Tuesday 25 August 2015

Teruntuk Temanku Yang Kini Tak Lagi Bisa Bersamaku Menjelajahi Alam Ini

Apa kabarmu kawanku yang sering kali berjalan bersamaku menjelajahi alam ini? Masih ingatkah dengan semua yang pernah kita lewati?



Banyak kisah yang pernah kita lewati dan banyak dari hal itu yang bisa kita tuliskan menjadi sebuah cerita. Ingatkah saat pertama kali kita mendaki bersama? Ingatkah pada perjalanan jauh yang pernah kita lalui? Betapa nekadnya kita waktu itu, hanya dengan bersepeda motor berdua kita harus menempuh ratusan kilometer dari Jawa sampai ke Lombok.

Kalau mengingat hal itu mungkin masih terbayang dan tidak menyangka kita senekad itu. Atau bahkan mungkin jika disuruh mengulangi lagi serasa tidak mungkin dan terasa berat.

Kawan.. Kini aku telah berjalan sendiri, memang mungkin masih banyak teman yang lain, tapi disaat kau memutuskan untuk beristirahat, aku merasa kebersamaan ini mulai berkurang. Tidak ada lagi sosok dirimu yang menemani ketika harus berjalan nan jauh dan melelahkan. Tidak ada mentari pagi yang kita sambut bersama. Tak ada lagi bukit-bukit yang bisa kita tanjaki. Bahkan meskipun matahari tenggelam takkan habis kita eksplorasi, tapi kebersamaan menikmatinya lah yang saat ini mungkin akan sulit terulang lagi. 

Suatu saat jika kau ingin kembali lagi, aku selalu disini bersama mereka kawan-kawan kita. Yah tentunya mungkin dengan sosok seorang yang kau bawa untuk kau ajak menikmati indahnya pertiwi disampingmu. Tak lagi seorang diri, tapi sudah ada sosok seorang wanita yang akan kau lindungi. Bersamanya akan kau jalani semua yang belum pernah kau lalui bersamaku. Menikmati kebersamaan dengan seseorang yang akan selamanya menemani hidupmu di bawah langit berbintang ranu kumbolo. Perjalanan benar-benar dengan seorang teman, teman hidup, teman sejati, teman yang setiap saat akan selalu ada di dekatmu, teman selamanya yang akan menghabiskan sisa hidupnya bersamamu dan dengan para mereka penerus langkahmu. Seperti yang selalu kita bicarakan dan mimpikan dulu kan? :D



Teman.. jalan ini masih teramat panjang. Masih banyak yang perlu dilalui. Jalanku belum bisa berhenti disini kawan, aku harus tetap melangkah untuk mencapai apa yang belum aku tuju. Meskipun suatu saat aku juga pasti akan berhenti dan beristirahat seperti dirimu.

Perjalanan selanjutnya mungkin tidak ada lagi engkau. Tapi percayalah bahwa semangat dan tekadmu selalu disini menemani setiap perjalanan yang akan aku lalui tanpamu. 

Aku percaya bahwa jiwamu tak pernah lelah dan mati pada alam ini. Cintamu akan tetap ada sampai suatu saat kau akan sesekali kembali kesini untuk mengajakku menjelajah lagi. Tentunya dengan keadaan baru kan? dimana sudah ada dia seorang Riani yang selalu kita cari. haha iya kan.. 



Masih ingat kan kau dengan Riani? Karena terlalu mengayal dan mengagumi sosok wanita di film 5 cm menjadikan sebutan Riani itu ada. Sebutan untuk seorang wanita yang nantinya akan menjadi seorang teman perjalanan ketika mendaki dan tentunya juga dalam menjalani hidup. Kamu sudah menemukannya kan sekarang? 


Terima kasih teman, terima kasih atas waktu yang kau sisikan disela kesibukanmu. Terima kasih atas kesempatan berdiri disana di puncak yang kita impi-impikan. Terima kasih atas perjalanan panjang yang tak akan pernah kita lupakan di sisa-sisa nafas panjang ini. Semuanya akan tetap terkenang dan teringat sebagai cerita untuk anak-anak kita nanti. Sampai jumpa di perjalanan panjang lainnya. 





