Friday, 23 January 2015

Kisah Terdampar di Gunung Arjuno



Pagi itu kami berangkat dari rumah dengan anggota 6 orang menuju Lawang untuk mendaki Gunung Arjuno dan Welirang. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi dengan menggunakan sepeda motor serta tas carrier yang berisi bekal dan perlengkapan pendakian. Rencananya kami akan melakukan pendakian selama 3 hari 2 malam. Sampai di Lawang kami bertanya pada warga menuju desa Wonorejo tepatnya menuju kebun teh Wonosari. Sampai di sana kami langsung melakukan perizinan di basecamp pendakian Gunung Arjuno.

Setelah melakukan perizinan, perjalanan kami mulai. Pada awalnya kami melewati jalan beraspal sekitar 100 meter kemudian dilanjutkan dengan jalan makadam atau jalan tanah berbatu yang samping kanan kirinya dihiasi pemandangan kebun teh yang menawan. Tak hanya itu pemandangan Puncak Gunung Arjuno dan Gunung Semeru pun terlihat begitu jelas dari sini. Sejuknya udara membuat langkah kami tak terasa sudah melewati setengah perjalanan di kebun teh. Kami istirahat sejenak untuk foto bersama dan untuk minum-minum.

Setelah istirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan. Jalan yang kami tempuh masih seperti awal, didominasi oleh batu dan masih cukup landai. Tak lama kami berjalan, akhirnya kami sampai di pos 1 di Kebun Teh, yakni sebuah pondok atau tempat beratap seng untuk berteduh dengan panorama Gunung Semeru di sebelah Timur yang begitu jelas.

Perjalanan terus dilanjutkan, dan kali ini sudah memasuki perkebunan warga. Setelah perkebunan warga kami melewati sebuah tempat yang nampaknya habis terbakar, entah sengaja dibakar untuk dijadikan lahan pertanian atau memang benar terbakar. Kondisi jalur seperti jalan lintasan air dari atas yang akan sangat licin untuk dilewati.

Setelah itu kita akan mulai memasuki padan rumput yang sangat luas. Selang beberapa waktu melintasi padang rumput kami sampai di pos 2. Pos ini berwujud seperti gubug atau rumah yang bisa kita tempati untuk menginap atau berteduh. Setelah Pos 2 perjalanan semakin menanjak melintasi padang rumput yang sangat panjang dan luas. Kami tidak beruntung karena belum lama berjalan hujan pun turun dengan derasnya. Perjalanan kami pun terhambat dengan derasnya hujan dan air yang mengalir dari atas menerjang kaki kami. Dengan pelan kami melangkah sambil menunggu 2 teman kami yang sedikit kelelahan dan sedikit kram pada kakinya.

Perjalanan melintasi padang rumput ini sangat panjang dan jalur terus menanjak. Setelah melintasi padan rumput kita akan sampai di Pos 3. Pos 3 hanyalah sebuah tempat datar yang cukup luas untuk mendirikan tenda dengan batuan besar. Disitu kami istirahat sejenak sambil menunggu 2 teman kami yang tertinggal. Sambil menunggu dan istirahat akhirnya tak lama kemudian 2 teman kami datang. Dia bilang kita di suruh duluan saja, nanti dia akan menyusul pelan-pelan. Mengingat hari itu sudah maghrib dan petang serta hujan dan angin yang semakin deras dan kencang, akhirnya kami berempat melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan 2 tema kami yang sedang isitirahat dan bilang kalau akan menyusul.

Perjalanan semakin menanjak lagi, sambil diterpa angin dan hujan serta pakaian semua basah. Kaki dan tubuh kami pun mulai sangat kepayahan. Kami istirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan lagi untuk ke Pos 4 dan membuat tenda disana. Kedua teman kami pun tak menyusul-menyusul. Perasaan kami pun tak enak dan mengkhawatirkan mereka. Tapi kami tidak punya pilihan selain melanjutkan perjalanan dan mencoba berpikiran positif tentang mereka, karena waktu yang semakin gelap dan hujan tak berhenti-hentinya turun. Berjalan jauh kami tak sampai-sampai di pos 4, akhirnya kami pun memutuskan mendirikan tenda terlebih dahulu.
Baru selesai mendirikan tenda, belum sempat ganti pakaian yang basah, kaki kami semua langsung kram. Makhlum karena mungkin terus berjalan di jalur yang menanjak dan berat serta semua pakaian basah, jadi cepet sekali terkena kram dan nyeri.

