Tuesday, 3 February 2015

Mendaki Gunung Ciremei (Gunung Tertinggi di Jawa Barat)

Jalur Pendakian Gunung Ciremei

Gunung Ciremei merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 Mdpl. Untuk mendaki Gunung Ciremei ini terdapat 3 jalur, yaitu jalur Majalengka, jalur Linggarjati dan jalur Palutungan. Jalur Linggarjati adalah jalur yang sering dilalui oleh para pendaki meskipun jalur ini adalah jalur yang paling berat dan terjal.



Berikut ini Transportasi Menuju Gunung Ciremei :

1.       Jalur Apuy
Dari pintu tol Palimanan kita naik colt kecil ­­sampai perempatan Palimanan. Kemudian kita naik angkot menuju terminal Kadipaten. Dari terminal Kadipaten dilanjutkan ke perempatan Pasar lanjut lagi menuju terminal Maja. Terminal Maja cukup ramai karena menyatu dengan pasar kecil.
Meninggalkan Maja menggunakan pickup melewati lahan pertanian berkabut diselingi perkampungan kecil. DI penghujung perjalanan akan melewati lorong perkampungan yang padat dan menanjak. Setelah sampai di depan papan petunjuk ke Curug Muara Raya + 6000 m disini terdapat Masjid yang bersebelahan dengan balai desa dan disebelahnya terdapat pohon besar yang ada petunjuk ke puncak Ciremei. Di belakang masjid masuk dari sisi kanan Masjid dan kemudian akan menemukan warung makanan dan minuman.

Perjalanan ke Pos 1 melewati perkampungan dan ladang sayuran dengan kondisi jalan beraspal dan bisa dilalui dengan mencarter mobil pickup hingga ke Pos 1 Blok Arban.

2.       Jalur Palutungan
Jalur Palutungan tidak seterjal jalur Linggarjati, namun waktu yang diperlukan menjadi lebih lama dan panjang. Palutungan adalah sebuah kampong terakhir di lereng selatan Gunung Ciremei dan berada di ketinggian 1100 Mdpl. Palutungan tepatnya berada di desa Cisantana, Kec Cigugur, Kab Kuningan.

Dari tempat terminal bus kota Kuningan naik angkutan desa menuju desa Palutungan. Kalau dari Cirebon kita dapat menggunakan angkutan umum jurusan Cikijing dan turun di pertigaan Cigugur. Dari situ perjalan menuju Cisantana melalu jalanan menanjak dan berbatu sekitar 1 jam. Dari Cisantana perjalanan kembali dilanjutkan dengan naik angkutan sayur menuju Palutungan sekitar 20 menit.

Setelah sampai kita mengurus perizinan dan perjalanan dapat kita mulai. Perjalanan awal akan melalui kebun penduduk lalu belok ke kanan memasuki hutan tropis dengan jalur agak landau dan kadangkala harus melewati semak-semak yang tinggi. Untuk sampai di Cigowong diperlukan waktu sekitar 3 jam.

3.       Jalur Linggarjati
Desa Linggarjati terletak 14 km dari kota Kuningan atau 24 km dari kota Cirebon. Dari Jakarta dapat ditempuh dengan bus jurusan Kuningan atau kereta api jurusan Cirebon yang disambung dengan bus atau kendaraan umum jurusan Cirebon – Kuningan. Dari pertigaan Linggarjati berjalan kaki sekitar 2,5 km menuju museum Linggarjati yang dulu adalah sebuah hotel bersejarah yang menjadi saksi bisu Bung Karno dengan Belanda saat perjanjian Linggarjati.

Terdapat pula Taman Linggarjati Indah seluas 11 hektar dilengkapi berbagai sarana rekreasi.  Pos penjagaan berjarak sekitar 500 m dari Musium Linggarjati. Kita perlu mendaftar serta membayar asuransi per orang Rp 5000.

Siapkan perbekalan, terutama air karena susah sekali mendapat air selama perjalanan. Para pendaki dapat menggunakan jasa petugas penjaga atau penduduk untuk membimbing perjalanan ke puncak.



Pendakian Jalur Apuy

Perjalanan dimulai dengan relative santai dengan medan tidak terlalu terjal dan suasana yang menyejukkan. Setelah itu kita akan sampai di Pos Simpang Lima dengan ketinggian 1908 mdpl berupa dataran cukup luas dan kita bisa mendirikan tenda disini.