Baca selengkapnya

Egoisme Musuh Di Alam Bebas

Tulisan lama yang masih layak direnungkan..Dunia alam bebas kembali berduka, siapa yang tidak sedih ketika kembali ada korban yang jatuh di alam bebas. Satu kabar duka tersebut berasal dari Puncak Gunung Merapi, di mana seorang pendaki jatuh ke dalam kawah. Konon si pendaki yang ingin berfoto di puncak, mendadak terpeleset ketika turun dan terjun bebas ke arah kawah.


Kondisi ini memilukan dan sebenarnya bisa saja tidak terjadi.
Cerita lalu simpang siur, ada yang bilang karena ingin berfoto selfie di atas puncak, ada yang bilang juga karena ragu-ragu untuk turun. Namun apa lacur, nasi sudah menjadi bubur, ada pendaki yang sudah gugur. Dan ada duka yang hadir di tengah-tengah kita.

Saya turut berduka, bagaimanapun mencapai puncak butuh keberanian yang tidak semua orang mampu lakukan. Kejadian ini, duka ini bisa menjadi pengingat agar tidak terjadi kejadian yang serupa.

Ada sesuatu yang salah, yang menggejala sekarang di alam bebas. Yang salah adalah egoisme manusia yang makin membesar. Mari kita berkaca, agar ke depan tidak ada lagi kabar duka.

Sesungguhnya apa yang ingin dicapai saat mendaki gunung? Puncak? Sampai puncak lantas berfoto untuk menunjukkan bahwa mencapai puncak adalah sebuah pencapaian? Saya tidak tahu, mungkin demi tren?
Tidak ada yang salah berfoto di puncak gunung, yang salah adalah pola pikir bahwa puncak itu harus dicapai oleh tiap pendaki.

Mencapai puncak, menggapai kejayaan justru menjadikan perjalanan menjadi sebuah ajang penaklukkan. Alih-alih menikmati perjalanan, lambat laun orang-orang akan beralih untuk mencapai tempat tertentu, targetnya adalah menaklukkan tujuan. Lama-lama gunung hanya menjadi simbol penaklukkan, simbol keperkasaan manusia, simbol sang penakluk.

Egoisme dalam bentuk narsisme semakin menjemukan. Orang-orang semakin mudah naik ke gunung tapi orang-orang juga semakin melupakan attitude. Beruntunglah pendaki gunung generasi lama yang mendapatkan gemblengan a la Mapala. Tahu ilmu naik gunung, tahu sopan santun, tahu bagaimana menghadapi alam.

Gunung sekarang semakin banyak dipenuhi orang-orang dengan egoisme tinggi, semua harus mencapai puncak, pokoknya harus puncak. Naik gunung adalah mencapai puncak. Esensinya pada puncak, bukan perjalanannya.
Ada yang dengan bangga berfoto dengan Puncak Semeru padahal pendakian dilarang sampai puncak, hanya sampai Kalimati saja. Ada yang ketika diperingatkan justru mencari pembenaran, sudah tahu salah tapi ngotot cari pembenaran.

Egoisme inilah yang menyusahkan banyak orang. Merepotkan banyak orang jika terjadi sesuatu. Berapa banyak kecelakaan di alam bebas karena kesombongan, keegoisan, ketidaktahuan ?

Contoh. Apa negara akan diam jika ada korban yang melanggar larangan ke Puncak Semeru? Tidak, Tim SAR pasti akan turun tangan. Para pelanggar dengan bangga menentang aturan pemerintah, tapi ketika terjadi sesuatu mengemis pada pemerintah dan meminta pemerintah turun tangan menyelamatkan mereka.

Di mana muka mereka?
Tahukah semua bahwa batas maksimal pendakian di Kalimati sudah ditetapkan karena status Semeru yang terus bergolak? Jika pemerintah melarang demi keamanan bersama, kenapa musti dilanggar?
Demi sebuah puncak dan eksistensi semu, keselamatan diabaikan. Merasa semua bisa naik gunung, merasa kegiatan alam bebas itu mudah. Merasa bahwa seharusnya pendakian itu tidak ada larangan?

