Saturday 18 February 2017

Teruntuk Riani, Dengarlah Suara Kecilku


Riani... apa engkau membaca tulisan ini? 
Aku ingin engkau mencoba merenungkan semua ini.
Dan juga berusahalah mengerti tentang apa yang kurasakan saat ini.

Kita pernah berputar-putar tapi tanpa pernah sampai pada tujuan yang seharusnya. 
Kamu letakkan aku seakan-akan diposisi bersalah. Kamu letakkan aku sebagai alasan tentang keadaanmu saat ini.
Coba kamu renungkan lagi, dari sudut pandangmu saat ini mana yang kamu nilai sebagai kesalahan?
Jika nyatanya saja kamu yang terus bermain di dalam duniaku, tapi duniamu tak pernah boleh terusik olehku.

Riani...
Maaf, karena aku sudah tidak bisa lagi berjuang. Ini bukan wujud dari menyerah, tapi aku tak bisa lagi memperjuangkan sesuatu yang sudah menyerah dan pasrah.
Aku tak bisa terus mengerjakan sesuatu yang jelas entah bagaimanapun hasilnya akan tetap sama.
Ini semua seperti sia-sia bagiku. Duniaku dipenuhi olehmu, lalu apakah duniamu penuh olehku juga? "Tidak kan?.


Jika kamu sendiri sepenuh hati menjalani peranmu saat ini, lalu aku bisa apa?? 

Doa memang mungkin adalah cara terakhir, tapi itu jika kamu sudah berjuang. Doa adalah cara terakhir jika semua cara memang sudah kamu coba dan memang tak bisa.
Lalu apakah aku salah mengartikan itu sebagai ketidakmauan untuk berjuang jika cara lain saja belum kamu lakukan, tapi kamu hanya pasrah dengan do'amu?   

Apa ini yang bisa dibilang menyayangi? 
Menyayangi itu sebuah pilihan, pilihan antara mana yang harus kamu pertahankan dan mana yang harus kamu lepaskan. 
Menyayangi itu berjuang, bukan pasrah!!!.
Karena menyayangi adalah berusaha membuat seseorang itu bahagia dengan apa yang kita lakukan. 
Lalu apa kamu saat ini sedang berusaha, sedang berusaha membahagiakan orang yang kamu sayangi? 
Lalu apa yang kamu lakukan saat ini bisa disebut menyayangi?



Bahagia itu tidak dinanti, melainkan diciptakan. Jika kamu menantikan waktu, waktu itu tetap akan datang, tapi kisahnya belum tentu akan sama jika kamu memperjuangkannya.

Riani.. Sekarang aku butuh waktu untuk diriku sendiri. Aku butuh sedikit saja untuk memperhatikan diriku sendiri. Tidak hanya terus berjuang saja. 
Aku juga punya rasa lelah, aku juga butuh berhenti. 

Aku selalu mencari kesibukan untuk melupakan semua, hingga terkadang aku tak pernah ingat lagi dengan waktuku.
Bahkan aku sudah tidak mempedulikannya. Aku sudah lupa dengan yang namanya lelah, hingga seperti saat ini akhirnya tubuhku sendiri yang terus mengingatkannya. Dimana aku tidak bisa bergerak bebas, dimana aku harus diam saja menahan segala keinginan.

Aku tak ingin kembali terbaring meronta-ronta menahan sakitnya. Aku hanya ingin bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan.
Dan karena itu sekali lagi, aku butuh waktu untuk diriku sendiri. Aku juga butuh memahami diriku sendiri, tak hanya belajar memahamimu yang sampai saat ini aku sendiri tak tau apa yang sebenarnya kamu mau.

Riani.. aku butuh seseorang yang lebih mengerti aku daripada diriku sendiri. Aku butuh seseorang yang bisa mengingatkan aku akan lelahku. 
Aku butuh seseorang yang bisa mengingatkan aku untuk berhenti.
Aku tak butuh seseorang yang hanya datang menyelipkan kisah dan cinta lalu pergi begitu saja.

Riani.. aku tak tau sekarang apakah kamu memang sedang tersiksa dengan keadaanmu saat ini atau malah sebenarnya kamu menjalaninya dengan senang hati.
Tapi, yang masih aku tak bisa pikirkan adalah kenapa kamu begitu kuat menjalani pelarian selama ini?
Aku tidak tau jawabnya karena yang tau dirimu sendiri. Tapi aku hanya masih ragu dengan kata-kata yang pernah terucap dari bibirmu.