Dari Pos 2 (Simpang Lima) menuju Pos 3 Tegal Wasawa memerlukan waku sekitar 1 jam. Disini jalur semakin terjal dan hutan makin tertutup. Sekitar 100 m terdapat simpang tiga yang cukup jelas, pertemuan jalur baru dan jalur lama. Kalau ke kanan merupakan jalur lama dari Pos 1 yang melewati danau atau situ dan kuburan. Kalau ke kiri menuju Pos 3 Tegal Wasawa dengan ketinggian 2400 mdpl berupa dataran cukup untuk tenda kapasitas 4 orang.

Dari Pos 3 menuju Pos 4 Tegal Jamuju 2600 mdpl waktu yang ditempuh relative cukup pendek sekitar 35 menit. Medannya berupa tanah yang cukup padat melintasi hutan yang lebat dan rindang. Sesekali kita akan melintasi akar-akar pohon.

Dari Pos 4 menuju Pos 5 Sanghiang Rangkah 2800 mdpl waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Perjalanan menuju Pos 5 cukup panjang dan terjal. Pos 5 merupakan pertemuan jalur apuy dan jalur Palutungan. Di sebelah kanan terdapat papan petunjuk. Palutungan menuju Sanghiang Ropoh, Pos 7 jalur Palutungan. Di sisi jalur menurun ke bawah terdapat sungai kering. Beberapa jalur sungai itu terdapat ceruk dengan genangan air.

Pos 5 Sanghiang Rangkah menuju Pos 6 Goa Walet yang berada di ketinggian 2950 mdpl perlu waktu sekitar 2 jam.  Jalur berbatu menganak sungai membuat perjalanan melambat. Di tengah jalur berbatu terdapat sebatang pohon yang ditempel papan petunjuk ke puncak dan turun arah Palutungan.
Pos 6 Goa Walet menuju puncak Ciremei sudah dekat hanya perlu waktu 35 menit. Puncak Ciremei dari sisi Selatan terdapat tugu penanda tertinggi Gunung Ciremei.


Pendakian Jalur Palutungan

Pos 1 Cigowong terletak diketinggian 1450 Mdpl dan terdapat sungai kecil sehingga pendaki dapat menyiapkan persediaan air sebanyak mungkin karena selanjutnya tidak akan ditemukan lagi mata air.
Selepas Cigowong lintasan masih landau masuk ke dalam hutan dan melewati Blok Kta yang berada diketinggian 1690 mdpl dan akan sampai di Blok Pagguyungan Badak. Pangguyungan Badak merupakan area yang berada diketinggian 1790 Mdpl. Daerah ini terdapat puing-puing bangunan tua.

Untuk sampai di Blok Arban perlu waktu sekitar 30 menit dengan lintasan yang mulai menanjak. Blok Arban diketinggian 2030 mdpl merupakan Pos 3 dengan area cukup datar dan teduh.
Lintasan mulai menanjak dan sekitar 2,5 jam akan sampai di Tanjakan Asoy 2108 Mdpl yang merupakan Pos 4. Tempat ini berupa tanah yang datar berukuran cukup luas. Selepas dari sini lintasan semakin menanjak dalam waktu 1 jam akan sampai di Blok Pesanggrahan 2450 Mdpl.

Selepas Pos 5 Pesanggrahan, pendaki mulai memasuki kawasan vegetasi yang ditumbuhi cantigi dan edelweiss sampai di Blok Sanghiang Ropoh 2590 mdpl. Lintasan ini sangat licin jika hujan turun. Sanghiang Ropoh (Pos 6) terletak di daerah yang datar dan terbuka.

Selepas Pos 6 lintasan masih cukup curam dan licin dengan tanah berwarna kuning mengandung belerang. Selanjutnya akan sampai di pertigaan menuju jalur Apuy dan ke Kawah Goa Walet. Pada posisi kanan lintasan terdapat Kawah Goa Walet dengan ketinggian 2925 Mdpl yang sering digunakan untuk bermalam dan berlindung dari cuaca buruk. Di sebelah kiri lintasan akan menyatu dengan jalur Apuy (Majalengka).

Untuk sampai ke puncak Gunung Ciremei atau yang dikenal dengan Puncak Sunan Cirebon diperlukan waktu sekitar 1,5 jam. Sesampainya di puncak, pendaki dapat menikmati indahnya pemandangan dua kawah. Selain itu pendaki juga bisa melihat dari arah barat pemandangan kota Majalengka, kea rah utara panorama kota Cirebon dan Laut Jawa, serta dari arah Timur tampak Gunung Slamet yang tertutup awan. Di pagi hari tentu saja Sunrise akan muncul tepat di puncak Gunung Slamet.


Pendakian Jalur Linggarjati

Selepas dari Pos pendaftaran dengan melintasi jalan beraspal pendaki memasuki  kawasan hutan pinus dan persawahan hingga Cibeunar yang  berada diketinggian 750 mdpl. Tempat ini sangat ramai dengan para pendaki yang ingin mengadakan pendakian maupun hanya sekedar camping. Disini juga terdapat sumber air yang cukup melimpah yang tidak akan kita temui lagi sepanjang perjalanan sampai ke puncak.

Selepas Cibeunar lintasan melewati ladang dan hutan pinus hingga memasuki Leuweng Datar diketinggian 1285 Mdpl. Leuweng Datar terletak di tengah hutan tropis. Selepas daerah ini lintasan mulai menanjak dan melewatu area yang cukup datar sebagai camp yakni Sigedang dan Kondang Amis (1350 mdpl).

Untuk sampai di Kuburan Kuda diperlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Blok Kuburan Kuda berada pada ketinggian 1580 Mdpl, merupakan lapangan datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat kemah. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Di dekar jalur ini terdapat Kuburan Kuda.
Selepas Kuburan Kuda jalur semaki curam dan kita akan sampai di Pengalap 1.790 Mdpl. Dengan sudut lintasan yang mulai membesar kita akan melewati tanjakan Bin – bin (1.920 mdpl) dan semakin menanjak lagi melewati tanjakan Seruni.

Tanjakan Seruni dengan ketinggian 2.080 mdpl adalah lintasan yang terberat dan melelahkan dibanding yang lain. Bahkan pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat dan memaksanya berpegangan akar pepihinan untuk mencapai pos selanjutnya. Belum lagi bila hujan turun, jalur ini akan menjadi lintasan aliran air hujan seperti air terjun. Begitu juga dengan jalur berikutnya hingga sampai di Tanjakan Bapak Tere setinggi 2.200 Mdpl.

Selepas Tanjakan Bapak Tere lintasan tetap menanjak hinggan sampai di Batu Lingga dengan waktu tempu sekitar 2,5 jam. Batu Lingga dengan ketinggian 2.400 Mdpl merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuat baru berukuran besar dahulunya tempat walisongo bersolat dan berkhutbah. Pos ini adalah tempat yang keramat, konon para wali sering mengadakan pertemuan di tempat ini menurut kesaksian para pendaki kehadiran wali ini ditandai dengan gumpalan cahaya yang terbang di tempat ini. Di tempat ini terdapat dua buah batu nisan.

Meninggalkan kawasan Batu Lingga lintasan masih menanjak dan di tengah perjalanan pendaki akan menemukan dua pos peristirahatan berupa tanda datar yakni Sanga Buana Bawah (2.545 mdpl) dan Sangga Buana Atas (2.665 mdpl). Selepas itu pendaki akan memasuki batas vegetasi antara hutan dengan daerah terbuka.

Untuk sampai di Pangasinan yang berada diketinggian 2.860 mdpl merupakan pos terakhir. Tempatnya lebar sehingga cukup untuk mendirikan beberapa tenda, meskipun lokasinya agak berbukit. Kabut dan hujan yang sering muncul di puncak meskipun di musim kemarau menyisakan genangan air di celah bebatuan sehingga bisa dimanfaatkan untuk minum dan memasak.

Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk merangkak melewati bebatuan cadas untuk sampai di puncak. Hujan deras sering muncul di puncak sehingga aliran air terkucur dari atas membasahi para pendaki. Di puncak pendaki bisa memandang kota Cirebon dan Laut Jawa. Kapal-kapal besar Nampak dari kejauhan. Ke arah Timur akan melihat Gunung Slamet dengan puncaknya yang tertutup awan.

Puncak Gunung Ciremei memiliki kawah yang curam dan sangat indah. Pendaki yang nekad turun sering turun ke bawah untuk membuat tulisan di atas lumpur kawah. Peziarah sering datang untuk berdoa di puncak ini. Mereka mendaki dengan berpuasa dan makan bekal nasi bungkus setelah tiba di puncak. Bandingkan peziarah dengan pendaki gunung yang setiap saat makan dan minum saja kadang masih tidak sampai puncak.

Banyak sekali pendaki yang hanya berkemah di pertengahan pos dan tidak sanggup meneruskan perjalanan ke puncak karena medan yang berat dan susahnya air akhirnya harus turun. 

Bagikan

Jangan lewatkan

Mendaki Gunung Ciremei (Gunung Tertinggi di Jawa Barat)
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.