Selepas itu kami tidak langsung tidur atau beristirahat, dengan penuh perasaan khawatir kami berempat mengkhawatirkan keadaan kedua teman kami yang tadi tertinggal. Dalam hati kami mau menyusul ke bawah lagi itu hari sudah malam dan hujan serta angin semakin deras dan kencang. Tak hanya hal itu, kami berempat sudah tak kuat karena takut kram lagi jika dibuat berjalan berat lagi. Mana hari sudah gelap dan nanti akan terlalu bahaya jika memutuskan untuk mencari jika di tengah jalan terjadi apa-apa, malah akan menambah korban lagi. Oleh karena itu yang kami bisa lakukan hanyalah pasrah dan menyerahkan semua pada Tuhan, tapi dalam hati kami yakin bahwa mereka adalah orang-orang yang kuat.

Sampai tengah malam kami belum tertidur memikirkan teman kami. Dengan perasaan gelisah kami jadi sulit tertidur. Baru tertidur sebentar sudah kaget terbangun lagi. Beberapa orang ada yang memimpikan kedua teman kami tadi. Perasaan kami semakin tak nyaman lagi.

Keesokan harinya cuaca masih sangat tidak bersahabat. Tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Oleh karena itu kami hanya menunggu dan berharap cuaca akan segera membaik dengan menuggu di dalam tenda. Kemudia ada seorang teman kami yang pamitnya mau buang air di luar.

Setelah beberapa lama kog gak kembali-kembali. Ternyata dia pergi seorang diri turun mencari kedua teman kami. Dia tak bilang pada kami kalau mau mencari kedua teman kami yang kemarin masih tertinggal. Kami hanya berharap dia bisa kembali dengan keadaan baik-baik saja dan berharap dia membawa berita baik.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya satu teman kami yang turun tadi akhirnya kembali. Dia mengatakan kalau kedua teman kami kemungkinan sudah turun ke bawah dan semalam survival di pos 3, karena ada jejak berupa makanan dan barang mereka yang sengaja ditinggal untuk memberikan petunjuk pada kami berempat.

Jam 11 siang kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke atas karena cuaca sudah mulai membaik dan matahari sudah mulai menampakkan sinarnya. Tak lama kami berjalan kami sampai di pos 4, kami tidak beristirahat dan langsung berjalan terus. Medan dan jalur setelah Pos 4 awalnya cukup landai dan didominasi oleh semak-semak sejenis tanaman pakis. Setelah itu mulai memasuki kawasan pohon pinus lagi dan jalurnya kembali menanjak. Belum lama kami berjalan hujan sudah mengguyur lagi. Kami berhenti sejenak untuk memakai mantel dan setelah itu kami melanjutkan perjalanan lagi.

Cuaca semakin memburuk lagi, angin dan hujan begitu kencang dan derasnya. Akhirnya kamipun terpaksa harus mendirikan tenda lagi. Sampai malam hujan dan angin belum berhenti, dan akhirnya kami memutuskan untuk menginap dan melanjutkan perjalanan ke puncak Arjuno esok pagi hari ketika cuaca sudah membaik.

Pagi harinya tepatnya jam 3 pagi, kami melihat keadaan dan nampaknya cuaca sudah mendukung untuk melakukan perjalanan untuk ke puncak. Kami bersiap dan berkemas dengan membawa satu tas berisi air minu. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dengan meninggalkan tenda dan barang yang tidak perlu. Kami berjalan dengan medan yang terus menanjak dan terjal di temani keheningan dan hari yang masih gelap. Dari kejauhan nampak pemandangan cahaya gemerlap perkotaan di bawah sangat menarik dan pemandangan langit yang masih nampak begitu banyak awan.

