cantigi terasa segar dan sedikit asam, mengingatkan kita dengan rasanya buah belimbing. Sementara buahnya yang terasa asam dan berserat dipercaya bisa mengembalikan stamina.

4. Buah Murbei 


Haha.. pasti kebanyakan orang pernah memakan buah ini. Murbei gunung adalah salah satu tanaman sejenis beri yang biasa kita temui di gunung. Di Alun-alun Suryakencana misalnya sobat bisa menjumpainya dengan mudah. 
Buah Murbei ini berukuran kecil serupa stroberi. Buah yang sudah matang umumnya berwarna merah atau cenderung kehitam-hitaman. Selain rasa yang asam dan manis, kandungan air di dalamnya juga lumayan untuk melegakan rasa haus saat sobat membutuhkan air.


5. Pohon Pisang


Yang satu ini jelas tidak asing lagi buat sobat. Siapa yang tidak tahu pisang? Buah ini tentunya sering kita konsumsi setiap harinya. Jelas tidak sulit untuk menemukan buah pisang.

Nah di gunung memang kadang terdapat pohon pisang, tapi yang menjadi masalahnya adalah kadang tak ada buahnya. Ternyata pohon pisang tak hanya bisa dinikmati buahnya saja, melainkan bisa juga di bagian batangnya untuk di makan. Belahlah batang pisang itu dan ambil inti batangnya yang lunak. Nah inti batangnya itulah yang bisa kita makan.

6. Ciplukan


Orang sering menyebutnya Ciplukan. Buah ciplukan ini memiliki nama lating Physalis Angulata L. Tumbuhan ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tumbuhan ini sejenis tumbuhan perdu yang biasanya bisa sobat temui di daerah terbuka yang kaya sinar matahari.
Umumnya tumbuhan ini bisa kita temui sampai ketinggian 1.500 mdpl. Saat keadaan darurat tanaman ini bisa dimakan buahnya. Buahnya kecil-kecil tertutup kuncup dan rasanya manis. Tumbuhan liar ini juga cukup dikenal karena juga memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Biasanya orang-orang memanfaatkannya untuk tanaman herbal.


7. Rotan


Ternyata rotan tak hanya bisa dijadikan sebagai perabot rumah saja, tapi beberapa bagiannya juga bisa kita manfaatkan untuk bertahan hidup. Meski tumbuhan ini berduri tapi bagian-bagiannya bisa kita konsumsi untuk bertahan hidup. Bagiannya itu adalah pada rotan muda yang serupa rebung bambu. Bahkan di Kalimantan sering diolah menjadi masakan lezat.

Selain rebungnya, kita juga bisa memakan inti batangnya yang berduri. Bersihkan dulu durinya dan belah batangnya. Sementara buahnya yang masih muda dan berwarna kehijauan juga bisa sobat konsumsi.


8. Begonia


Begonia adalah tanaman yang umumnya sering dijadikan tanaman hias karena bunganya yang cantik. Tapi ternyata begonia ini juga bisa dimanfaatkan jika keadaan terpaksa. Begonia sendiri tumbuh liar di hutan. Biasanya sering disebut Hariang Bulu. Batangnya berwarna merah dan daunnya hijau berbulu.

Meski berbulu bagian batangnya bisa kita konsumsi. Pilih batang yang masih muda, potong dan kupas bagian kulitnya yang berbulu. Selain bisa langsung dikonsumsi batangnya juga kaya dengan kandungan air.


9. Selada Air


Iyah Selada air atau Nasturtium Officinale adalah tumbuhan akuatik atau semi akuatik yang bisa kita temukan di tepi sumber air yang mengalir. Misalnya di pinggir sungai. Selain mudah ditemukan dalam jumlah besar, tumbuhan ii juga kaya dengan kandunga gizi, bahkan dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit seperti kanker. Makanya tumbuhan ini layak banget untuk dikonsumsi saat keadaan darurat.
Selada air banyak kita jumpai di Gunung Argopuro sewaktu kita mendaki. 

10. Ilalang


Ilalang? Banyak orang tak mengira kalau ilalang bisa kita gunakan untuk bertahan hidup di alam. 
Ilalang adalah tumbuhan yang umum kita jumpai tumbuh liar di mana saja, mulai dari daerah penduduk sampai di jalur pendakian. Tapi siapa tahu kalau tumbuhan ini ternyata bisa kita manfaatkan untuk dikonsumsi. 
Kita bisa mengambil akarnya yang berbentuk umbi. Jika kita makan rasanya manis.


Di alam berarti kita harus bisa bersyukur dengan segala kekurangan yang kita miliki. Alam akan mengajarkan bagaimana kita untuk berjuang dan bertahan di dalam keterbatasan. Kita dituntut lebih jernih untuk berpikir. Kita dituntut untuk lebih mensyukuri apa yang kita miliki. Bagaimana memanfaatkan apa yang ada adalah bagaimana kita bisa tetap hidup.

Baca selengkapnya

Awal Langkah di Puncak Tertinggi Jawa Barat

Hai kawan para sobat petualang dan sobat penantang impian... Lama nggak ngetik karena sibuk tugas, akhirnya kali ini gue bisa ngetik lagi. Ini adalah sebuah artikel atau cerita perjalanan kita kemarin saat pertama kali menitih langkah di Jawa Barat.



