Setiap gunung mempunyai pelajaran masing-masing yang diberikan untuk kita, dan setiap pendakian juga berbeda pula kesan dan tingkat kesulitan yang dihadapi.
Hari itu jam 2 siang kita yang beranggotakan 8 orang berangkat menuju Basecamp Pendakian Gunung Merapi yang ada di Selo Kabupaten Boyolali. Mereka adalah teman-teman gue yang dulu pernah ikut mendaki Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing serta kita kedatangan tamu dari Pendaki Sejati Gunung Andong hahaha.
Kalo loe semua kagak inget atau belum pada tau, ini gue kenalin tampang-tampang mereka :
Ini dia si Arif, loe masih ingetkan siapa dia? Dia adalah orang yang selalu menemani pendakian gue men, ke Sumbing, Sindoro dan kali ini ke Merapi.
Si Arif dengan ketawanya yang khas :D
Ngomongin si dia, rasanya nggak lengkap kalo nggak ngomongin pasangannya :D siapa lagi kalo bukan........ iyahhh si Barbie hahah :D Pendakian kali ini dia ikut lagi setelah kemarin dia ikut ke Sindoro. Si Nurul rupanya tidak kapok dengan kejadian di Sindoro tempo hari yang lalu.
Ini Dewinya si Arif yang bernama Barbie alias Nurul hehe :D Jadi keinget babi gue :wkkw :v
Sungguh luar biasa ini cewek masih nekad mau ikutan. Hee.. Arif!! jangan lupa dijagain lagi sang Dewinya heheh :D Tugas Anda kali ini masih sama dan mungkin malah bertambah, karena kehadiran tamu besar kita dari sang Penakluk Andong.
Loe semua pasti pada bertanya-tanya siapa sosok yang dimaksud sang Penakluk Andong? Pada penasaran kan sama si Dia? Mari kita kupas habis tentang sosok dirinya. Pria yang identik dengan citra kemas-masannya dan dengan style rambut yang eksotis dan menawan yang mencerminkan para keturunan kerajaan dan ningrat-ningrat. Pria yang mengaku berjiwa metal tapi juga sangat menyukai dangdut dan campursari siapa lagi jika tidak Mas Trianto. hahah :D Ini gue tunjukin paras dan tampangnya yang menawan. Loe semua dijamin bakalan klepek-klepek kalo nglihat fotonya. hukks hukss
Senyumannya yang menawan membuat wanita klepek-klepek
Untuk mendapatkan cintanya Anda harus mempunyai kulit putih karena bukan paksaan, tinggi rata-rata dan yang penting guru ngaji dan anak lurah kwkwkw :v Just Kidd....
Dalam pendakian kali ini dia adalah pendaki yang bawaannya paling enteng hahhah, makhlum karena sudah mas-mas jadi bawaannya pinggang sakit kalo suruh mikul yang berat-berat.
Selanjutnya masih sama dengan yang kemarin-kemarin, kalo loe semua inget kata Jomblo yah mungkin loe semua akan menjurus pada satu orang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kang Ali sang pejuang cinta kwkwkwk. hehe Setelah hari minggu kemarin muncak ke Merbabu, hari Jumatnya dia mau ikutan muncak Merapi. Luar biasa sekali si Dia, kuat, sehat dan tabah menjalani perjuangan cintanya . haha. Si Kang Ali ini sudah kedua kalinya ke Merapi.
ini ceritanya Kang Ali pakai baju baru :v
Selanjutnya lagi ksatria ninja kedua, seseorang yang dikenal karena kekuatannya siapa lagi kalo tidak si Bima hahaha dan dia kakak beradik loh sama si gopal wkwkwk.
di saat semua tertidur, si Bima narsis :v
Yang terakhir adalah sosok yang kita kenal dengan kefeminimannya, iya namanya si Tiko. Si Tiko ini ternyata juga punya nama kalo pas lagi mangkal loh men., namanya si Laura. hahah :D Gue aja baru tau kalo dia punya nama seperti itu. Awalnya gue kaget ketika turun dari Merapi kan sisipan dengan temen ceweknya, nah temennya itu bilang gini "ehh si Laura naik merapi juga toh". Gue ngira itu nyebut siapa, eh ternyata nyebut si Tiko.
