Jalur Pendakian Gunung Ciremei
Gunung Ciremei merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat
dengan ketinggian 3.078 Mdpl. Untuk mendaki Gunung Ciremei ini terdapat 3
jalur, yaitu jalur Majalengka, jalur Linggarjati dan jalur Palutungan. Jalur
Linggarjati adalah jalur yang sering dilalui oleh para pendaki meskipun jalur
ini adalah jalur yang paling berat dan terjal.
Berikut ini Transportasi Menuju Gunung Ciremei :
1.
Jalur Apuy
Dari pintu tol Palimanan kita naik colt
kecil sampai perempatan Palimanan. Kemudian kita naik angkot menuju terminal
Kadipaten. Dari terminal Kadipaten dilanjutkan ke perempatan Pasar lanjut lagi
menuju terminal Maja. Terminal Maja cukup ramai karena menyatu dengan pasar
kecil.
Meninggalkan Maja menggunakan pickup
melewati lahan pertanian berkabut diselingi perkampungan kecil. DI penghujung
perjalanan akan melewati lorong perkampungan yang padat dan menanjak. Setelah
sampai di depan papan petunjuk ke Curug Muara Raya + 6000 m disini terdapat
Masjid yang bersebelahan dengan balai desa dan disebelahnya terdapat pohon
besar yang ada petunjuk ke puncak Ciremei. Di belakang masjid masuk dari sisi
kanan Masjid dan kemudian akan menemukan warung makanan dan minuman.
Perjalanan ke Pos 1 melewati perkampungan
dan ladang sayuran dengan kondisi jalan beraspal dan bisa dilalui dengan
mencarter mobil pickup hingga ke Pos 1 Blok Arban.
2.
Jalur Palutungan
Jalur Palutungan tidak seterjal jalur
Linggarjati, namun waktu yang diperlukan menjadi lebih lama dan panjang.
Palutungan adalah sebuah kampong terakhir di lereng selatan Gunung Ciremei dan
berada di ketinggian 1100 Mdpl. Palutungan tepatnya berada di desa Cisantana,
Kec Cigugur, Kab Kuningan.
Dari tempat terminal bus kota Kuningan naik
angkutan desa menuju desa Palutungan. Kalau dari Cirebon kita dapat menggunakan
angkutan umum jurusan Cikijing dan turun di pertigaan Cigugur. Dari situ
perjalan menuju Cisantana melalu jalanan menanjak dan berbatu sekitar 1 jam.
Dari Cisantana perjalanan kembali dilanjutkan dengan naik angkutan sayur menuju
Palutungan sekitar 20 menit.
Setelah sampai kita mengurus perizinan dan
perjalanan dapat kita mulai. Perjalanan awal akan melalui kebun penduduk lalu
belok ke kanan memasuki hutan tropis dengan jalur agak landau dan kadangkala
harus melewati semak-semak yang tinggi. Untuk sampai di Cigowong diperlukan
waktu sekitar 3 jam.
3.
Jalur Linggarjati
Desa Linggarjati terletak 14 km dari kota
Kuningan atau 24 km dari kota Cirebon. Dari Jakarta dapat ditempuh dengan bus
jurusan Kuningan atau kereta api jurusan Cirebon yang disambung dengan bus atau
kendaraan umum jurusan Cirebon – Kuningan. Dari pertigaan Linggarjati berjalan
kaki sekitar 2,5 km menuju museum Linggarjati yang dulu adalah sebuah hotel
bersejarah yang menjadi saksi bisu Bung Karno dengan Belanda saat perjanjian
Linggarjati.
Terdapat pula Taman Linggarjati Indah
seluas 11 hektar dilengkapi berbagai sarana rekreasi. Pos penjagaan berjarak sekitar 500 m dari
Musium Linggarjati. Kita perlu mendaftar serta membayar asuransi per orang Rp
5000.
Siapkan perbekalan, terutama air karena
susah sekali mendapat air selama perjalanan. Para pendaki dapat menggunakan
jasa petugas penjaga atau penduduk untuk membimbing perjalanan ke puncak.
Pendakian Jalur Apuy
Perjalanan dimulai dengan relative santai dengan medan tidak
terlalu terjal dan suasana yang menyejukkan. Setelah itu kita akan sampai di
Pos Simpang Lima dengan ketinggian 1908 mdpl berupa dataran cukup luas dan kita
bisa mendirikan tenda disini.