Aku merasa bahwa kamu terlalu nyaman dengan peranmu saat ini. Tak seperti layaknya orang yang sedang bersandiwara, engkau seperti benar-benar menjalani ini dengan sepenuh hati.
Aku tak tau apakah memang ini yang disebut pelarian?

Aku juga sering berlari mencari pelarian, tapi aku tak pernah berlari kepada orang lain. Aku tak pernah berlari sepertimu, seperti caramu dengan mengorbankan perasaan orang lain, dan kini perasaanku.
Aku tak bisa menerima kehadiran orang lain disaat aku sedang menyayangi seseorang. Aku tidak bisa menjalani sesuatu yang jelas saja tidak aku senangi. Tapi anehnya kamu bisa.

Yang jelas, bukankah orang yang menyayangi akan selalu memperjuangkan cintanya?
Bukannya malah menyerah dan memasrahkan semuanya pada takdir. Ini cinta dan cinta tidak sepesimis itu, cinta tak segampang itu. 
Karena cinta menyangkut hati, bukan hatiku dengan hatimu saja, tapi hati orang lain yang menyayangimu.

Riani...Semoga engkau tau aku teramat lelah menunggu hingga kini kau hadirkan semua ketidakpastian dan harapan yg semakin membuatku tersiksa.

Ku harap engkau sadar agar tak menyuruhku bertahan dengan luka ini, sementara kau bahagia dengan kehidupanmu yg lain.

Jika kau tak egois seharusnya kau dapat memilih memperjuangkan orang yg kau sayangi atau melepaskan aku yang seharusnya kau kasihani ini.

Aku lelah menatap malam tanpa adanya bintang, selalu redup menghadirkan rintik yang selalu menghujani menambah senyap dan deritanya.
Aku rindu dengan kehidupan malam bersama mimpi dan tidur nyenyakku.

Aku tak pernah menyesal menyematkan nama ini padamu, aku juga tak menyesal menyayangimu. Sekarang aku justru bahagia karena setidaknya aku bisa sedikit demi sedikit merelakanmu, seseorang yang sudah tidak ada kemungkinan untuk kembali.

Aku tak pesimis, tapi aku hanya tidak mau berharap lagi. Aku lelah berharap pada manusia.
Aku hanya ingin menjalani hari seperti biasanya. Aku tak mau lagi capek-capek mengejar dan berjuang seorang diri untuk sesuatu yang hasilnya jelas mengecewakan.

Aku ingin membuka lembaran baru dimana sudah tidak ada lagi kamu. Aku ingin menghapuskan semua yang pernah terjadi antara aku seorang pencari sebuah nama dan engkau Riani, seseorang yang sudah kutemukan.

Biar semua hanya menjadi cerita yang kemudian usang. Tak ada lagi yang ingin mengingatnya. Dan semoga lembaran baru itu terisi oleh cerita-cerita bahagia tanpa adanya kesedihan.

Riani.. Terima kasih karena hadirmu membuatku tak lagi lelah mencari, setidaknya cukup sampai disini saja, aku berhenti dari lelah yg selalu menghinggapi demi pencarian sebuah nama yg ternyata tak begitu berarti..

Dan untuk permintaan itu, maaf karena aku tak bisa menyanggupinya. 
Aku juga punya hati, dan aku juga tidak akan mau jika berada di posisi seseorang yang ditinggal pergi oleh kekasihnya merajut kasih dengan orang lain. Aku tidak mau mengajarimu bermain hati. 

Kemarin, aku mengira bahwa kehadiranmu kali ini adalah hasil dari penantian panjang yang akan berakhir manis, ternyata kehadiranmu hanya tuk bilang pergi.

Sudahlah, jika kisah ini hanya kan berjalan seperti ini lebih baik aku berhenti, kamu berhenti. Jangan ada lagi yang namanya harapan, karena aku lelah terus berharap. Bukan lelah sih, tapi bosan terus berjuang sepihak.
Dan jangan pernah sekali bilang ini hanyalah pelarian jika sebenarnya kamu bahagia. Aku tidak suka jika kamu terus berbohong untuk menjaga hati. Jangan datang lagi membawa cinta yang masih terbagi untuk orang lain. Karena itu bukanlah cinta yang baik. 
Jika ada waktu, aku hanya ingin berbicara empat mata denganmu untuk yang terakhir, sebelum aku benar-benar akan berusaha menghapusmu dari hatiku. Semoga kamu ada waktu untuk kesan terakhir dari sebuah kisah yang berujung perih. Kembalilah menjadi namamu, karena Riani telah pergi.






Baca selengkapnya