Si Tiko ini bisa dibilang yang fenomenal dipendakian kali ini mengalahkan kepopulerannya Kang Ali. Tau nggak apa penyebabnya? Dia ternyata diam-diam punya cewek spesial. haha kalah heboh tuh Kang Ali. Gue baru tau setelah di puncak dia bikin kata-kata buat cewek itu. Ini dia fotonya.
haha ketauan kalo dia punya simpanan wkkw
Haha ternyata nama ceweknya Firda... Rasain lho Tiko bakal jadi bahan bulian anak-anak gantiin gue, kalo kemarin gue yang dihabisin, kali ini loe bakal ngrasain apa yang gue rasain "Kata Kang Ali dalam hati dan dengan ekspresi tertawa sinis" wkkw :D
Si Tiko ini juga sukses bisa muncak Merapi kemarin meskipun dalam kondisi badai dan kabut tebal. Nice job juga kawan... Nggak rugi meskipun loe dikatain feminin kwkw. Akhirnya loe juga bisa nulis buat seseorang kan ahah.
Lanjut cerita selanjutnya, siang itu dengan menggunakan 4 sepeda motor dan saling berboncengan kita berangkat dengan kondisi cuaca saat itu masih cerah. Gue sama Tiko, Si Kang Ali sama Mas Tri, Bima sama si Gopal dan Arif sudah pasti sama kekasihnya haha :D Setelah lampu merah belok kanan arah Boyolali hujan pun akhirnya turun mengiringi perjalanan kita.
Di perjalanan menuju Selo ban sepeda si Arif bocor dan akhirnya di tambal di pinggir jalan, sambil menunggu kita cari mushollah dan sholat ashar..Kita kan sebagai pendaki yang baik haha :D Tak lupa sambil nunggu kita narsis di jalan. wkkw
Jam 4 sore akhirnya kita baru bisa melanjutkan perjalanan dan hujanpun tetap menjadi teman perjalanan sejati kita sampai tiba di Selo jam 5 sore. Istirahat 30 menit dan akhirnya gue, Tiko dan si Bima memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu dengan alasan kita yang akan mendirikan tenda dulu, nah supaya ketika yang lainnya sampai, tenda sudah berdiri dan sudah siap untuk dihuni.
Baru berjalan hari sudah mulai larut dan gelap, mengingat memang ini sudah menginjak maghrib dan kondisi cuaca masih hujan dan mendung. Awal perjalanan dari basecamp kita melewati jalan aspal setelah itu tidak lama akan tiba di New Selo (sebuah plang tulisan besar).
Dari New Selo perjalanan semakin menanjak dengan jalur berupa jalan cor. Sekitar 15 menit kemudian jalan sudah berupa tanah semua yang saat itu sangat licin karena sambil hujan turun. Ketika hujan memang terasa begitu berat, karena jalan licin dan bawaan yang berat, belum lagi hari itu sudah gelap dan kita pun menggunakan headlamp. 15 menit kemudian kita sampai di sebuah shelter dan gapura selamat datang taman nasional gunung Merapi.
Dari situ kita bertiga tidak istirahat dan terus melanjutkan perjalanan. Jalur atau medan pendakian masih tetap terus menanjak dan berupa tanah. Sepanjang perjalanan hujan masih terus turun mengiringi perjalanan ini. Merasakan jalur yang ketika hujan sangat licin dan belum lagi menanjak, kita ingat dengan kelima teman yang berangkat belakangan. Kita khawatir apakah si Nurul dan lainnya kuat. Takutnya terjadi sesuatu dengan mereka.
Kita pun terus berjalan hingga sampai di Pos 1. Di sinipun kita gak beristirahat mengingat Pos 1 ini dijadikan tempat camp oleh pendaki lain. Dari sini angin mulai berhembus dengan kencang dan kaki pun sudah mulai merasakan kaku karena pakaian basah dan dingin.
Kita terus berjalan sambil istirahat sedikit demi sedikit ketika memang benar-benar sudah lelah dan badan pegal membawa barang bawaan yang berat.
Tak lama kemudian kita sampai di Pos 2. Tetap saja kita masih terus melanjutkan perjalanan ke Pasar Bubrah, karena dari awal kita sudah sepakat mau mendirikan tenda disitu.
Di tengah perjalanan angin bertiup dengan kencang dan kabut menutupi perjalanan kita. Melewati medan yang cukup menanjak dan berbatu sambil diterpa angin membuat diri ini serasa melayang. Kita terus berjalan hingga kabut benar-benar tebal dan membuat pandangan semakin sempit. Dengan jalan yang terlihat remang-remang akhirnya kita sampai di monumen yang mengenang pendaki yang dulu pernah meninggal di Merapi.