Kami terus berjalan hingga pepohonan mulai jarang dan hampir tak ada pohon pinus lagi. Tapi kami tidak beruntung karena tiba-tiba kabut tebal datang dan hujan pun akhirnya turun lagi disertai angin kencang. Kami tak bisa melanjutkan perjalanan karena kami juga tak membawa mantel atau jas hujan. Tak ada tempat untuk berteduh, hanya di bawah pohon pinus yang tak cukup untuk menahan air jatuh. Kami melanjutkan perjalanan sedikit-sedikit sambil mencari tempat yang benar-benar bisa buat berlindung dari air dan angin. Akhirnya yang ada hanyalah sebuah tempat disamping batu besar. Setidaknya kami disitu bisa berlindung dari angin. Tapi sayangnya hujan masih menerpa badan kami. Tak satupun pakaian yang tak luput dari basah karena terkena air. Di sela hawa dingin dan pakaian semua basah, akhirnya kami mulai menggigil, kaki dan tangan terasa kaku dan tidak bisa bergerak. Wajah terasa mati dan tak bisa merasakan ketika dipegang. Kami hanya terdiam sambil kedinginan di samping batu itu, dengan harapan bahwa cuaca akan segera membaik. Kami terus berdoa agar segera di anugerahi cuaca yang baik agar kami bisa sampai di puncak Gunung Arjuno.

Nampaknya Tuhan berkata lain, cuaca dan angin kencang tak sedikitpun berhenti. Kami bertahan disini hampir 3 jam lebih menunggu hujan reda. Seorang teman kami mulai tidak kuat, dan terus mengeluhkan keadaan. Kami hanya bisa pasrah dan menanti keajaiban datang.
Kemudian seorang teman kami tak berpamitan langsung pergi. Awalnya kami mengira dia mau buang air, tapi sampai menunggu lama dia tak kembali. Kami pun curiga, dan berpikiran kalau dia mungkin sudah nekad naik ke puncak meskipun di keadaan seperti ini. Akhirnya kami pun memutuskan untuk menyusulnya. Dengan segenap kekuatan yang masih tersisa, dan dengan seluruh tenaga dan keyakinan kami berjalan terseok-seok sambil mulut tak berhentinya mengucapkan doa. Ternyata memang benar, kalau teman kami melanjutkan perjalanan sendiri. Dia terlihat berjalan seorang diri ke atas dan dia pun melihat ke bawah dan menyadari bahwa kami menyusulnya. Dia berteriak dari atas dan kejauhan untuk menyemangati kami. Beberapa lama kemudian akhirnya kami sampai di atas dan teman kamipun sudah sampai duluan.

Di atas badai sangat kencang sampai tubuh dan badan kami seakan mau roboh dan terjatuh dihempasnya. Kami semua terharu dan bersyukur karena bisa sampai di Puncak Gunung Arjuno, meskipun dengan perjuangan dan pengorbanan hidup dan mati. Yang tersirat dalam benak kami sekarang adalah turunnya nanti. Tak lama kami di puncak dan kami akhirnya memutuskan untuk turun karena sudah tak kuat lagi dengan keadaan di puncak. Di tengah perjalanan turun dari puncak, awan di langit akhirnya mulai tersibak, dan hujanpun sedikit demi sedikit mulai berkurang. Kamipun sedikit mempunyai kekuatan kembali untuk melakukan perjalanan. Sambil tersenyum dan tidak menyangka bisa sampai di puncak dengan keadaan seperti itu, kami terus berjalan turun menuju tenda.

Dan ketika kami sampai di tenda, kami melepas dan menjemur pakaian basah yang kami pakai dan kemudian istirahat sejenak sambil memasak mie instan. Setelah makan dan istirahat kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan turun, mengingat mumpung cuaca lagi cerah dan nanti keburu hujan lagi. Kami berkemas dan  melakukan perjalan turun.

Dengan perjalanan turun yang memakan waktu cukup lama, akhirnya kami sampai di kebun teh. Dari sini kami merasa perjalanan kami kurang seikit lagi, meskipun sebenarnya kaki sudah tak kuat lagi. Tapi kami tak menyerah karena perjalanan kurang sedikit lagi. Dan akhirnya alhamdulilah perjalanan kami akhirnya sukses, akhirnya kami sampai di basecamp dengan keadaan selamat.
Kami begitu bersyukur kepada Tuhan yang masih memberikan kesempatan pada kami untuk bernafas lebih lama lagi di dunia ini. Kami bersyukur karena telah diizinkan untuk menikmati keindahan alam yang telah Dia ciptakan. Kami juga sangat bersyukur karena masih diberikan kekuatan, kesempatan dan begitu banyak pelajaran agar kami bisa merasakan arti hidup yang sebenarnya.

Sekian cerita dari saya, semoga dapat menginspirasi dan bisa menjadi pengalaman serta pelajaran berharga.

Bagikan

Jangan lewatkan

Kisah Terdampar di Gunung Arjuno
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.