Kalau kemarin-kemarin ceritanya hanya di gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, kali ini kita cari pengalaman baru di gunung-gunung yang ada di Jawa Barat, tepatnya di Puncak Tertinggi Jawa Barat yakni Gunung Ciremai. Gunung dengan ketinggian 3.078 mdpl, yah mungkin jika dibandingkan dengan gunung-gunung yang kita daki di Jawa Tengah, mungkin memang masih kalah tinggi, tapi yah gitu deh, entar saja kita bahas.

Rencana untuk mendaki pada bulan Juni sebenarnya memang sudah jauh-jauh hari kita susun. Awalnya sih kita mau ke Gunung Slamet, eh pas seminggu terakhir sebelum hari H, ternyata kita baru tau kalau pendakian Gunung Slamet masih ditutup. Nampaknya Slamet masih belum mau kita kunjungi. Karena hal itu gue akhirnya cari-cari lagi kemana tempat yang rasanya tepat untuk didaki. Akhirnya deh kita memutuskan untuk mencoba sekali-kali ke luar Jawa Tengah, nah akhirnya disepakati ke Gunung Ciremai yang kita tahu bahwa memang gunung ini adalah gunung tertinggi di Jabar, selain itu denger-denger medannya lumayan ekstrim.

Disepakati ke Gunung Ciremai, tapi di akhir-akhir 2 orang teman kita memutuskan tidak ikut, nggak tau lah alasannya kenapa, tapi disini memang juga mempertimbangkan biaya untuk kesana juga. Akhirnya gue dan si Arif aja yang berangkat. Loe semua masih inget kan dengan si Arif? Iyaa.. yang suka bawa ceweknya itu lho hahah.. Dia adalah partner yang selalu menemani gue mendaki gunung-gunung di Jawa Tengah. Nah kali ini gue dan dia nekad untuk pergi keluar dari zonanya kita. Hitung-hitung cari pengalaman baru, meski sebenarnya keuangan sedang menipis. hehehe.

Senin, 08 Juni 2015, gue dan si Arif berangkat menuju terminal Giwangan tepatnya jam 11 siang dari kos, biar gak telat. Sampai di terminal kita menunggu pemberangkatan bus sekitar jam setengah 1. Setelah menunggu di ruang tunggu terminal, akhirnya kita dihampiri oleh bapak-bapak yang memberi tahu kalau bus sudah siap berangkat. Cuz... kita langsung masuk bus dan ngengggg,,,,,,, bus pun berangkat. Siang itu dari terminal cuma ada 3 penumpang termasuk kita. Hehe masih longgar, enak bisa tidur-tiduran hehe.
Nggak banyak yang bisa gue ceritain di bus, yahh gitu-gitu aja. Palingan cuman tidur, dengerin orang telponan yang keras banget dan alay, padahal udah ibuk-ibuk hehe, ada lagi ngilhatin kakek-kakek yang dari awal naik sampai kita turun nggak bisa diem, mondar-mandir muluu kesana kemari pindah-pindah tempat.

Jam 11 malam akhirnya kita turun, malam itu kita diturunkan di pinggir jalan TOL di Ciperna. Hah disitu kita berdua kan pada nggak tau arah, dan tempat ini dimana, apalagi ini tengah malam. Bapak kernetnya cuman bilang cari angkutan aja mas entar dari sini. Pak..pakk masalahnya ini tengah malam..

Akhirnya datang deh tukang ojek yang mencoba menghasut kita berdua. Yah gitu deh orang kalau mau yakinin pelanggan sok sok baik, nah pas kita tanya masjid, bilangnya jauh mas sekitar 3 km, mendingan tak anter gimana? Tanya tukang ojeknya. Nah kita kan tanya berapa emangnya pak, 65 ribu aja mas. Busyettt gila tuh tukang ojek,... akhirnya kita memutuskan untuk jalan kaki saja sembari menunggu pagi dan menunggu angkutan ada.

Tak lama berjalan, kita berdua menemukan sebuah warung yang masih buka yang masih banyak bapak-bapak yang sedang main catur disitu. Kita berhenti sejenak untuk minum teh hangat sambil tanya-tanya tempat.

Menunggu sejenak akhirnya 1 gelas teh dan 1 gelas kopi datang. Sruputt... nikmat sekali, mungkin hanya secangkir atau segelas minuman hangat, tapi ini sudah sebuah kenikmatan ditengah malam dimana kita tak tau arah dan tempat, dimana saat itu perut juga sudah mulai kelaparan sekali, makhlum terkahir kali makan pas pagi sebelum berangkat kemarin. Disela-sela minum dan duduk-duduk sembari istirahat, gue dan si Arif juga memikirkan bagaimana nasib malam ini dan besok. Mau tidur dimana malam ini? Masjid gak tau entah dimana, mana lagi ini tengah malam tidak ada sesuatu yang bisa dinaiki. Dijalan hanya ada truk-truk besar yang melintasi jalanan besar di depan kita yang duduk di pinggir jalan dengan suasana baru dan angin di kota Ciperna. 