Dari Pos 2 (Simpang Lima) menuju Pos 3 Tegal Wasawa
memerlukan waku sekitar 1 jam. Disini jalur semakin terjal dan hutan makin
tertutup. Sekitar 100 m terdapat simpang tiga yang cukup jelas, pertemuan jalur
baru dan jalur lama. Kalau ke kanan merupakan jalur lama dari Pos 1 yang
melewati danau atau situ dan kuburan. Kalau ke kiri menuju Pos 3 Tegal Wasawa
dengan ketinggian 2400 mdpl berupa dataran cukup untuk tenda kapasitas 4 orang.
Dari Pos 3 menuju Pos 4 Tegal Jamuju 2600 mdpl waktu yang
ditempuh relative cukup pendek sekitar 35 menit. Medannya berupa tanah yang
cukup padat melintasi hutan yang lebat dan rindang. Sesekali kita akan
melintasi akar-akar pohon.
Dari Pos 4 menuju Pos 5 Sanghiang Rangkah 2800 mdpl waktu
tempuh sekitar 1,5 jam. Perjalanan menuju Pos 5 cukup panjang dan terjal. Pos 5
merupakan pertemuan jalur apuy dan jalur Palutungan. Di sebelah kanan terdapat
papan petunjuk. Palutungan menuju Sanghiang Ropoh, Pos 7 jalur Palutungan. Di
sisi jalur menurun ke bawah terdapat sungai kering. Beberapa jalur sungai itu
terdapat ceruk dengan genangan air.
Pos 5 Sanghiang Rangkah menuju Pos 6 Goa Walet yang berada
di ketinggian 2950 mdpl perlu waktu sekitar 2 jam. Jalur berbatu menganak sungai membuat
perjalanan melambat. Di tengah jalur berbatu terdapat sebatang pohon yang
ditempel papan petunjuk ke puncak dan turun arah Palutungan.
Pos 6 Goa Walet menuju puncak Ciremei sudah dekat hanya
perlu waktu 35 menit. Puncak Ciremei dari sisi Selatan terdapat tugu penanda
tertinggi Gunung Ciremei.
Pendakian Jalur
Palutungan
Pos 1 Cigowong terletak diketinggian 1450 Mdpl dan terdapat
sungai kecil sehingga pendaki dapat menyiapkan persediaan air sebanyak mungkin
karena selanjutnya tidak akan ditemukan lagi mata air.
Selepas Cigowong lintasan masih landau masuk ke dalam hutan
dan melewati Blok Kta yang berada diketinggian 1690 mdpl dan akan sampai di
Blok Pagguyungan Badak. Pangguyungan Badak merupakan area yang berada
diketinggian 1790 Mdpl. Daerah ini terdapat puing-puing bangunan tua.
Untuk sampai di Blok Arban perlu waktu sekitar 30 menit
dengan lintasan yang mulai menanjak. Blok Arban diketinggian 2030 mdpl
merupakan Pos 3 dengan area cukup datar dan teduh.
Lintasan mulai menanjak dan sekitar 2,5 jam akan sampai di
Tanjakan Asoy 2108 Mdpl yang merupakan Pos 4. Tempat ini berupa tanah yang
datar berukuran cukup luas. Selepas dari sini lintasan semakin menanjak dalam
waktu 1 jam akan sampai di Blok Pesanggrahan 2450 Mdpl.
Selepas Pos 5 Pesanggrahan, pendaki mulai memasuki kawasan
vegetasi yang ditumbuhi cantigi dan edelweiss sampai di Blok Sanghiang Ropoh
2590 mdpl. Lintasan ini sangat licin jika hujan turun. Sanghiang Ropoh (Pos 6)
terletak di daerah yang datar dan terbuka.
Selepas Pos 6 lintasan masih cukup curam dan licin dengan
tanah berwarna kuning mengandung belerang. Selanjutnya akan sampai di pertigaan
menuju jalur Apuy dan ke Kawah Goa Walet. Pada posisi kanan lintasan terdapat
Kawah Goa Walet dengan ketinggian 2925 Mdpl yang sering digunakan untuk
bermalam dan berlindung dari cuaca buruk. Di sebelah kiri lintasan akan menyatu
dengan jalur Apuy (Majalengka).
Untuk sampai ke puncak Gunung Ciremei atau yang dikenal
dengan Puncak Sunan Cirebon diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Sesampainya di
puncak, pendaki dapat menikmati indahnya pemandangan dua kawah. Selain itu
pendaki juga bisa melihat dari arah barat pemandangan kota Majalengka, kea rah
utara panorama kota Cirebon dan Laut Jawa, serta dari arah Timur tampak Gunung
Slamet yang tertutup awan. Di pagi hari tentu saja Sunrise akan muncul tepat di
puncak Gunung Slamet.