Salah, pendaki yang baik bukanlah yang sampai ke puncak, pendaki yang baik adalah pendaki yang turut aturan, pendaki yang menghormati alam bebas, bukan pendaki yang menghalalkan segala sesuatu demi sebuah puncak.
Dengan mudahnya kita melihat para pendaki mengabaikan aturan, tidak mengenakan pakaian untuk alam bebas. Merasa memakai jeans adalah trendy, merasa naik gunung dengan sneakers adalah catchy.

Orang-orang tua jaman dahulu selalu berpesan, ucapkan salam jika pergi ke alam bebas. Itu sebenarnya adalah wujud kearifan lokal, wujud agar orang-orang hendaknya menghargai alam. Alam bebas seharusnya alam yang dihormati bukan menjadi tempat penaklukan dan simbol egoisme.

Foto-foto berterbaran, foto-foto yang menggelorakan petualangan dan keindahan. Foto adalah racun semu yang jika tidak ditemukan penawar hanya membawa kehancuran.
Ada yang merasa superior, mengolok-olok pendaki yang bersama pemandu atau porter. Padahal Edmund Hillary tak akan mampu sampai puncak Everest tanpa porter, tanpa pemandu.

Banyak yang mengeluh karena sistem kuota pendakian, merasa dipersulit naik gunung. Padahal semakin banyak pendaki, semakin banyak jejak yang ditinggalkan, semakin rusak juga alam. Berapa persen mereka yang sadar dan kembali turun membawa sampah mereka? Berapa persen yang dengan sadar turut menjaga lingkungan?

Tongsis menjadi simbol kemenangan manusia terhadap alam dan foto selfie adalah monumen keberhasilan mereka. Orang-orang semakin tidak punya malu melanggar aturan, orang-orang akan semakin mengabaikan larangan, semakin rakus akan pencapaian, semakin berorientasi pada puncak, semakin tidak menghormati aturan dan mengglorifikasi keberhasilan dirinya sendiri.
Obsesi seperti semakin menjemukan. Alam menjadi objek penaklukkan, bukan lagi tempat untuk menempa diri. Semua orang lantas mendaki dan semua orang bisa meng-klaim keberhasilannya masing-masing.

Tapi perlahan , lambat laun orang-orang telah kehilangan rasa hormat terhadap alam. Semua sudah salah kaprah. Naik gunung bukan demi menikmati alam, tapi demi sebuah monumen eksistensi bernama penaklukkan.
Melihat dunia alam bebas sekarang, mungkin Norman Edwin hanya bisa geram dari dalam kubur.

Marilah kita renungkan apa tujuan awal kita kesana. Pergilah dengan niatan untuk belajar dari alam. Niatlah untuk berguru dan menempa diri untuk kehidupan yang lebih berkualitas dan lebih benar. Renungkan bahwa diri ini sangatlah kecil di hadapan Tuhan dan semesta. Tidak ada jaminan apakah kita akan kembali dengan selamat atau malah kita justru akan benar-benar kembali kepada-Nya. Renungkanlah dan tetaplah belajar dari alam.



dikutip dari : http://efenerr.com

Baca selengkapnya

Monday 17 August 2015

Jalur Pendakian Gunung Butak via Princi Dau

Jalur Pendakian Gunung Butak via Desa Gading Kulon, Princi, Dau, Malang

Gunung Butak? Banyak orang mungkin belum mengenal dan mengetahuinya. Gunung Butak merupakan gunung yang sudah tidak aktif lagi yang mempunyai ketinggian 2868 Mdpl. Gunung Butak terletak di wilayah Malang dan Blitar, Jawa Timur. Gunung ini terletak bergandengan dengan Gunung Kawi dan sering disebut pegunungan putri tidur. 

view Arjuno

Untuk mendaki Gunung Butak terdapat 4 jalur pendakian yakni :
1. Jalur Gunung Panderman (Batu)
2. Jalur Sirah Kencong (Blitar)
3. Jalur Princi Dau (Malang)
4. Jalur Gunung Kawi (Kepanjen)


Untuk mendaki Gunung Butak melalui jalur Princi kita harus menuju Desa Gading Kulon, Princi, Kec Dau, Malang. Setelah sampai perempatan, ada sebuah gapura dan papan petunjuk untuk menuju Desa Gading Kulon. Perjalanan terus ke arah barat sampai mentok sebelum perempatan terakhir sebelah kiri jalan ada warung rujak berwarna biru. Nah motor kita bisa kita titipkan disitu. 
Setelah itu perjalanan kita dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di perempatan kita ambil arah kiri searah menuju wisata Coban Parangtejo. 