Saat itu kemudian si penjual teh mendatangi kita, sebut saja namanya Mas Jaki. Dia bertanya pada kita, "mau kemana dek?". Lantas kita menjawab, "mau ke Gunung Ciremai Mas", kita pun juga langsung bertanya balik,"kira-kira kalau dari sini ada angkutan nggak mas buat kesana?". Mas Jaki menjawab ada, kita disuruh naik angkutan atau elf besok pagi. Nah karena hari sudah tengah malam, mas Jaki pun menawarkan pada kita agar menginap saja di rumahnya, yah meskipun cuman di balai depan rumah, karena di depan sudah jauh dari perumahan, begitu tandasnya. Mas Jaki sendiri juga bilang kalau dia juga merantau kesini sejak 8 tahun lalu, mungkin karena itu juga dia sama-sama merasakan apa yang kita alami malam ini. Sebenarnya malu untuk menerima karena takut merepotkan, tapi ya akhirnya kita terima dengan penuh rasa syukur dan penuh terimakasih, mengingat ditengah malam ini dan kita tak kenal siapa-siapa masih ada orang baik yang mau menolong kita, meskipun gak tau siapa kita. 

Memang bukan sebuah istana, tapi ini lebih dari hotel berbintang 5 buat kita. Disitulah tempat kita tidur malam itu, menghela nafas dan sejenak merebahkan diri. Hanya disebuah alas dari kayu dan bambu di teras depan toko sekaligus rumah yang membuat kita benar-benar bersyukur masih ada tempat yang mau menampung orang tak dikenal dan bukan siapa-siapa.




Keesokan paginya kita pun terbangun dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, waktu itu masih shubuh. Tapi nampaknya sudah banyak mobil-mobil yang berlalu lalang di jalan, mungkin angkuan sudah ada. Akhirnya Mas Jaki keluar dan membukakan gerbang. Kita pun akhirnya pamit dan mengucapkan banyak terimakasih karena tadi malam sudah dikasih tumpangan untuk sekedar merebahkan diri. Mas Jaki juga meninggalkan nomor Hp dan bilang kalau sewaktu-waktu tersesat atau gak tau arah, kita disuruh menghubunginya. Dalam hati, gue merasa berterimakasih sekali dan bersyukur, karena di keadaan seperti ini masih ada orang baik yang mau menolong orang yang kesusahan. Sekali lagi kita mengucapkan terima kasih banyak pada Mas Jaki. Kita akan mengingat kebaikan yang pernah Mas berikan pada kita orang yang baru dikenal.



Kita naik bus mini menuju Linggarjati dan setelah sekitar 20 menit kita turun di perempatan Linggarjati. Disitu kita naik angkut lagi menuju basecamp pendakian Gunung Ciremai via Linggarjati. Kita pun diantarkan sampai depan basecamp tepat, namun karena saat itu masih jam setengah 5 pagi jadi basecamp dan loket ternyata masih tutup. Kita berdua menunggu buka sampai jam 9 pagi. Gilakkk ini orang mana yang nunggu loket, nggak biasanya loket tutup...., dalam hati kita kesal sekali karena menunggu dari jam segitu baru buka jam 9 pagi. Padahal kita sudah menghubungi dan sms, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari petugas loket. Akhirnya pas jam 9 itu petugas loket dateng dengan muka kelihatan habis bangun tidur. Parah mah ini orang, loket yang seharusnya buka jam 7 pagi, baru buka jam segini. Kemana aja ini orang.



Akhirnya kita berdua langsung daftar dan registrasi, nah karena kita cuman berdua akhirnya kita gak boleh naik. Sontak gue dan si Arif kaget, masaakkk dari jauh-jauh dari Jogja udah sampek sini terus gak boleh naik. Beruntung saat itu ada pendaki dari kelompok lain yang berjumlah 3 orang. Akhirnya kita gabung dengan mereka. 
Tak lama kita pun memulai perjalanan saat itu jam 9 lebih hampir setengah 10. Sambil berjalan kita pun saling kenalan satu sama lain. 



Medan awal dari basecamp menuju Pos 1 Cibunar masih berupa jalan aspal, setelah melewati sawah dan ladang yang ketika itu ditanami ketela rambat, jalan menikuk dan naik. Nampaknya mereka bertiga sudah mulai ngos-ngosan. Sedikit demi sedikit kita pun istirahat sejenak. Tak lama akhirnya di ujung jalan terlihat gapura bertuliskan Cibunar Linggarjati. Alhamdulillah ternyat kita sudah sampai di Pos 1. Gue dan Arif menyempatkan sejenak mengabadikan diri. hehehehe



Setelah itu kita melanjutkan perjalanan, tapi teman kita yang tiga tadi nampaknya masih beristirahat dan masih nyantai membuat kopi. Nah gue dan Arif pun akhirnya memutuskan untuk duluan.

Dari pos 1 trek yang kita lalui berupa hutan pinus yang kemudian kebun kopi. Setelah itu hanya rumput-rumput dan tanaman liar disamping kiri jalan. Sekitar 20 menit kita berjalan kita sampai di Pos 2 Lewungan Datar. Kita berhenti sejenak kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Trek selanjutnya masih cukup landai dan banyak ditumbuhi tanaman pisang-pisangan, ya memang seperti pohon pisang tapi bukan. Setelah itu kita benar-benar masuk area hutan. tak lama kemudian kita sampai di Pos 3 Kondang Amis. Disini ada sebuah shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat. Disitu juga ada plang petunjuk arah, ada jalur Linggasana dan yang kita lewati jalur Linggarjati. Dengar kabar kalau jalur Linggarjati ini adalah jalur paling terjal di Gunung Ciremai. 