Pendakian Jalur Linggarjati
Selepas dari Pos pendaftaran dengan melintasi jalan beraspal
pendaki memasuki kawasan hutan pinus dan
persawahan hingga Cibeunar yang berada
diketinggian 750 mdpl. Tempat ini sangat ramai dengan para pendaki yang ingin
mengadakan pendakian maupun hanya sekedar camping. Disini juga terdapat sumber
air yang cukup melimpah yang tidak akan kita temui lagi sepanjang perjalanan
sampai ke puncak.
Selepas Cibeunar lintasan melewati ladang dan hutan pinus
hingga memasuki Leuweng Datar diketinggian 1285 Mdpl. Leuweng Datar terletak di
tengah hutan tropis. Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan melewatu
area yang cukup datar sebagai camp yakni Sigedang dan Kondang Amis (1350 mdpl).
Untuk sampai di Kuburan Kuda diperlukan waktu sekitar 2 jam
perjalanan. Blok Kuburan Kuda berada pada ketinggian 1580 Mdpl, merupakan
lapangan datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat kemah. Daerah ini
dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Di dekar jalur ini terdapat Kuburan
Kuda.
Selepas Kuburan Kuda jalur semaki curam dan kita akan sampai
di Pengalap 1.790 Mdpl. Dengan sudut lintasan yang mulai membesar kita akan
melewati tanjakan Bin – bin (1.920 mdpl) dan semakin menanjak lagi melewati
tanjakan Seruni.
Tanjakan Seruni dengan ketinggian 2.080 mdpl adalah lintasan
yang terberat dan melelahkan dibanding yang lain. Bahkan pendaki akan menemui
jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat dan memaksanya berpegangan
akar pepihinan untuk mencapai pos selanjutnya. Belum lagi bila hujan turun,
jalur ini akan menjadi lintasan aliran air hujan seperti air terjun. Begitu
juga dengan jalur berikutnya hingga sampai di Tanjakan Bapak Tere setinggi
2.200 Mdpl.
Selepas Tanjakan Bapak Tere lintasan tetap menanjak hinggan
sampai di Batu Lingga dengan waktu tempu sekitar 2,5 jam. Batu Lingga dengan
ketinggian 2.400 Mdpl merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan
terdapat sebuat baru berukuran besar dahulunya tempat walisongo bersolat dan
berkhutbah. Pos ini adalah tempat yang keramat, konon para wali sering
mengadakan pertemuan di tempat ini menurut kesaksian para pendaki kehadiran
wali ini ditandai dengan gumpalan cahaya yang terbang di tempat ini. Di tempat
ini terdapat dua buah batu nisan.
Meninggalkan kawasan Batu Lingga lintasan masih menanjak dan
di tengah perjalanan pendaki akan menemukan dua pos peristirahatan berupa tanda
datar yakni Sanga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl).
Selepas itu pendaki akan memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah
terbuka.
Untuk sampai di Pangasinan yang berada diketinggian 2.860
mdpl merupakan pos terakhir. Tempatnya lebar sehingga cukup untuk mendirikan
beberapa tenda, meskipun lokasinya agak berbukit. Kabut dan hujan yang sering
muncul di puncak meskipun di musim kemarau menyisakan genangan air di celah
bebatuan sehingga bisa dimanfaatkan untuk minum dan memasak.
Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk merangkak melewati
bebatuan cadas untuk sampai di puncak. Hujan deras sering muncul di puncak
sehingga aliran air terkucur dari atas membasahi para pendaki. Di puncak
pendaki bisa memandang kota Cirebon dan Laut Jawa. Kapal-kapal besar Nampak
dari kejauhan. Ke arah Timur akan melihat Gunung Slamet dengan puncaknya yang
tertutup awan.
Puncak Gunung Ciremei memiliki kawah yang curam dan sangat
indah. Pendaki yang nekad turun sering turun ke bawah untuk membuat tulisan di
atas lumpur kawah. Peziarah sering datang untuk berdoa di puncak ini. Mereka
mendaki dengan berpuasa dan makan bekal nasi bungkus setelah tiba di puncak.
Bandingkan peziarah dengan pendaki gunung yang setiap saat makan dan minum saja
kadang masih tidak sampai puncak.
Banyak sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos
dan tidak sanggup meneruskan perjalanan ke puncak karena medan yang berat dan
susahnya air akhirnya harus turun.
Bagikan
Mendaki Gunung Ciremei (Gunung Tertinggi di Jawa Barat)
4/
5
Oleh
explore1ndonesia