Dari situ perjalanan tinggal sedikit lagi, tinggal turun lalu kita akan sampai di pasar bubrah. Mengingat kabut yang begitu tebal sampai sinar headlamp kita tidak mampu menembusnya, kita jadi tidak bisa melihat jalan dengan baik. Kita hanya bisa mengikuti jalan dari sinar-sinar yang terlihat remang-remang. Kondisi semakin buruk saja, kabut tebal dan angin semakin kencang disertai dengan gerimis. Kita pun segera mencari batu besar untuk berlindung dan untuk mendirikan tenda, mengingat badan ini sudah semakin dingin dan gemetar.
Lama mencari tak kunjung menemukan malah kita semakin berjalan jauh sampai ke tengah-tengah padang batu dimana kita tidak bisa melihat kanan kiri entah ada jurang atau tidak. Akhirnya setelah itu kita dipertemukan pada batu besar. Lega rasanya karena disini nampaknya cukup untuk mendirikan 2 tenda.
Kita pun langsung bergegas mendirikan tenda, mengingat keadaan seperti ini dan kondisi tubuh yang sudah mulai kepayahan dan kedinginan. Belum selesai mendirikan 1 tenda, si Bima nampaknya sudah tidak kuat lagi, akhirnya kita suruh masuk ke dalam tenda sambil gue dan Tiko menyelesaikannya. Karena medan bebatuan jadi pasak tenda tidak mampu menembusnya, jadi terpaksa kita cari tali sisa pendaki dan mengikatnya pada batu-batu.
Satu tenda akhirnya terselesaikan, dan kita berdua mendirikan tenda satunya lagi. Baru berdiri dan pasak baru nancap beberapa, angin bertiup semakin kencang dan dingin di tubuh ini sudah tidak tertahankan. Kitapun kesulitan karena tenda seakan mau terbang diterpa angin. Akhirnya tidak kita selesaikan mengingat kondisi tidak memungkinkan dan si Tiko aku suruh masuk tenda itu agar tenda tidak terbang, dan gue masuk tenda satunya lagi bersama si Bima.
Di dalam tenda gue hanya bisa berdoa dan pasrah sambil nyebut-nyebut. Tak berhentinya bibir ini mengucap doa disamping Bima yang nampaknya hanya diam dan pasrah. Aku hanya bisa duduk di pojok tenda sambil memegangi tenda karena takut tenda roboh atau terbang di tiup angin. Sekali-kali gue manggil Tiko di tenda sebelah untuk memastikan apakah baik-baik saja atau tidak.
Waktu berjalan begitu lambat, dan badai tak kunjung berhenti. Gue sudah mulai lelah dan pasrah dengan keadaan. Aku hanya bisa sedikit berbaring sambil memikirkan teman-teman yang belum sampai, apakah mereka kembali turun atau memaksakan naik dan terkena badai. Gue hanya takut jika terjadi sesuatu dengan mereka berlima. Akhirnya tak sadar gue pun tertidur sejenak, lalu jam 23.30 terdengar suara teriakan memanggil kita. Oh mungkin itu Arif dkk yang sudah sampai. Kitapun menyahutinya dan ternyata itu benar-benar mereka. Rasanya begitu lega akhirnya mereka sampai juga dengan keadaan selamat. Sungguh ini tak dapat dipercaya, tapi kalian memang hebat.
Begitu bahagia saat bisa kumpul bareng dan perasaan was was sedikit berkurang karena sudah banyak teman disini. Kitapun bercerita-cerita tentang perjalanan tadi sambil membuat energen hangat. hehe nikmat sekali :D
Setelah itu kita pun tidur, meskipun dengan pakaian seadaanya yang basah dan dingin karena habis kehujanan. Kondisi saat itu badai masih tetap belum berhenti dan sudah mulai hujan deras.
Keesokan paginya kita terbangun dan nampaknya diluar kabut masih menyelimuti dan angin kencang belum berhenti. Sambil menunggu badai berhenti untuk muncak, kita pun bikin mie rebus. Oh iya di tenda ini penghuninya gue, Bima, Kang Ali dan Mas Tri. Rasanya nikmat sekali menyantap mie rebus hangat di tengah badai dan dingin seperti ini.
Sesudah makan kita pun ngobrol-ngobrol sambil menunggu badai berhenti. Tak kunjung berhenti akhirnya kita pun rebahan lagi karena capeknya belum hilang. Akhirnya memang kondisi tidak memungkinkan, dan kita memutuskan bahwa habis ini turun dan tidak muncak.
Kang Ali dan Bima akhirnya memutuskan untuk turun dulu karena Kang Ali keburu ada kepentingan. Biasalah mencari nafkah untuk anak dan istri kwkw. Tenda yang satunya dibongkar dan di packing untuk dibawah turun oleh mereka. Para penghuni tenda disuruh pindah ke tenda satunya.
Akhirnya tenda ini dihuni oleh si Arif, Nurul, Gopal, Tiko, Gue dan MAs Tri. Kita masih menunggu badai berhenti, tapi karena kondisi tak kunjung memungkinkan kita memutuskan untuk habis ini turun.
Ketika keluar tenda si Arif bilang kalau ada pendaki yang mau muncak. Wah otomatis ada yang mau muncak brarti kondisi sudah memungkinkan. Gue pun memutuskan untuk muncak juga. Si Gopal dan si Tiko ikut dengan gue. Nah si Arif, Nurul dan Mas Tri memutuskan untuk tetap menunggu di tenda. Akhirnya kita bertiga mulai perjalanan ke puncak.
Disitu kita melihat rombongan pendaki yang tadi dilihat Arif yang mau muncak. Ternyata mereka pada berhenti, nah disitu gue berpikiran apakah mereka tidak jadi karena cuaca seperti ini? Tapi gue gak ambil pusing dan tetap memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan ke puncak. Sampai di tengah medan pasir yang longsor nampak dari atas mereka mulai mengikuti kita untuk ikutan muncak juga. Perlu di ingat bahwa trek menuju puncak Merapi hampir sama seperti di puncak Mahameru yakni pasir yang longsor ketika di injak, hanya saja di merapi hanya sedikit dan setelah itu medan sudah berupa bebatuan saja sampai di puncak.
Gue bertiga akhirnya seperti memandu orang rombongan pendaki yang sempat berhenti tadi haha., sedikit demi sedikit gue lebih cepat dari gopal dan tiko dan Alhamdulillah sampai juga di new puncak garuda alias puncak merapi , dan beberapa menit kemudian terdengar suara-suara orang memanggil nama gue di keadaan kabut yang sangat tebal . dan ternyata itu adalah tiko , gopal dan beberapa rombongan pendaki lain yang kebingungan untuk naik ke puncak dan mereka pun berteriak meminta dijemput dari puncak, karena medan yang hanya beberapa meter lagi dari puncak tertutup penuh oleh kabut gue pun lansung menjemput mereka kemudian kita pun sampai di puncak merapi.
Di puncak kita gak sempat dapat pemandangan bagus sedikit pun karena kondisi yang kabut tebal dan angin kencang. Di puncak Merapi kita hanya bisa duduk dan berdiri tanpa bisa leluasa karena memang puncaknya berbeda dengan gunung-gunung yang lain. Puncak Merapi hanya berupa lereng-lereng curam yang hanya cukup untuk duduk dan berdiri saja. Disini tidak bisa menampung banyak orang.
Tak lupa meskipun dalam keadaan kabut kita sempatkan untuk mengabadikan diri di puncak sebagai bukti kita pernah menginjakkan kaki disini. Setelah mengambil beberapa foto kitapun memutuskan untuk segera turun. Turunnya kita sih cepat dan menikmatinya, makhlum saja bagi yang belum pernah merasakan sensasi berseluncur di atas pasir pasti ketagihan kwkwk kayak si Gopal dan si TIko hehe
Setelah itu kita sampai di tempat kita semalem mendirikan tenda. Tak istirahat lama kita pun bergegas packing dan secepatnya turun, karena cuaca mulai tidak bersahabat lagi. Di perjalanan turun sampai ke basecamp ya begitu-gitu saja tidak perlu kita ceritakan, yang jelas kita sampai di basecamp jam 4 sore. Setelah itu kita pulang kembali ke Jogja dan tiba di kos jam 7 malam.
Itulah sepenggal kisah perjalanan anggota ransel Yogyakarta di Gunung Merapi, semoga bisa menjadi bacaan yang menarik dan sekaligus bisa di ambil pengalamannya.
Bagikan
Merapi Tak Pernah Ingkar Janji
4/
5
Oleh
explore1ndonesia