Setelah itu kita melanjutkan perjalanan lagi dengan medan yang tidak terlalu menanjak tapi juga tidak terlalu landai. Area yang kita lewati masih hutan yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Lama berjalan akhirnya kita sampai di Pos 4 Kuburan Kuda. Jarak dari Pos 3 menuju Pos 4 ini terbilang jauh, berbeda dengan Pos 1 ke Pos 2 tadi.

Dari Pos Kuburan Kuda perjalanan dilanjutkan, kali ini medan sudah benar-benar menanjak dan cukup licin. Di sepanjang jalan banyak sekali akar-akar pohon yang melintang. Dari sini kita sudah mulai merasa kalau perjalanan benar-benar jauh, karena cukup lama berjalan kita belum sampai setengah perjalanan. Kita juga salah prediksi dengan hanya membawa 4 botol minum ukuran 1,5 liter. Padahal di basecamp sudah tertera kalau pendaki dihimbau untuk membawa min 5 liter perorang. Dibayangan kita Gunung Ciremai seperti gunung-gunung di Jawa Tengah yang bisa ditempuh paling lama 7-8 jam dengan medang yang tidak terlalu ektrem menanjak, ternyata kita salah. Gunung di Jawa Barat murni hutan yang masih lebat dan sinar matahari sulit masuk, jadi sepanjang perjalanan hanya dipenuhi oleh pohon-pohon besar tanpa terlihat pemandangan luar sedikitpun.

Sekitar 30 menit dari Kuburan Kuda kita sampai di Pos Pangalap. Di pos ini area lumayan luas untuk mendirikan lebih dari 3 tenda. Di pos ini ditandai dengan pohon yang besar dan papan petunjuk. Dari sini kita tidak beristirahat lama dan langsung melanjutkan perjalanan agar cepat sampai.

Dari Pos Pangalap berjalan cukup jauh kita akan sampai di Pos Tanjakan Seruni. Disini perjalanan juga belum sampai setengahnya. Kita mulai sedikit merasa putus asa dan mengeluh. Ternyata jauh juga dan persediaan air kita yang sedikit.

Terus berjalan dengan medan yang masih menanjak dan kali ini cukup licin. Di perjalanan kita akhirnya ketemu pendaki yang turun, karena dari awal tadi belum satupun ketemu pendaki yang turun. Disitu kita bertanya masih jauh nggak mas ke pos selanjutnya. Dia bilang masih jauh mas, sekitar 30 menit lagi. Padahal kan kita sudah berjalan jauh dari Pos Tanjakan Seruni tadi. Kita juga tanya berapa hari Mas nya naik? Masnya menjawab kalau dia 3 hari 2 malam. Disitu kita hanya terbayang bahwa kita cuman 2 hari semalam saja.

Setelah itu akhirnya kita sampai di Pos Bapa Tere. huhhhhh terasa lega sekali akhirnya kita sampai di pos ini. Di sini nampaknya kita sudah mulai sangat lelah dan kelaparan. Akhirnya kita berhenti sejenak untuk memasak sebungkus mie untuk berdua. Disini kita juga sangat menghemat air untuk memasak mengingat perjalanan masih setengah lagi dan persediaan air yang terbatas. Kita nggak pernah tau kedepan akan seperti apa, tapi yang terpenting kita sudah jauh-jauh kesini jadi tak boleh menyerah dan harus tetap semangat untuk sampai di puncak.

Setelah makan kita langsung melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Dari pos ini menuju pos selanjutnya yaitu Pos Batu Lingga memakan waktu yang cukup lama juga karena medan yang cukup jauh. Di Pos Batu Lingga kita akhirnya ketemu dengan 2 pendaki yang mau naik. Kita dikasih sedikit air oleh masnya.. wisss terima kasih sekali ini.. lumayan bisa sedikit membantu persediaan air kita yang mulai menipis. Sejenak duduk dan berbincang-bincang akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi.

Dari pos ini menuju arah kanan melewati jalan sempit dengan samping kanan dan kiri dinding-dinding tanah dan cukup menanjak. Setelah itu kita masih melewati hutan-hutan yang masih juga belum terlihat pemandangan di sekitar. Tak lama kemudian akhirnya kita sampai di Pos Sangga Buana 1.
Disini kita memutuskan untuk mengecamp dan mendirikan tenda mengingat tubuh sudah terasa lelah sekali dan hari juga semakin sore. Saat itu jam menunjukkan pukul 16.30 WIB.

Setelah mendirikan tenda kita langsung beristirahat di dalam tenda. Hari semakin gelap dan tidak ada seorang pendaki pun yang lewat entah naik atau pun turun. Di dalam tenda gue bikin susu hangat dan Arif nampaknya sudah mulai tertidur karena kelelahan berjalan seharian dengan medan yang menanjak tanpa ampun.
Sesudahnya gue pun langsung tidur juga. Rasanya badan pegal dan berasa mau copot semua. Tak lama gue pun tertidur dan hilang ditelan waktu.
Akhirnya gue terbangun dan hari masih menunjukkan jam 11 malam. Gue menengok ke samping dan ternyata si Arif juga masih terlelap. Gue pun tidur lagi.. hahaha mau ngapain coba malem-malem sendirian heheh. Jam 1 gue terbangun lagi dan kali ini sudah tidak bisa tidur lagi. Menunggu sejenak tepat jam setengah 2 dini hari gue bangunin Arif untuk persiapan summit dari Pos Sangga Buana 1 menuju Puncak Ciremei.

Sebelum berangkat kita membuat susu hangat terlebih dahulu untuk mengisi tenaga dan menghangatkan badan sebelum harus berjalan lagi menyingkap kabut malam dan menyingsing gelap. Setelah persiapan dan semuanya selesai, kita pun berangkat jam 2 menuju Puncak.

Hanya sekitar 15 menit kita berjalan ternyata kita sudah sampai di Pos Sangga Buana 2. Entah kita yang terlalu cepat atau mungkin jarak yang tidak terlalu jauh. Disini kita istirahat sejenak dan waktu itu disitu ada sebuah tenda yang bermalam disitu. 


Setelah itu kita berjalan lagi untuk menuju pos terakhir yakni Pos Pengasinan. Jarak dari Sangga Buana ke Pos Pengasinan nampaknya lumayan jauh. Medan yang kita lalui terus menanjak dan licin. Nah ditengah perjalanan kita baru kali pertama ini bisa melihat pemandangan luas yang dari awal kita berangkat terus tertutup hutan. Dari jauh nampak gemerlap kota-kota dan lampu pabrik yang terus menyala.


Kita terus berjalan sambil sesekali istirahat dan menghela nafas. Rasanya memang seperti tak sampai sampai. Medannya pun tak ada landainya sama sekali dan belum lagi ini licin. Jika kita terpeleset sedikit saja mungkin kita bisa menggelundung jatuh ke bawah.
Cukup lama berjalan akhirnya kita tiba di Pos Pengasinan sekitar jam 3 pagi. Disini kita duduk-duduk cukup lama sambil akhirnya memutuskan untuk membuat mie rebus mengingat waktu kita terlalu cepat. Dari sini menuju puncak hanya sekitar 30 menit, nah kalo kita berangkat sekarang sampai puncak masih jam sentengah 4 pagi, itu masih terlalu pagi.


Di Pos Pengasinan areanya cukup luas, cukup untuk mendirikan lebih dari 4 tenda. Waktu itu ada sekitar 3 tenda yang bermalam disitu. Nampaknya mereka juga masih tertidur.

Setelah makan dan waktu sudah menujukkan pukul 4 pagi, akhirnya kita berangkat menuju Puncak. Medan masih menanjak, tapi tidak lebih parah dari Sangga Buana 2 ke Pengasinan tadi, yahh meskipun begitu ini juga berat dan cukup terjal untuk dilalui. Sekitar 30 menit berjalan akhirnya kita sampai di Puncak Ciremai.
Saat itu hari masih gelap dan belum ada seorang pun di atas. Jam menujukkan pukul setengah 5 pagi. Gue langsung sujud syukur dan merasa terhormat bisa mencapai puncak tertinggi di Jawa Barat. Rasanya memang tak percaya mengingat kemarin kita berangkat sudah kewalahan dan kekurangan persediaan air.

Nah takk lupa setelah itu Arif gue suruh untuk Adzan, karena waktu di basecamp tadi, ada warga yang mengatakan pada kita kalo sampai di puncak entah itu jam berapapun, kita disuruh adzan. Entah dengan alasan apa, tapi kita berpikir positif saja. Saat itu juga Arif pun adzan dan saat itulah adzan berkumandang di puncak tertinggi Jabar. Mendengar suara adzan sembari melihat alam ini saya merasa gemetar, saya merasa begitu dahsyatnya alam ciptaan-Nya ini. Saya merasa begitu dekat dengan langit dan sang-Pencipta.

Sungguh perjalanan ini tidak akan pernah terlupakan dan akan menjadi pelajaran berharga buat perjalanan hidup selanjutnya.

Setelah itu kita foto-foto dan mengabadikan diri disini untuk kenangan yang takkan pernah terlupakan. Sebuah awal langkah kita di Jawa Barat. Sebuah pengalaman pertama keluar dari zona kita berada.






Setelah puas berfoto-foto akhirnya kita memutuskan untuk segera turun karena kita juga mengejar waktu agar nanti sore sudah bisa pulang ke Jogja lagi. Setelah turun dari puncak dan sampai di tempat kita ngecamp di Sangga Buana 1, kita pun langsung beres-beres dan packing. Di sela-sela itu kita juga memasak mie goreng untuk mengisi tenaga buat kita turun... mie lagi mie lagi hahahah.. :D 

Setelah semuanya selesai kita pun langsung turun dan saat kita sampai setengah perjalanan, waktu itu pas sesudah Pos Batu Lingga di bawahnya sedikit kita ketemu dengan rombongan 3 orang yang kemarin berangkat bareng kita. Ternyata mereka baru sampek setengah perjalanan dan kita sudah turun. heheheheh... Ternyata kita aja yang mati-matian melakukan pendakian cuman 2 hari semalam, yang laen pada 3 hari 2 malam semua. Gak kebayang kalo mereka pada nyantai begini kapan nyampeknya hahaha.

Akhirnya jam 2 siang kita sampai di basecamp dan kita langsung mandi serta bersih-bersih. Setelah itu kita lapor di pos dan berangkat pulang. Kita berjalan menuju Pertigaan Linggarjati dan naik angkutan menuju Bandorasa Cilimus dan kemudian naik elf menuju terminal Cirebon.



Di terminal Cirebon kita masih menunggu bus ke Jogja yang berangkat jam setengah 8 malem. Nah akhirnya kita garing di terminal dengan sisa uang waktu itu hanya 30 ribu. 


Yahh itulah kisah perjalanan kita pertama kali mendaki gunung di Jawa Barat. Ini adalah langkah pertama kita disini, dan penuh sekali dengan pengalaman dan pelajaran berharga. Kita ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasih pada Tuhan yang telah memberikan kekuatan dan perlindungan bisa kembali dengan selamat. Dan juga kepada Mas Zaki yang begitu baik hati mau menolong kita meskipun kita adalah orang asing dan bukan siapa-siapa.

Semoga Menginspirasi dan Salam Lestari!!

Baca selengkapnya

Monday 22 June 2015

Tips Mendaki Gunung Ketika Berpuasa

Mendaki Gunung disaat bulan puasa atau saat kita sedang berpuasa bukanlah hal yang tak mungkin untuk dilakukan. Sudah banyak dijumpai orang-orang yang mendaki gunung meskipun sedang berpuasa. Meskipun itu tidak mustahil atau bisa dilakukan, tapi bagaimanapun harus memerlukan persiapan yang lebih matang, baik entah itu persiapan fisik, mental, perlengkapan dan peralatan. Semuanya harus dipersiapkan dengan baik. Jangan sampai kita tidak menyiapkannya dengan baik, karena hanya akan sia-sia jika kita gagal mendaki dan turun di perjalanan serta puasapun jadi tidak kuat dan akhirnya membatalkannya.



Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mendaki gunung saat sedang berpuasa :

- Asupan Nutrisi yang tepat
Mendaki gunung memerlukan energi yang besar dan akan sangat menguras tenaga. Dari hal tersebut maka diperlukan asupan nutrisi yang besar. Hal itu bsia didapat dari makanan yang sehat dan tepat. Dengan makanan yang sehat bisa menjaga stamina saat mendaki gunung. Waktu sahur adalah waktu yang tepat untuk memberikan asupan makanan yang dibutuhkan. Beberapa makanan itu seperti : sayur-sayuran, buah, susu, madu dll. Konsumsi daging juga sangat direkomendasikan karena dagin lebih lama bertahan lama dalam lambung sehingga bisa memberikan rasa kenyang yang lebih lama.

- Tentukan gunung yang tepat
Semakin berat medang yang harus ditempuh maka tenaga yang dibutuhkanpun juga lebih besar. Maka dari itu tentukan gunung mana yang kiranya tepat dijadikan lokasi pendakian saat kita sedang berpuasa.
Gunung yang bisa kita pilih bisa juga adalah gunung yang memiliki banyak hutan karena dengan banyak hutan otomatis bisa melindungi diri dari panasnya sinar matahari yang bisa menyebabkan tubuh menjadi cepat haus. Bisa juga adalah gunung yang memiliki trek dan medan yang tidak terlalu terjal dan terbilang landai serta yang membutuhkan waktu sedikit untuk sampai di puncaknya.


- Gunakan Topi atau tutup kepala
Saat mendaki gunakanlah tutup kepala karena paparan sinar matahari secara langsung memungkinkan terjadi dehidrasi yang lebih cepat apalagi saat kita sedang berpuasa. Setidaknya dengan memakai topi bisa cukup membantu untuk menjaga daya tahan tubuh.

- Efektivitas perlengkapan
Pastikan ketika mendaki gunung persiapkan alat dan perlengkapan dengan baik. Bawalah sesuatu yang kiranya penting saja, dan jangan bawa sesuatu yang tidak dibutuhkan karena hanya akan menambah beban bawaan. 
Untuk pakaian, gunakanlah pakaian yang cocok untuk mendaki. Pastikan yang bisa cepat meresap keringat dan cepat kering serta mudah dibuat bergerak. Jangan sekalipun memakai jeans.

- Jalur yang benar dan tepat
Pastikan Anda memilih jalur pendakian yang paling mudah dan paling pendek. Dengan begitu kita bisa menghemat tenaga saat sedang berpuasa.

- Atur waktu istirahat 
Saat mendaki usahakan Anda mengatur dan menjaga keseimbangan antara istirahat dan berjalan. Usahakan juga istirahat tidak terlalu lama. Setidaknya cukup untuk membuat nafas kembali normal dan sejenak mengistirahatkan tubuh. Jika istirahat terlalu lama maka kondisi tubuh akan kembali turun dan perlu menyesuaikan lagi untuk kembali bekerja keras.

- Mengatur waktu pendakian
Waktu pendakian sangatlah penting sebagai pertimbangan ketika mendaki saat sedang berpuasa. Jika tidak ingin mendaki dengan berpuasa paling tidak kita bisa mendaki di saat malam hari dan pagi harinya kita sudah sampai di puncak.

- Teman yang cocok
Puasa tak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan emosi. Saat tubuh lelah maka kita akan lebih mudah emosi, terlebih lagi jika ada hal yang menjengkelkan dari teman seperjalanan yang tidak sepaham dengan kita. Usahakan mencari teman yang sudah saling memahami dan tau kekurangan masing-masing.

- Aturlah tempo
Dalam mendaki usahakan mengatur irama atau tempo perjalanan. Jangaan mendaki cepat-cepat karena hanya akan membuat Anda lebih cepat lelah. Nikmatilah perjalanan Anda, pelan tapi pasti lebih baik daripada terburu-buru.

- Jangan memaksakan diri
Ketika kita benar-benar lelah dan dirasa sudah tidak kuat lagi, maka sebaiknya Anda tidak melanjutkan untuk berpuasa. Jangan memaksakan diri untuk tetap berpuasa jika memang benar-benar sudah tidak kuat lagi. Yang perlu diingat bahwa pendakian yang sukses adalah yang berhasil sampai di rumah dengan selamat. Oleh karena itu lebih baik Anda tidak melanjutkan puasa dan nanti masih bisa diganti di lain hari puasanya.

Dalam setiap pendakian tentunya diperlukan kesiapan fisik, mental dan perlengkapan. Apalagi saat kita dalam kondisi berpuasa. Dengan niat dan tekad yang kuat InsyaAllah kita bisa kuat menjalani dan melakukan pendakian dalam kondisi berpuasa.


Nahh itulah beberapa tips jika kita ingin mendaki gunung di bulan puasa atau sedang berpuasa. Semoga bisa bermanfaat.

Baca selengkapnya

Menghadapi Rasa Lelah Ketika Mendaki Gunung

Mendaki gunung adalah olahraga yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Banyak orang merasa takut mendaki gunung dikarenakan takut kalau tidak kuat. Banyak orang juga yang tidak suka mendaki gunung karena menurutnya mendaki itu melelahkan dan hanya membuang-buang tenaga dan waktu.

Mendaki memang memerlukan perjuangan fisik dan hati. Untuk menggapai puncak tertinggi harus melewati banyak rintangan dan medan yang terjal. Oleh karena itu rasa lelah dan letih adalah hal yang wajar untuk manusia yang sedang mendaki gunung. 



Jika Anda merasa lelah saat naik gunung, Anda tak perlu khawatir. Di bawah ini ada beberapa cara dan tips menghadapi rasa lelah saat kita mendaki gunung. Banyak hal untuk menyiasatinya, Nah berikut ini tips-tipsnya :

- Istirahat Sejenak
Istirahat dan berhentilah sejenak, itulah hal pertama yang perlu kita lakukan saat merasa kelelahan. Jangan paksakan untuk tetap berjalan jika memang sudah tidak kuat lagi. Segera cari tempat yang datar dan rindang untuk sejenak mengisi tenaga dan mengistirahatkan tubuh. Tunggu hingga nafas kembali normal dan sudah tidak ngos-ngosan.

- Minumlah Secukupnya
Tentunya dari awal kita sudah menyiapkan perbekalan untuk dibawa. Nah minumlah air yang sudah Anda bawa secukupnya saja. Jangan terlalu banyak juga karena justru malah tidak enak pada perut sewaktu berjalan. Minumlah secukupnya untuk sekedar mengusir rasa haus dan membasahi tenggorokan. Perlu di ingat bahwa Anda harus memperhatikan persediaan air juga.

- Menjaga Ritme
Pastikan Anda menjaga ritme saat mendaki gunung. Jangan istirahat terlalu lama karena itu akan membuat kondisi tubuh kembali dingin. Tubuh yang kembali dingin perlu menyesuaikan lagi jika dibuat untuk bekerja keras. Usahakan seimbang antara istirahat dan kembali berjalan agar kondisi tubuh tetap terjaga dan seimbang. 
Atur juga langkah kaki ketika melangkah, jangan terlalu lebar karena bisa membuat Anda kelelahan. Pelan-pelan tapi pasti itu lebih baik dibanding cepat malah akan membuat semakin cepat letih dan perlu diingat perjalanan masih jauh.

- Jangan Pikirkan Jarak
Banyak dari kita sewaktu mendaki sangat terburu-buru ingin cepat sampai puncak. Dari awal kita sudah memikirkan jarak yang harus ditempuh seberapa jauh. Usahakan nikmatilah perjalanan Anda sewaktu mendaki, jangan terburu-buru . Tak perlu terlalu mengkhawatirkan berapa lama waktu yang dbutuhkan untuk sampai ke puncak, cukup nikmati saja. Dengan pemandangan alam yang indah dan Anda bisa menikmatinya, saya rasa perjalanan akan terasa cepat.

- Istirahat Bersama
Jika Anda merasa lelah dan ingin istirahat. mintalah sedikitnya 1 orang teman untuk menemani atau semua suruh berhenti untuk istirahat. Jangan sampai istirahat seorang diri di belakang. Karena resiko terlepas dari rombongan dan tersesat akan semakian besar. Usahakan kalau bisa istirahat bersama-sama, tidak ada saling tinggal-tinggalan.

- Dirikan Tenda Jika Dirasa Perlu
Jika merasa tubuh memang sudah tidak kuat lagi jangan sekalipun memaksakan untuk tetap berjalan. Bicaralah kepada teman Anda, saya rasa teman Anda akan mengerti. Batas kemampuan setiap manusia berbeda-beda, dan demi kebersamaan dan keselamatan lebih baik menunda sejenak daripada harus menanggung resiko yang besar. Dirikanlah tenda dan istirahatlah. Karena mendaki bukan semata-mata kita bisa sampai di puncak, tapi bagaimana kita bisa pulang ke rumah dengan selamat.



Baiklah sobat, di atas adalah beberapa tips menghadapi rasa lelah ketika mendaki gunung. Semuanya tergantung pada hati kita. Karena kekuatan hati menentukan segalanya. Kekuatan hati mengalahkan kekuatan fisik. Semoga Bermanfaat.
Baca selengkapnya

Sunday 21 June 2015

Tips Merawat Tenda

Mendaki gunung tentu saja identik dengan bermalam di alam, nah tentunya disitu kita membutuhkan perangkat yang bisa dibilang utama ketika mendaki gunung. Perangkat itu adalah tenda. Tenda adalah komponen penting yang harus kita bawa saat kita bermalam di alam liar. Tenda berfungsi untuk melindungi diri kita dari dingin, hujan dan terpaan sinar matahari. 




Bagi Anda yang suka sekali naik gunung atau berkemah di alam dan tentunya sering memakai tenda. Di bawah ini saya berbagi sedikit tips untuk merawat tenda :

1. Pastikan setiap habis pemakaian untuk selalu membersihkan tenda dari kotoran-kotoran yang melekat. Jika dirasa tidak terlalu kotor cukup gunakan spons basah dan sabun untuk membersihkannya. Tidak perlu dengan menyikat tenda atau dengan menggunakan mesin cuci serta mesin pengering.

2. Sehabis membersihkan atau mencuci tenda, pastikan setelah itu jemur tenda agar kering. Jangan pernah menyimpan tenda dalam keadaan basah.

3. Pastikan juga selalu membersihkan dan memeriksa frame atau tiang tenda. Kita bisa membersihkannya dengan air supaya lempengan besi yang ada tidak korosi sehingga dapat mengurangi tingkat kelenturan pada frame. 

4. Tidak hanya itu, periksa juga resleting tenda. Pastikan membersihkannya agar tetap normal.

5. Perlu juga disadari sewaktu mengeringkan tenda usahakan jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung. Hal ini dikarenakan sinar Ultraviolet dapat mengakibatkan kerusakan pada tenda. Dalam mengeringkan usahakan cukup diangin-anginkan di tempat terbuka tetapi tidak terkena sinar matahari secara langsng.

6. Simpan tenda di tempat yang kering dan sejuk. Jangan menyimpannya di tempat yang panas dan juga tempat yang basah. Hal itu dapat memicu kerusakan pada lapisan tenda.

7. Jangan sekali-kali menggunakan tenda untuk alas tidur atau selimut jika tidak digunakan. Hal ini untuk mengurangi gesekan-gesekan antara tenda dengan alas.

8. Perlu diwaspadai ketika Anda sedang bermalam di alam dan membuat api unggun. Usahakan cukup jauh dari tenda. Karena bahan tenda sangat mudah terbakar, jadi usahakan jauhkan dari api.  Sama halnya dengan rokok, usahakan tidak merokok di dalam tenda.


Itulah sedikit tips dalam merawat tenda agar bisa lebih awet dan tidak mudah terjadi kersakan seperti apa yang tidak kita harapkan. Semoga bermanfaat dan Salam Lestari.



Baca selengkapnya

Tuesday 2 June 2015

Carica Buah Khas Dieng Wonosobo

Carica atau Karika ? Tahukah Anda? Bagi Anda yang berkunjung ke Dieng Wonosobo tentunya akan mengetahui apakah itu Carica.



Buah Carica atau yang sering ditulis Vasconcellea cundinamarcensis, Cariaca Candamarcensis, Cariaca Quercifolia adalah tanaman atau buah yang tak jauh beda dari buah pepaya, bisa dibilang kerabat pepaya. Dari pohon, daun dan buahnya pun hampir sama dengan pepaya pada umumnya, cuma bedanya buahnya lebih kecil daripada pepaya pada umumnya.
Pohon Carica juga lebih memiliki banyak cabang dan juga lebih pendek dari pepaya. Tinggi rata-rata pohon Carica 1-2 meter saja.

Di Wonosobo buah ini disebut Carica dan tumbuh subur. Tanaman ini akan sulit dijumpai dimana-mana, mungkin Anda hanya akan menjumpai di Wonosobo. Hal ini dikarenakan Carica hanya hidup di dataran tinggi basah (1.500 - 3.000 mdpl). Daerah asal Carica sendiri sebenarnya dari dataran tinggi Andes, Amerika Selatan.

Buah Carica di Wonosobo banyak dimanfaatkan dan diolah menjadi manisan. Manisan dar buah Carica ini rasanya manis dan segar. Jika Anda berkunjung ke Dieng Wonosobo wajib untuk Anda coba.
Carica sendiri cocok dikonsumsi bagi orang yang mempunyai perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki pencernaan. Carica mengandung banyak vitamin seperti vit A, vit B komplek, vit C dan vit E. Selain itu juga merupakan sumber kalsium yang baik untuk kekutatan dan pertumbuhan tulang.


Sekali lagi bagi Anda yang berkunjung ke Wonosobo jangan lewatkan untuk mencobanya.Di jamin bagi Anda yang mencobanya pasti akan ketagihan karena rasanya yang nikmat dan manis.
Baca selengkapnya