Monday 30 March 2015

Aku dan Mendaki Gunung

Aku dan Mendaki Gunung, mungkin itu sebuah judul yang tepat buat artikel atau cerita kali ini. Ini adalah sebuah cerita tentang diriku dan sesuatu yang kini menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Iyah Mendaki Gunung adalah salah satu hobi baru, lebih tepatnya lagi suatu kesenangan dan kenikmatan baru. 



Aku memang dari kecil adalah seorang anak yang suka dengan tantangan dan petualangan. Setiap hari-hariku setelah pulang sekolah ku habiskan bermain dengan teman di bukit belakang rumah. Kita sering bermain-main disana sampai sore hari. Di atas sana aku bisa melihat pemandangan negeri ini secara luas. Mungkin dari situ awal kesukaanku akan alam ini muncul dan tumbuh seperti saat ini.

Kenapa harus mendaki gunung? Entah akupun tak tahu jawaban pastinya. Memang mendaki gunung itu berat dan penuh dengan resiko. Bahkan orang tuaku pun sebenarnya tidak mengizinkan aku untuk mendaki gunung, tapi ya namanya saja sudah menjadi bagian yang tidak bisa ditinggalkan, jadi ya tetap nekad dan merayu-rayu orang tua agar diizinkan, meskipun terkadang penuh dengan keterpaksaan memberi izinnya. 
Disini, selama menjadi anak kos dan jauh dari rumah, tentunya lebih leluasa untuk pergi menikmati hobi ini. Makhlum karena jauh dari rumah dan pasti orang tua tidak akan tahu (jangan ditiru :D).
Mendaki gunung buatku bukanlah semata-mata ingin menaklukkan puncak-puncak tertinggi dan melihat keindahan alam. Mendaki gunung adalah suatu aktivitas yang membuatku mengerti akan pelajaran-pelajaran hidup yang tidak kita dapatkan dari hal lain. Sewaktu kecil aku tumbuh kurang sehat dan sering sakit-sakitan. Hal inilah yang mungkin orang tua khawatirkan melihat diriku yang dulu sering jatuh sakit. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangatku, bagaimanapun aku harus bisa meyakinkan bahwa diriku ini bisa. Dalam hati aku selalu berkata aku adalah seseorang yang kuat, ketika orang lain punya segalanya, aku punya semangat untuk berjuang mewujudkan apa yang aku inginkan. Tekad adalah sesuatu yang ku punya untuk melawan ketidakmampuan diri atau fisik. Selama hati ini yakin, Tuhan pasti memberikan kekuatan dan kemudahan.

Pertama kali aku mendaki gunung, banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga yang aku terima. Tidak hanya bagaimana mengatasi rasa lelah, tapi bagaimana kita menghargai setiap nikmat yang diberikan Tuhan pada kita. Aku sering merasa menyesal dan merasa kurang beruntung. Kenapa? karena merasa terlambat untuk bisa mendaki gunung. Aku sering merasa iri pada orang-orang yang sudah dari dulu bisa menikmati hobi ini, sedangkan diri ini baru-baru kemarin saja. Ketika seorang anak kecil yang sudah diajak ayahnya mendaki gunung-gunung tertinggi, saat itu mungkin aku hanya dan masih main disekitar rumah saja. Mungkin betapa beruntungnya mereka yang dari kecil sudah diajak dan diajarkan mengenal dunia.

Mungkin bisa dikatakan terlambat, tapi setidaknya lebih baik daripada tak mengenal sama sekali. Meskipun belum setahun, dengan mendaki sudah mengajarkanku banyak hal. Tentang bagaimana mencintai alam dan bagaimana kita harus menjaganya. 

Disisi lain mendaki gunung itu membuatku sejenak melupakan apa yang hanya memenuhi pikiranku. Cinta, tugas, dan lainnya lah. Terkadang kita memang perlu mengasingkan diri dari dunia yang memang penuh dengan kebohongan. Kita perlu mencari suasana dan hal baru dimana kita bisa berpikir dengan jernih.

Mendaki memang menguras tenaga, waktu, dan tentunya uang. Sebagai pelajar, membagi waktu adalah hal yang sulit, biasanya mendaki aku lakukan ketika akhir pekan dan tugas sudah terselesaikan. Tak lupa, kehidupan sebagai anak kos yang jauh dari rumah juga menjadi penghalang, karena tentunya kita butuh biaya hidup dan makan disini. Nah otomatis hemat atau irit adalah solusinya. Untuk mendaki gunung aku selalu menyisihkan sedikit dari sisa kebutuhan sehari-hari. Tidak menghambur-hamburkan uang dan berusaha menghargai uang lebih baik lagi. Mendaki sebenarnya bukan olahraga mahal, akan tetapi yang mahal adalah untuk menyewa alat dan untuk biaya transportasi ke tempat tujuan yang biasanya jauh di luar kota.
Tapi inilah namanya kecintaan, meskipun banyak pengorbanan tapi selalu diusahakan.

Mendaki gunung sekarang tak bisa lepas dari kehidupanku. Kecintaan pada hal baru ini membuatku semakin mencintai negeri ini dan ingin sekali rasanya mempunyai kesempatan seperti teman-teman pendaki yang lain bisa berkunjung kesana kemari menikmati indahnya Indonesia. Bagiku Indonesia adalah surga yang mempunyai sejuta pesona yang tak kita temukan diluar sana. Karena hal itu aku mencintai negeri ini dan khususnya dengan mendaki gunung adalah caraku untuk menikmatinya.
Terima kasih Indonesia dan terima kasih Tuhan, karenanya aku bisa mewujudkan kecintaanku "Mendaki Gunung".


"Dunia itu seluas langkah kaki,
Jelajahilah dan jangan pernah takut untuk melangkah,
Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya"
(Soe Hok Gie)

Bagikan

Jangan lewatkan

Aku dan Mendaki Gunung
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.