Medan awal pendakian masih berupa jalan dengan batuan hitam yang masih landai melintasi perkebunan warga. Disamping kanan dan kiri jalan banyak dijumpai tanaman jeruk dan tomat. Setelah cukup lama berjalan, jalan yang dilalui berupa tanah dan masih dengan pemandangan perkebunan warga disamping kanan dan kiri. Setelah perkebunan warga, kita akan mulai memasuki hutan dan disamping kanan jalan terdapat aliran air yang sangat segar dan jernih. Mengikuti aliran air dan kita akan sampai di Pos 1. Untuk menuju Pos 1 dari basecamp membutuhkan waktu sekitar 1- 2 jam.

Di Pos 1 terdapat papan petunjuk arah menuju puncak Gunung Butak. Jalan selanjutnya adalah meloncati sungai kemudian melintasi medan yang sudah mulai terjal dan menanjak. Jalur masih rindang karena dipenuhi dengan pepohonan besar. 

Setelah itu kita akan keluar dari hutan dan jalur cukup terik jika siang hari. Medan pun berupa tanah yang sangat berdebu ketika musim kemarau. 
Berjalan dengan medan yang menanjak dan berdebu dengan waktu 2 - 3 jam kita akan sampai di Pos 2. Tidak ada ciri-ciri pasti pos tersebut. Karena di jalur pendakian Gunung Butak ini tidak terdapat penunjuk jalan dari awal. Di setiap pos hanya ada satu buah plang kecil bertuliskan pos berapa itu saja. Tempat pemilihan pos pun tidak pada tempat yang strategis.  

Setelah berjalan melewati medan yang menanjak yang dipenuhi pohon yang banyak menutupi jalan, kita baru akan menemukan medan yang cukup landai. Sekitar 30 menit kemudian kita akan kembali melintasi medan yang kembali menanjak. Setelah itu sedikit jalan menurun dan kita sampai di Pos 3. 

Pos 3 terletak setelah kita melewati tanjakan yang begitu terjal. Pos 3 ini berada diantara bukit di turunan. Dari pos 3 perjalanan kembali naik lagi melewati bukit. Setelah itu kita akan berjumpa di pertigaan antara jalur Panderman dan Jalur Princi. Kemudian kita ambil kiri jika ingin menuju ke puncak.

Perjalanan darisini juga kembali sedikit menanjak. Setelah itu melintasi pinggiran bukit yang cukup landai. Kemudian kita akan sampai di Sabana tempat untuk ngecamp sebelum menuju ke Puncak.
Total perjalanan dari basecamp sampai sabana sekitar 7-8 jam.

sabana setelah kebakaran

Sebelum kebakaran

Untuk menuju ke puncak hanya diperlukan waktu 0,5 - 1 jam saja dengan melintasi sabana kemudian kembali memasuki area pepohonan dengan jalur yang menanjak. Puncak Butak merupakan dataran yang cukup luas. Di sana kita akan disuguhi pemandangan Gunung Semeru di sebelah timur, Gunung Arjuna-Welirang di utara dan gunung Kelud di sebelah barat, dan dari kejauhan juga tampak gunung lawu.





Baca selengkapnya

Saturday 15 August 2015

Istirahat Dalam Dekapan Sang Penguasa Jawa (Semeru)

Mendaki gunung adalah sebuah olahraga ekstrim yang menjadi hobi baru dikalangan anak muda sekarang ini. Mendaki sangatlah berbahaya apalagi buat mereka yang tidak pernah mempunyai pengalaman mendaki sebelumnya. Tak sedikit korban entah itu cedera, hilang dan bahkan tewas ketika mendaki gunung.



Berbicara mengenai Gunung Semeru di Jawa Timur yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Banyak orang berbondong-bondong ingin pergi kesana. