Monday 22 February 2016

Semua tentang Kita. Haruskah ini berakhir?


Saya tak tau harus berkata apa lagi, 
ini semua tentang apa yang ada di dalam hati.
Saya tak tahu mengapa ini begitu rumit.
Padahal seharusnya ini begitu manis dan indah untuk diingat.
Terkadang karena begitu besarnya cinta, kita lupa bahwa begitu banyak cara sederhana untuk menunjukkannya.

Terkadang kesederhanaan itu malah membuat cinta begitu terasa,
Ketimbang cinta yang rumit, tapi malah seakan membuat kita lupa kalau kita punya cinta.

Apakah memang ego kita yang membuatnya rumit, ataukah hanya ego ku sendiri?
Sejujurnya aku tak pernah tau, aku bingung dengan apa yang sebenarnya kau mau.
Kenapa kita tidak bisa seperti mereka? Dengan hal yang sederhana tapi kasih dan sayangnya begitu terasa.







Aku pernah berkata pada seorang teman yang pernah kau titipkan sebungkus kado untukku.

"Mungkin suatu saat nanti, aku juga akan merasakan sama dengan apa yang kamu rasakan saat ini, aku akan mengalami hal sama dengan apa yang kamu alami saat ini.

Mungkin suatu saat nanti aku juga akan datang ke sebuah resepsi sama sepertimu. Melihat orang yang kita sayangi ada disana, dan benar-benar saat itu kita memupuskan harapan, begitu rela.

Menghela nafas panjang, sembari berkata dalam hati "Berbahagialah kasih, kau memang terlihat begitu serasi dengannya, dan dia adalah sosok yang terbaik yang Tuhan kasihkan padamu, dia adalah orang yang paling tepat untukmu dan dia adalah orang yang paling beruntung mendapatkanmu".

Saat itu aku harus benar-benar merelakannya. Dengan senyuman tanpa ada sedikitpun raut kesedihan. Ini hari bahagia, dan dia tampak sangatlah bahagia. Aku juga harus bahagia. Ini jalan terbaikku dan juga jalan terbaik untuknya. Aku harus ikhlas!!"

Begitulah yang aku katakan padanya.

Mungkin saat ini aku juga harus belajar dari temanku itu, bagaimana dia tetap tersenyum kala itu. Bagaimana dia tetap tegar dan sampai saat ini masih tulus mencintai meskipun seorang yang benar-benar dicintainya sudah ada yang memiliki.

Terkadang aku suka teringat bahwa ternyata kita pernah jalan berdua. Sungguh itu adalah hal yang tak biasa bagiku. Duduk bersampingan sambil ku dapat melihat senyummu. 
Tak pernah sebelumnya ku melihatmu sedekat ini. Aku bertanya-tanya dalam hatiku " apakah ini sungguhan adanya?". Sungguh aku masih tak percaya itu.
Untuk kesekian kalinya kecanggungan itu muncul lagi, disaat aku tidak bisa berkata-kata apapun.
Disaat aku kebingungan harus mencari apa yang harus dibicarakan.

Kebersamaan yang singkat dan cuma sekali itu selalu membuatku tersenyum sendiri, bahkan ketika sepulangnya waktu itu. Sepanjang jalan itu hanya ada bayang-bayangmu yang terus mengikutiku.

Apakah itu akan terulang kembali? Rasanya memang akan sangat sulit, atau bahkan memang takkan terulang.
Bukannya aku pesimis, tapi aku hanya ingin berpikir dengan realita.


Sayangnya kali ini kita seakan kembali tak saling bicara. Entah apa yang terjadi. Apakah diam kita berdua beberapa waktu ini membuat kita menyimpulkan semuanya sendiri.
Entahlah, tapi ketika aku tau kau menulis sebuah tulisan dan aku yakin itu untuk diriku, saat itu akupun terjatuh.

Ternyata memang hanya sampai seperti ini sajakah kisah kita?. 
Ketika aku membacanya mungkin aku bisa menangkap sesuatu.

Sejujurnya aku begitu takut. Apakah aku bisa sampai sebelum kau sampai di titik batas itu, Apakah aku bisa menyusulmu?
Kau terlampau siap untuk semuanya. Sedangkan aku masih harus berjalan atau bahkan berlari lebih jauh, berkali-kali lebih jauh dari darimu.

Apakah aku sanggup mengejarmu? Meskipun sebenarnya kita seperti dekat, tapi di dalamnya sebenarnya kita sangatlah jauh.
Jarak kita bukan hanya tentang perbedaan, tapi juga tentang waktu. 

Sudah cukup apa yang pernah kau lakukan terhadapku.
Kekhawatiranmu, kerinduanmu atau kepedulianmu.
Jika aku tak bisa membalasnya, maka hanya akan seperti ini terus.


Cobalah berhenti untuk mengingat dan mengungkit tentang masa laluku. Bukankah itu sudah berlalu dan berakhir? 
Aku tidak pernah kan mengungkit tentang masa lalumu, bertanya kenangan apa saja yang pernah terjadi padamu? 
Bukan karena aku tak ingin tau. Tapi mungkin akan terasa sakit jika mengetahuinya.

Saat ini,
Bila kamu lelah!
Pergilah!
Biarkan aku tetap disini!

Jangan pernah menunggu lagi!
Karena aku sendiri tak tau kapan akan sampai.


Kaulah yang seharusnya segera mendapatkan kebahagiaanmu, 
yang seharusnya cepat mendapatkan seseorang yang kau mau. 
Dan akulah yang seharusnya berkata kepada lelakimu seperti apa yang kamu katakan.

Bukan AKu!!
Karena aku takkan bisa. Jika aku bisa melihatmu saat itu nanti, disitu aku baru percaya bahwa kamu benar-benar sudah mendapat apa yang kamu cari.

Disitulah aku akan belajar ikhlas, lalu pergi. Berusaha meyakini bahwa ini takdir yang terbaik. 

Kamu istimewa, terlampau istimewa.
Dan aku merasa beruntung sekali karena pernah menjadi bagian dari hidupmu.

Dari awal aku berpikir memang tidak seharusnya diriku mencintai seorang sahabatku sendiri.
Maafkan diri ini yang telah lancang menuliskan namamu di hati dan juga dalam hidupku.
Maafkan diriku jika cara-cara ku untuk mencoba membahagiakanmu tidak cukup istimewa untukmu.
Maafkan sikapku selama ini jika itu menyakitimu.

Jika kamu pernah bilang lelaki terkadang harus egois untuk mendapatkan apa yang dicintainya, maka aku tidak cukup egois untuk membuatmu bertahan.

Biarlah air mata ini yang mengiringi akhir dari cerita kita.
Haha aku terlalu cengeng yaa?? 

Satu hal ya yang aku minta, "Jangan pernah bersedih lagi!! :)"



Aku menyayangimu Sahabat.
Terimakasih. 



Baca selengkapnya

Wednesday 17 February 2016

Dari Alam Untukmu Para Pendaki

Apa kabarmu hari ini? Di antara himpitan kesibukan dan berbagai deadline yang jadi satu-satunya yang kamu pikiran akhir-akhir ini. Sudahkah kau menyusun rencana menelusuri lekuk punggungku lagi? Apakah kau rindu menjejaki tanahku sebagaimana aku rindu mendengar napas dan teriakan lantangmu.

Tapi akbu bukan hanya menantimu, kaki-kaki yang pernah menjejak tanahku. Aku juga ingin memanggil anak-anak sebelumnya yang belum pernah menghirup udaraku atau menghabiskan malam berselimut kabutku.

Akulah siluet megah yang tiap hari kau lihat dari jendela rumahmu. Dan kini aku hendak mengajakmu bicara dan mendengarkanku bercerita.




Kedatanganmu selalu kunanti. Dakilah Puncakku dan akan kuajarkan padamu makna kerendahan hati.


Bisa merasakan jejak langkah kalian menapaki jalur-jalur pendakian di punggungku sungguh menyenangkan. Tiap kali kalian menjajaki diriku disanalah akau percaya ada manusia yang sedang mencari sesuatu yang lebih besar darinya. Disitu aku mengerti adanya kehidupan selain aku. Ada manusia yang tak hanya berpikir dirinya adalah pusat dari semesta. Ada manusia mengingat pencipta-Nya.

Dan di sinilah aku, berusaha untuk menuntun kalian kepada jawaban-jawaban yang berusaha kalian temukan di dalam lubuk hati. Jawaban yang membuat kalian semakin rendah hati. Bukan lewat kata-kata lembut, melainkan tantangan dan rintangan yang menguji nyali, kemampuan serta kegigihan kalian sampai batas maksimal, sehingga kalian mampu menilai kemampuan diri sendiri.


"Jika Bumi adalah ibu yang mencintai anak-anaknya apa adanya, maka aku adalah seorang bapak yang mendorong anak-anaknya menemukan potensi terbaiknya".


Sayangnya kini kedatangan kalian bukan lagi hal yang sederhana. Banyak yang datang bukan dengan niat belajar bijaksana.


Dahulu hanya ada segelinti orang yang berani bersusah payah bertaruh nyawa hanya demi mengunjungiku. Mereka berusaha untuk lebih mengenal diriku dan diri mereka sendiri. Aku pun menyambut mereka dengan sukacita dan menantang mereka sampai pada batasnya. Mereka pulang dengan puas dan gembira, seraya berjanji untuk kembali datang lagi padaku. Kembali untuk menjadi sejatinya manusia.

Setelah makin banyak rupa-rupa manusia yang hinggap ke tubuhku. Mereka yang berusaha menemukan makna kerendahan hati, mereka yang menginginkan sebuah pencapaian, mereka yang ingin menemukan kehangatan pribadi di balik dinginnya puncak yang didaki. Tentunya aku senang karena semakin banyak manusia-manusia yang belajar dariku.


"Sayangnya tak semua yang datang padaku mencari kebijaksanaan dan makna dari kesederhanaan".


Perkara mengunjungiku kini bukan lagi menaklukkan ego pribadi dan menjadi manusia yang sederhana. Sebagian dari kalian datang justru karena niat sebaliknya, memuaskan egonya untuk diakui oleh orang lain.


Kadang aku tak paham pola pikir manusia. Alam ini tercipta jauh sebelum kalian ada, namun kalian berlaku seolah ras manusialah yang memilikinya.

Tahukah manusia kadang terlalu kompleks untuk alam pahami. Kalian seringkali tak cuma mengambil apa yang kalian butuhkan dari sang Pertiwi. Beberapa golongan manusia bahkan sengaja membabar bumi dan mengeksploitasinya demi memuaskan ketamakan mereka.


" Karena gengsi dan ego, kalian membeli sesuatu yang sebenarnya tak kalian butuhkan, hanya demi membuat orang lain terkesan".


Bagi orang-orang ini mendaki gunung tak ubahnya sebuah plesiran tanpa makna mendalam yang cuma mengejar kesenangan dan demi mendapatkan pengakuan berupa like di jejaring sosial.

Mereka melupakan makna kesederhanaan dan kerendahan hati yang aku ajarkan.
Mereka datang berbondong-bondong jumlahnya, seperti air bah yang tak terbendung. Mereka tak segan-segan meninggalkan sampah mereka begitu saja tanpa dibawa kembali ke tempat asal mereka. 

Pendaki karbitan ini justru tega mengambil perhiasan bunga abadiku hanya untuk dibawa pulang dan dipajang sebentar di kamar sampai akhirnya bosan lalu dibuang. Mereka yang hanya mengejar keuntungan dari sebuah pendakian.


"Saat itulah aku merasa gagal membimbing kalian".


Melihat pendaki berkelakuan sesuka hatinya tanpa nurani seperti ini membuat batinku sakit. Tubuhku kotor dan tercabik. Keindahanku yang seharusnya bisa terus dinikmati oleh generasi mendatang perlahan mulai pudar karena noda yang mereka tinggalkan. Ini tak cuma terjadi padaku tetapi hampir di setiap tempat yang pernah kalian jejaki.

Ah, manusia usia kalian hanya sebentar di alam fana ini. Sementara aku masih akan ada sampai beribu-ribu tahun mendatang. Tapi dampak yang kalian tinggalkan sungguh membuatku bersedih.


"Benarkah kalian memang tak bisa cuma meninggalkan jejak kaki di tanah basah, tetapi juga coret-coretan, sampah dan ketamakan?".


Rasa bahagia ketika matahari bersinar dan tidak turun hukan. Rasa bahagia ketika kamu memiliki persediaan air yang cukup. Rasa bahagia ketika makanan sudah matang, meski hanya berupa sup ataupun mie instan. Rasa bahagia ketika bisa tidur dengan hangat di dalam tenda, meski tanpa kasur dan rumah gedongan. 

Lihat saat kamu datang padaku, kamu datang dengan sederhanam hanya dengan membawa apa yang kau butuhkan saja. Tapi dengan itupun kau tetap bisa merasa bahagia.


Masih banyak pendaki yang peduli padaku dan sang Pertiwi, tak hanya pada dirinya sendiri. Dan manusia-manusia seperti inilah yang sepenuhnya kuhormati.

Ketika kepercayaanku pada kalian mulai pudar, samar-samar kulihat pendaki-pendaki ini. Pendaki yang rela memunguti sampah yang bukan miliknya dan membawanya turun, meski aku tahu itu sangat merepotkan. Pendaki yang berani menegur dengan keras rekannya dengan yang gegabah membuat sesuatu yang tak bisa diurai olehku bahkan meski itu hanya bungkus permen atau putung rokok.

Merekalah pendaki sejati yang mencintai alam sama seperti dirinya sendiri. Merekalah yang menganggap kunjungannya kepadaku tak sekedar senang-senang demi terpuakannya ego, melainkan untuk belajar peduli dan berbakti kepada Sang Bumi. 

Merekalah yang bersikap layaknya tamu di rumahku, menghargai sang tuan rumah dan setiap makhluk di dalamnya. Sebab mereka paham bagaimana rasanya jika orang asing mengotori tempat tinggalnya.


"Karena mereka aku berani berharap lagi kepada manusia".


Ingatlah kembali kenapa kalian rindu mendaki. Ingatlah makna-makna yang kuberi selama kalian menapaki jalur pendakian, langkah demi langkah. Ingatlah perasaan saat kalian menikmati pemandangandi puncak untuk pertama kalinya, di mana awan-awan bergerak di bawah kaki, di mana kamu mengucap syukur atas ciptaan luar biasa dari Sang Maha Pencipta. 

Jika ingin semua ini masih ada seribu tahun lagi, tanggalkan ego kalian dan mulailah berbuat sesuatu.

Aku dan Bumi telah memberikan segala hal yang kamu butuhkan. Lantas apa yang bisa kau berikan kepada kami yang selama ini selalu diam dan bersabar menyaksikan apa yang telah engkau lakukan.



"Jadilah pendaki yang peduli, yang tak mengotori, melainkan menjagaku dengan sepenuh hati saja. Itu saja.

Apa aku mengharapkan sesuatu yang berlebihan ?".




(dikutip dari Hipwee.com)

Baca selengkapnya

Thursday 11 February 2016

Berbagai Alasan Kenapa Pendaki Gunung Itu Keren

Mendaki gunung adalah salah satu kegemaran yang saat ini sangat populer. Berbekal perlengkapan dan logistik, seorang pendaki rela menyambangi hutan, menembus gelapnya kabut dan mengalahkan dinginnya udara pegunungan, belum lagi badai yang sewaktu-waktu bisa saja menerjang. Semua dilakukan demi bisa bercumbu dengan puncaknya.

Perjalanan menuju puncak mungkin terdengan biasa bagi kita yang belum pernah mencobanya. Tapi bagi dia yang pernah menjejakkan kaki di puncak-puncak tertinggi, mendaki tidak pernah dianggap sederhana. Mendaki adalah cara merayakan kehidupan, mencerapi dan menjadikan bermakna.




Berikut adalah berbagai alasan kenapa seorang pendaki itu keren dan layak untuk dijadikan teman hidup :


Pendaki adalah Dia yang bisa memantapkan hati

Berawal dari sekedar keinginan, misalnya setelah menonton film tentang pendakian atau melihat foto salah seorang teman yang menyunggingkan senyum di puncak gunung, niat untuk menjajal pendakian muncul, tapi tak begitu saja terburu-buru dieksekusi. Butuh proses untuk meyakinkan diri sendiri bahwa sebuah keinginan tak boleh dibiarkan cuma jadi sekedar angan-angan.

Banyak yang mendukung, tapi juga tak jarang orang lain tertawa dan meremehkan. Cerita mereka yang mendapati pengalaman tidak menyenangkan saat mendaki mungkin sempat membuat ciut mental. Tapi bukan berarti niat boleh begitu saja luntur. Dia percaya bahwa keberhasilan adalah tentang meyakini dan berusaha.


Pendaki mengerti pencapaian datang sepaket dengan usaha


Melatih fisik sebelum mendaki wajib hukumnya demi bisa berjam-jam berjalan melewati hutan, tanjakan berpasir atau ganasnya udara dingin. Lari 4x seminggu, konsumsi makanan sehat, istirahat yang cukup dan banyak hal yang sengaja dilakukan demi menjaga stamina dan kebugaran tubuh. Selain itu kondisi mental pun tak kalah jadi perhatian. Berusaha untuk selalu berpikir positif dan tetap eprcaya diri tanpa sedikit pun berniat jumawa mengalahkan alam.

Yang pasti setiap pencapaian pastilah dibarengi usaha. Keinginan dan niat yang kuta menuntunnya untuk tak bermalas-malasan. Semakin besar keinginan, maka semakin gigih pula usaha untuk mencapainya.


Ia yang bisa mendaki tahu setiap langkah harus diambil dengan pertimbangan yang matang.


Seorang pendaki akan masak-masak memikirkan segala sesuatunya. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai puncak lalu turun, jumlah logistik, hingga seberapa dingin suhu yang akan dihadapi. Selain cermat menganalisa, pendaki juga tak kalah sigap mengantisipasi segala kemungkinan. Cuaca yang tidak bisa diprediksi lagi, tersesat, kelelahan, cedera hingga kemungkinan bertemu orang jahat pun sudah diperhitungkan baik-baik.



Dia adalah pribadi yang mengerti arti sebuah kepercayaan.

Dalam pendakian, memegang sebuah kepercayaan pada teman satu tim menjadi sangat penting. Bagaimanapun sesama anggota tim akan saling menjaga demi bisa bertahan hidup di alam liar. Seorang pendaki percaya bahwa teman-teman dalam tim tidak akan membiarkannya berjalan tertatih karena kelelahan. Dia pun tidak akan mengkhianati teman yang cedera dengan meninggalkannya lalu nekad melanjutkan perjalanan sendirian. Menjadi pendaki berarti belajar untuk mau percaya sekaligus menjadi pribadi yang bisa dipercaya.



Pendaki juga meyakini bahwa doa bisa jadi sumber kekuatan.


Semesta alam punya kuasa luar biasa dan seorang pendaki mengerti akan hal itu. Ketika maut bisa saja setiap saat menjemput, tak ada pilihan lain selain berserah pada Sang Pencipta sejak langkah pertama. Berdia sebelum memulai pendakian adalah ritual wajib, begitupun setelah menyelesaikan pendakian dan kembali pulang.



Pendaki adalah dia yang paling mengenal dirinya sendiri.

Konon sifat seseorang akan benar-benar terlihat saat melakukan pendakian. Pemberani atau penakut, kuat atau gampang mengeluh, jujur atau suka berpura-pura, sabar atau gegabah. Berbagai karakter asli manusia akan muncul saat berada dalam kondisi yang tidak nyaman.

Dia yang terbiasa mendaki berarti sudah lulus mengenal dirinya sendiri. Menjadikan perjalanan pulang sebagai momen refleksi. Memilah sikap dan sifat baik yang perlu dipertahankan atau pun karakter negatif yang harus segera dibuang.


Perjalanan mengajarkan dia tumbuh menjadi pribadi yang perasa.


Bukan perkara diri sendiri, tapi memperhatikan orang lain sama pentingnya. Perjalanan selama pendakian menjadikan pendaki lebih peka terhadap lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan saling dilontarkan pada rekan dalam pendakian :

"Mau istirahat dulu nggak?"
"Kamu masih kuat kan?"
"Sudah lapar kah?"



Pendaki adalah orang yang gigih dan punya semangat juang tinggi.


Pendakian sudah pasti menguras tenaga. Ritme langkah yang cepat di etape pertama sering kali tak bisa bertahan di etape berikutnya. Puncak yang tak kunjung dijejak membuat kata "menyerah" sudah bersiap di ujung lidah.

Namun pendaki adalah dia yang terbiada menempa dirinya sendiri. Berusaha mati-matian mengabaikan rasa lelah demi bisa fokus pada target yang menjadi tujuan awal. Meskipun harus mengais sisa-sisa tenaga, semangat untuk mencapai puncak mati-matian terus dipertahankan.



Naluri dan insting adalah hal yang tak pernah diremehkan oleh para pendaki.


Seorang pendaki menjadikan naluri sebagai pegangan. Baik itu secara alami ataupun berasal dari pengalaman. Dia terbiasa memilih segala sesuatu dengan presisi. Memilih jalan memutar dengan waktu lebih lama atau nekad memotong jalan dengan menjajal turunan curam. Dia punya perhitungan sebelum memutuskannya. Yang pasti dirinya percaya bahwa setiap keputusan bisa jadi meringankan atau justru berakibat fatal.



Pendaki terdidik menjadi pribadi yang mudah bergaul.


Tak harus bergabung dalam komunitas, gunung bisa jadi tempat untuk menjalin pertemanan. Biasanya para pendaki akan saling menyapa ketika berpapasan di jalur pendakian. Ketika sama-sama berhenti untuk beristirahat, saling bertanya nama dan daerah asal sudah jadi rutinitas. Bahkan ketika melihat pendaki lain yang sedang kelelahan selalu mengucapkan kata penyemangat "AYo sedikit lagi. Semangat Kak". Tak ada istilah orang asing di gunung karena sesama pendaki adalah teman.



Keterbatasan tak menjadikan dia pelit atau enggan berbagi.

Pendaki punya jiwa korsa yang tinggi. Baik dengan teman satu tim atau pendaki lain, saling tolong-menolong menjadi hal wajib. Berpapasan dengan pendaki lain yang kehabisan air minum tidak menjadikannya acuh. Meskipun persediaan air miliknya juga terbatas, dia tak ragu untuk sejenak berhenti dan berbagi beberapa teguk. Sadar atau tidak sedikit pemberian darinya bisa jadi menyelamatkan nyawa orang lain.



Mendaki membuat mereka belajar mengalahkan diri sendiri.

Pengalaman mendaki bisa jadi berakibat perubahan besar-besaran dalam hidup. Tentang bagaimana para pendaki bisa mengalahkan diri sendiri dan menemukan diri mereka yang baru dan lebih tangguh. Minimnya nafsu makan bukan berarti sah melakukan perjalanan dalam kondisi perut kosong. Udara dingin yang seperti menusuk tulang tidak menjadikannya berlama-lama dalam tenda dan enggan melanjutkan perjalanan. Kadang melawan diri sendiri justru yang menjadikan seseorang berhasil.



Pendaki adalah pribadi yang bisa menghargai kebaikan-kebaikan kecil.


Pemandangan yang indah, udara sejuk dan nyamannya suasana pegunungan jadi bukti bahwa alam sudah demikian berbaik hati pada manusia. Seorang pendaki terbiasa menghargai segala yang ditemui sepanjang pendakian. Tidak meninggalkan sampah di gunung, memerikasa sisa-sisa api unggun, pantang membuat corat-coret atau merusak tanaman. Ketika bisa menghargai segala yang ada di sekitarnya dia pun sudah pasti menghargai dirinya sendiri.



Kakinya menjejak puncak-puncak tertinggi, tapi hal itu justru menjadikan dia rendah hati.

Setiap langkah adalah pertarungan dengan diri sendiri. Sementara tiba di puncak berarti merasakan momen haru yang berbalut rasa bangga dan syukur. Namun sebuah keberhasulan tak begitu saja menjadikan seorang pendaki menjadi sombong. Keindahan luar biasa di atas puncak gunung justru menyadarkan bahwa dirinya begitu "kecil". Puncak memberikan pelajaran bahwa tidak selayaknya manusia berhak jumawa diantara kebesaran alam yang luar biasa.



Pendaki adalah dia yang menjadikan hidupnya lebih bermakna.

Alam mengajarkan manusia bahwa hidup bukanlah sekedar soal materi. Kasarnya gunung menjadikan sebotol air minum atau sepotong roti jauh lebih berharga daripada beberapa lembar uang ratusan ribu. Pengalaman mendaki juga mengajarkan pentingnya punya visi dan misi yang jelas dalam hidup.

Cita-cita sah-sah saja di letakkan setinggi-tingginya, tapi perjuangan untuk bisa meraihnya adalah hal mutlak. Yang pasti para pendaki paling tahu bahwa hidup tak harus dijalani dengan ambisi buta. Kunci sukses adalah tetap santai namun fokus pada target yang diinginkan.



- dikutip dari hipwee.com



Baca selengkapnya

Tuesday 9 February 2016

Selamat Jalan Pendaki, Semoga Duka Ini Yang Terakhir

Sudah tercatat lebih dari 50 kematian yang terjadi di gunung sejak tahun 2013. Berita yang menyeret pendaki ini disinyalir disebabkan oleh kelalaian para pendaki itu sendiri dan beberapa teman yang kurang responsis terhadap teman perjalanannya.

Minggu ini berita duka datang lagi dari Gunung Merbabu. Seorang pemuda bernama Oky Kumara Putra (17), asal Mustokoweni, Plombokan, Semarang yang masih duduk di bangku kelas 2 SMK harus meregang nyawa.

Jika dipikir lebih dalam lagi hal yang menyebabkan kecelakaan atau kematian di gunung adalah faktor alam dan faktor manusia itu sendiri.

Kita memang tak pernah tahu kapan ajal akan menjemput, tapi ketika kita tak memiliki persiapan dan kesiapan yang matang dalam pendakian, bisa saja ajal akan menemui kita ketika mendaki. Mungkin sebaiknya kita instropeksi diri. Apakah kita termasuk pendaki yang masih sayang pada keselamatan diri atau pendaki yang hanya bermodal nekad dan berani.
Semoga dengan ulasan ini rentetan catatan duka di gunung hanyalah sebuah masa lalu yang takkan terulang di kemudian hari.



Berikut ini adalah hal-hal yang bisa menyebabkan nyawa kita menjadi taruhan ketika mendaki gunung diantaranya :

Kurangnya pengetahuan soal keadaan gunung. Hal yang mendasar saja belum tahu, tapi sudah asal nekad saja.

Kesalahan mendasar dalam pendakian adalah ketika kamu nggak tahu sama sekali soal track gunung yang akan kamu daki. Dengan bermodal insting saja tidak cukup untuk kamu melakukan pendakian. Tidak sedikit kasus yang menghiasi headline di koran-koran atau berita di televisi tentang ditemukannya pendaki yang sudah tak bernyawa di gunung.

Kabar terakhir dari saudara Oky asal Semarang yang menghembuskan napas terakhirnya di Gunung Merbabu. Dilansir dari koran yang menyatakan bahwa itu adalah pendakian pertama Oky. Dan ketika mengevakuasi jasad, korban berada dalam tenda bersama orang lain yang bukan rombongannya. Ada kemungkinan dia terpisah dengan teman perjalanannya.

Keterbatasan pengetahuan dan informasi seputar gunung yang akan didaki bisa menjadi petaka buat kita. Pelajarilah dengan cermat dan tepat gunung yang akan kamu daki. Sesungguhnya persiapan adalah modal utama yang sangat penting sebelum kita pergi mendaki.


Yang kedua adalah buruknya manajemen P3K, logistik dan kurangnya persiapan pendakian. Masalah makan dan kesehatan di gunung itu sangatlah penting.

Selain pengetahuan tentang keadaan gunung yang akan kita daki, manajemen P3K dan logistik juga merupakan hal fatal yang sering diabaikan oleh para pendaki pemula. Meski kamu kuat untuk menahan perut lapar dan udara dingin, namun gunung tak akan memaafkan siapapun yang meremehkan kesehatan. Alam bisa berbuat apapun untuk bertekuk lutut di hadapannya. Maka dari itu susun dan persiapkan dengan baik P3K dan logistik. Jangan asal ngawur dalam memperkirakan.

Masih pada kasus Oky yang mungkin terpisah dari rombongannya hanya membawa beberapa perlengkapan yang sangat tidak memadai untuk pendakian. Menurut kakaknya, perlengkapan yang dibawa Oky memang hanya sedikit. Setahunya dia hanya membawa celana pendek, satu celana panjang, kaos oblong, jaket dan sarung tangan serta tak ketinggalan tongsis yang ia masukkan ke dalam carrier.

Sebagai pendaki setidaknya ada kotak P3K dan logistik dibawa. Jangan biarkan dirimu tidak membawa obat ataupun makanan. Kalau kamu terpisah dengan rombongan, setidaknya kamu masih mempunyai cadangan untuk bertahan. Bisa dibayangkan jika kamu terpisah dan kamu nggak bawa apa-apa?


Perhatikan musim yang baik untuk mendaki. Musim hujan terkadang sangat kurang bersahabat karena rawan juga terjadi badai.

Hal kecil yang nggak jarang dilupakan pendaki adalah membawa jas hujan. Memang jas hujan itu remeh, tapi begitu penting untuk keselamatan kita di gunung. Menjaga kita dari basah dan menjauhkan dari hipotermia. 
Meski jas hujan tidak bisa menjadi barometer gejala hipotermia yang melandamu, setidaknya kamu nggak kedinginan karena hujan. 

Musim hujan memang cukup bahaya untuk mengagendakan waktumu untuk mendaki gunung. Pertama karena faktor cuaca yang tak bersahabat yang bisa membuat perjalanan makin sulit dan kedua karena kondisi kesehatan pendaki juga dipengaruhi cuaca. Sekali lagi kasus kematian Oky menjadi tamparan bagi para pendaki di Indonesia. Kelalaian dalam mengantisipasi tingginya curah hujan dan kembali lagi pada persiapan yang kurang matang dan terkesan menyepelekan akan menjadikan kabar duka.


Jangan pernah remehkan cuaca yang bisa menyebabkan hipotermia. Ingat hipotermia bukanlah kesurupan!

Seperti kasus yang dulu pernah terjadi pada pendaki berusia 16 tahun asal Bekasi, Shizuko Rizmadhani yang takluk karena cuaca dingin di Kandang Batu Gunung Gede-Pangrango. Salah satu temannya mengatakan bahwa gadis ini kesurupan. Bahkan dalam kesurupan itu dia minta beberapa bungkus kopi untuk dikonsumsi tanpa air. Padahal kafein dalam kopi bisa membuat seseorang dehidrasi. Apalagi jika lebih dari 2 bungkus? dan kejadian ini dikira kesurupan.

Kasus duka terbaru di Gunung Merbabu menjadi bukti bahwa hipotermia tidak bisa dianggap remeh. Oky ditemukan tewas dalam tenda dan dinyatakan mengalami hipotermia. Pagi pukul 5.30 ketika seorang pendaki yang setenda dengannya hendak membangunkan Oky, ternyata dia sudah tidak bernafas.

Dehidrasi memang menjadi momok bagi para pendaki, tapi cuaca yang menyebabkan hipotermia menjadi mimpi buruk bagi siapapun. Hipotermua adalah gejalan dimana suhu tubuh melemah dari biasanya. Penurunan ini disebabkan oleh cuaca yang kadang tidak bisa diterima oleh keadaan tubuh normal.
Akibatnya orang tersebut akan jatuh dan menggigil dengan tidak wajar. Saat-saat seperti inilah orang disekitarnya harus cekatan untuk segera menolong. Jangan pernah remehkan gejala hipotermia ini.

 Sebuah keraguan yang kamu rasakan bisa menjadi penanda bahwa kamu harus menunda pendakian. Terkadang firasat itu sering betul terjadi.

Seharusnya kita dan alam adalah harmonisasi bukan tentang harga atau pembuktian diri.

Sebuah pendaki haruslah memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan memperhatikan kemampuan diri. Ketika kamu ragu dalam pendakian sebaiknya urungkan saja niatmu. Keragu-raguan secara psikologis menandakan bahwa kamu belumlah siap. 
Akan menjadi lebih buruk lagi ketika kamu ragu untuk mendaki dan kamu dalam kondisi persiapan dan kesehatan yang kurang baik. Hal itu malah akan menambah petaka.

Belajar dari tragedi yang menimpa Oky, bahwa sebelumnya dia ragu antara mau berangkat atau tidak. Tetapi kemudian ia tetap berangkat dan akhirnya sebuah petaka menghampirinya.

Ingat tujuan kita naik gunung adalah turun lagi dan kembali kerumah dengan selamat, bukan kembali hanya tinggal nama.



- dikutip dari beberapa sumber



Baca selengkapnya

Monday 8 February 2016

Hipotermia Pembunuh No Satu di Gunung

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefiniskan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat celcius. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona terminetral yaitu antara 36,5 - 37,5 derajat celcius. Di luar suhu tersebut respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Gejala hipotermia ringan ditandai seperti penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot atau menggigil sebagai usaha tubuh menghasilkan panas.




Para penderita hipotermia moderat , detak jantung dan respirasi melemah mencapai hanya 3-4 kali bernafas dalam satu menit. 
Pada penderita parah pasien bisa tidak sadarkan diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut dan pernafasan sangat lambat hingga tidak kentara.

Hipotermia terjadi bila penurunan suhu inti tubuh di bawah 35 derajat celcius. Pada suhu ini mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.



Klasifikasi :

Berdasarkan sumber paparan yaitu :
- Hipotermia Primer : terjadi akibat paparan langsung individu yang sehat terhadap dingin.
- Hipotermia Sekunder : mortalitas banyak terjadi pada fase ini dimana terjadi kelainan secara sistematik.

Berdasarkan temperature :
- Hipotermia Ringan (34-36 C)
Kebanyakan orang bila berada di suhu ini akan menggigil secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih menurun lagi pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disatria (susah bicara dengan jelas). Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin terjadi.

- Hipotermia Sedang (30-34 C)
Terjadi penurunan konsumsi oksige oleh sistem saraf secara besar yang mengakibarkan terjadinya hiporefleks atau reflek lemah, hipoventilasi (kurang tarikan nafas), dan penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun  kesadaran pasien bisa menjadi stupor atau berkurangnya sensitivitas terhadap rangsang, hanya bereaksi oleh rangsang dasar seperti nyeri, tubuh kehilangan kemampuan untuk menjaga suhu tubuh dan adanya resiko timbul aritmia (gangguan irama jantung)

- Hipotermia Berat =<30
Penderita rentan mengalami fibrilasi ventrikular (kontraksi otot jantung pada ventrikel/bilik jantung yang tidak terkendali dapat menyebabkan henti jantung dan penurunan kontraksi miokardium (otot jantung). Penderita juga rentan untuk menjadi koma, denyut nadi sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea (henti nafas) dan oligouria (pengeluaran urine lebih dari 100 ml/hari namun kurang dari 400 ml/hari. Ini menandakan adanya gangguan ginjal dan disfungsi organ dalam (multiple organ dysfunction). Pada fase ini juga akan terjadi Paradoxal Sense Of Warm dimana korban akan merasakan panas yang luar biasa sehingga merasa gerah padahal suhu tubuh korban terus menurun. Dalam keadaan kesadaran terganggu, korban akan melepaskan pakaiannya karena merasa gerah kepanasan. Namun ini adalah fase kritis dimana selanjutnya suhu tubuh korban akan menurun drastis dan selanjutnya mengantuk, tertidur dan tewas.

Banyak kasus korban ditemukan meninggal di gunung dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam, ini adalah tanda khas kematian yang disebabkan oleh Hipotermia.


PERTOLONGAN
Pada fase hipotermia ringan, penderita dapat dibantu menghangatkan dirinya dengan panas tubuh sendiri yaitu dengan dilepaskan semua pakaian yang basah dan diganti dengan pakaian yang kering, kemudian dibungkus dengan selimut thermal darurat dan dimasukkan ke dalam sleeping bag. Cara ini disebut penghangatan pasif (Passive Rewarming).

Pada fase hipotermia sedang jika nampak gejalanya segera hangatkan korban dengan api unggun, selimut thermal darurat atau dengan air hangat dalam kemasan atau hydration bag (cramel bag) yang ditempelkan ke tubuh penderita. Panas tubuh orang lain juga bisa digunakan dengan cara dibungkus bersama dalam selimut thermal dan dimasukkan ke dalam sleeping bag. Cara ini disebut penghangatan aktif  (Active  Rewarming)

Pada hipotermia berat sebisa mungkin hangatkan tubuh korban dan segera mungkin mendapatkan penanganan medis. Jika terjadi henti jantung segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (Cardio Pulmonary Resusiatation/CPR) sesuai standar.
Jurus paling jitu mengatasi hipotermia adalah mencegahnya terjadi dengan cara hindari mengenakan pakaian basah, selalu membawa pakaian penahan dingin yang cukup dan saling memperhatikan gejala-gejala hipotermia yang terjadi pada diri anda sendiri ataupun reka seperjalanan.

Emergency Thermal Blanket / Selimut penahan panas tubuh darurat adalah alat sederhana murah, ringkas namun merupakan pertolongan pertama yang dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus hipotermia.
Terbuat dari Polyetilene yang dilapis dengan material Mylar. Selain dapat menahan 90% panas tubuh, juga dapat dijadikan Signalling Mirror/ Cermin Sinyal. Selalu bawa emergency thermal blanket dalam survival kit anda.




Semoga bermanfaat.
Dikutip dari beberapa sumber.
Baca selengkapnya

Dibalik Senyumnya, Terselip Kisah Cinta yang Begitu Rumit dan Pahit dari Seorang Pendaki

Dari sebuah perasaan yang tak pernah terungkapkan, masih terus terpendam dalam.

Dari senyuman dan keceriaan di wajahnya, tersimpan begitu banyak cerita panjang tentang perjalanan hidup.
Mungkin dari semua itu tersimpan luka, tersimpan kisah pahit.

Selama ini para penikmat dan pecandu ketinggian sering dikaitkan dengan status mereka yang betah sendiri.
Selalu ada pernyataan naik gunung mulu, kapan naik pelaminan?





Dari kuatnya, mungkin saja mereka pernah dilemahkan.
Dari tawanya mungkin mereka pernah ditangiskan.

Apakah cuma kita yang dianggap kuluk dan tak pantas.
Dipandang sebelah mata, dan seperti tak mempunyai masa depan.
Kemana-mana hanya bermodalkan nekad dan uang pas-pasan.
Yang rela tidak makan demi ongkos perjalanan.

Mengidolakan seorang pasangan yang begitu rupawan, sekaligus bisa diajak untuk mendaki bersama.
Selalu punya mimpi dan keinginan untuk bersama, tapi dalam realitanya semakin tersiksa dengan status yang tak kunjung jelas.
Masih sama seperti kemarin.

Hanya berjalan sendiri, tertawa sendiri dan hanya bisa melihat temannya atau orang lain bercanda tawa bersama pasangannya.
Sedangkan kita hanyalah sibuk dengan kompor dan peralatan masak.
Menyiapkan makanan untuk dimakan bersama.




Memimpikan seorang bidadari yang sama-sama mencintai alam, tapi nyali dan kepercayaan diri tak pernah ada.
Selalu merasa rendah diri, apalagi ketika melihat wanita yang diidamkan dan dikriteriakan ada di depan mata.
Terus menatap wajahnya secara diam dan sembunyi-sembunyi karena gugup dan takut dia menyadari bahwa dirinya telah dipandangi secara diam-diam.
Selalu berharap bahwa dapat menemukan pasangan yang seperti itu, tapi masih belum ada usaha untuk memperjuangkannya.

Menetapkan hati, menguatkan agar tidak rapuh dan lemah. 
Sejatinya mereka mendaki untuk melupakan semua masalah yang diderita, toh malah sebaliknya.

Mereka sebenarnya bukanlah betah sendiri. Ada alasan yang tersimpan kenapa mereka masih sendiri.
Mereka bukan tanpa cinta, tapi pernah ada cinta yang begitu dalam yang membuat mereka terluka. 
Oleh sebab itu, kini setelah mereka bisa melupakan apa yang pernah terjadi dengan kisah cintanya, mereka tak mau terburu-buru lagi dalam melangkah.
Tak mau lagi salah dan terjatuh hingga membuatnya kehilangan senyuman dan keceriaan.

Susah payahnya untuk bangkit membuatnya mengesampingkan dan mengubur dalam perasaan ingin bersama, meskipun tak terelakkan ada begitu besar harapan.

Saat ini selagi masih ada waktu, mereka hanyalah ingin menghabiskan untuk hal yang dipikir bisa membuatnya bahagia dan tertawa. 
Hanya itu yang mereka bisa lakukan sembari dalam hati terbesit keinginan untuk sebuah pasangan yang diidamkan.
Seseorang yang akan mengakhiri penantian dalam diamnya.




Pendaki adalah seseorang yang penuh cinta dan karena cinta itu membuat mereka yakin dan terus berharap bahwa kebahagiaan akan datang menemuinya di puncak, ketika memang semua telah berusaha sekuat tenaga.
Meskipun sekarang mereka masih tetap sendiri, tapi mereka takkan pernah menangis lagi oleh keadaan. Mereka akan tetap berdiri tegak menapaki tanjakan terjal dan takkan terjatuh menuruni jalan yang begitu licin.

Hatinya yang semakin mengeras seperti batu dan takkan mudah terkikis oleh air dan hujan. Tatapannya kuat penuh dengan keyakinan tentang masa depan. Dan selalu percaya bahwa suatu hari mereka akan menggapai dan menemui cinta sejati. 

Yang dilakukan sekarang hanyalah menanti dan berharap. Apakah bidadari itu akan datang atau malah takkan kunjung datang, tetapi dalam penantiannya mereka akan terus berjalan dan mencoba menghampiri cinta sejatinya. Takkan menoleh ke belakang lagi dan akan selalu yakin bahwa kini keadaan telah berubah.

Mereka akan hidup dalam lentera yang selalu akan menerangi jalan agar mereka tidak tersesat lagi, meskipun hatinya masih saja kosong tanpa cinta, tapi takkan pernah kosong dan akan selalu terisi dengan cerita tentang perjalanan yang tak pernah terlupakan.

"Sendiri bukanlah halangan untuk kita berjalan, justru dengan sendiri kita malah punya banyak waktu untuk melakukan apapun".

Berjalanlah sejauh mungkin dan kembalilah dengan sejuta pengalaman dan dengan diri yang lebih siap untuk seorang cinta sejati.



Baca selengkapnya

Dosa Seorang Pendaki

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan bagi kalangan mereka pecinta alam atau yang suka berpetualangan. Banyak yang beranggapan bahwa mendaki gunung adalah sebuah hal keren dan terlihat gagah berani, padahal mendaki gunung merupakan kegiatan yang harus benar-benar dilakukan oleh orang yang mencintai alam bukan merusak alam.



Berikut ini adalah hal-hal salah yang sering dilakukan oleh seorang pendaki :

1. Mencemari Lingkungan

Menyandang nama dari pecinta alam tentunya kita harus berkomitmen sesuai nama yang disandang. Seorang pecinta alam seharusnya wajib dan turut serta dalam melestarikan dan menjaga alam ini. Termasuk menjaganya tetap bersih. Saat ini kebanyakan dari mereka yang tidak bertanggung jawab dan seakan acuh dengan apa yang telah dilakukan seperti membuang sampah sembarangan seperti dari hal kecil yakni bungkus permen dll.

2. Bersifat Acuh dan Pasif

Sifat acuh adalah sifat yang harus dihindari, mengingat bahwa mendaki gunung adalah sarana belajar untuk kita lebih peduli pada sekitar kita. Menjadi seorang pendaki harus memiliki kesadaran yang besar untuk menjaga lingkungan dan benar-benar menjadi pecinta alam yang mencintai alam ini bukan hanya sekedar penikmat alam yang tidak tau diri.

3. Melakukan Pendakian Masal yang Tidak Konservatif

Semakin maraknya aktivitas mendaki gunung dan mengexplore alam menjadikan banyak orang berbondong-bondong mengunjungi satu-persatu tempat yang terdengar hits. Lantas karena hal itu banyak dari mereka terkadang tidak memperkirakan dan memperhitungkan kapasitas akan tempat yang mau mereka datangi. Hanya asal ramai-ramai saja tapi malah merusak ekosistem.


4. Merusak Keasrian Alam

Di setiap jalur pendakian entah itu di pohon, di bangunan shelter, tugu, batu dll banyak sekali coretan-coretan yang tidak enak dilihat dan merusak keasrian dari tempat tersebut. Dengan alih-alih ingin menunjukkan dan meninggalkan kenangan bahwa mereka pernah menginjakkan kaki disini, tapi tidak tau kalau perbuatan seperti mencoret-coret merupakan hal yang tidak bertanggung jawab. 

Selain itu seperti membuang putung rokok sembarangan juga akan mengakibatkan kebakaran yang nantinya malah merusak alam.

Satu hal lagi yang sering dilakukan adalah memetik bunga Edelweiss. Seharusnya kita tidak boleh mengambil apapun dari alam entah itu kecil atau besar. Ingat bahwa tujuan utama kita adalah untuk belajar dari alam. 

Jangan rusak alam ini, karena alam ini adalah titipan anak cucu kita.!!
Baca selengkapnya

Saturday 6 February 2016

Mendewasakan Hati

Mendewasakan Hati


tak semua akhir itu harus seperti yg diinginkan..
tak semua beban itu mengingatku tentang permata yg indah..

mengapa harus ada kesedihan jika bahagia itu ada..
mengapa harus ada benci jika cinta juga ada..
mengapa harus ada malam jika siang itu terlihat jelas..

karena sedih itu, harus kuat..
karena benci itu sebenarnya rindu..
karena malam itu aku selalu melihat dirimu ..
yg menjadi sebuah tujuan ..
yg ada dalam sebuah kotak baja, yg takkan pernah bisa hancur..


aku hanya bisa melihatmu..
aku hanya bisa menemukanmu..
aku hanya bisa membuat lukisan di ingatan tentangmu..

jika di tanya "apa aku mencintaimu?"

jawabku pasti "iya, dan takan pudar"
hanya sebuah keinginan yg selalu menjadi sebuah mimpi indah..
sejak "itu" aku mulai sadar sampai saat ini..
aku bersyukur ..
melihatmu tersenyum..
melihatmu bahagia adalah sebuah keinginkan..
pilihanmu, apapun itu, aku harus menerimanya :)
aku bahagia, bersyukur engkau bahagia..

maaf akan hari lalu aku paksa sebuah kenangan yg hanya bisa melukai..
memang mendewasakan hati itu tak semudah membalik tangan..
tapi,
sekarang aku bisa tau apa itu cinta :)
tak ada kata selain maaf dan terimakasih untukmu..
sudah mengajarkan sebuah makna hidup..

dari : n kecil
"untuk engkau yg tak pernah hilang"
Baca selengkapnya

Friday 5 February 2016

Hilangkan Pikiran Negatif Tentangku Yang Datang dan Pergi

Aku harap tidak ada lagi orang yang menyebutku menghilang.
Karena aku masih tetap disini dan tak pernah pergi.
Masih sama seperti yang kulakukan biasanya.



Aku memang pernah datang, tapi bukan semata untuk pergi.
Aku pernah ada, tapi bukan untuk kemudian tiada.
Kenyataannya memang waktu tak cukup untukku melakukan semua.

Kita semua punya kehidupan, dan tak mungkin melakukan segalanya dalam waktu bersamaan.
Ketika aku hadir dalam kehidupanmu, maka masih sangat besar kemungkinan ku untuk kemudian tak ada dan pergi..
Karena tak selamanya aku terus mengikuti kehidupan orang lain.
Karena setiap pribadi mempunyai jalan cerita untuk mereka ikuti.

Jika tujuan kita sama, mungkin kita nanti akan bertemu di tempat itu.
Tapi bukan berarti jalan yang kita tempuh juga sama.
Bukan berarti cerita yang kita jalani tak berbeda.
Mungkin saja proses yang kita lalui ke tempat itu akan sangat berbeda.


Jika nanti aku datang lagi, terimalah aku dengan senang hati.
Jika aku kembali pergi, mungkin ada hal yang harus kulakukan yang tidak bisa kukerjakan bersama denganmu.
Mungkin nanti juga aku akan kembali lagi setelah kesekian kali pergi..
Tapi percayalah aku tidak pernah datang dan pergi untuk main-main.
Aku tidak pernah datang dan pergi tanpa mempunyai alasan.

Bukankah kita masing-masing masih punya mimpi? 
Tentunya masing-masing dari kita ingin sekali mewujudkannya kan?
Dan mungkin saat ini adalah waktu yang kita punya untuk mengejarnya.

Jangan pernah salah paham.
Jangan pernah menyimpulkan begitu saja.
Karena semua ini bukanlah tanpa alasan.

Jika sekian lama kabar itu tak ada, mungkin diriku sedang berada di belahan bumi lain, di tempat yang berbeda, di dimensi waktu yang berbeda, dan juga dengan kepentingan yang berbeda.

Tetap jalani apa yang ada.
Karena yang ada akan sangat berarti jika nanti itu sudah tak ada dan pergi.

Baik-baik disini yaa... dan kasih kabar jika kamu ada waktu. :)


Baca selengkapnya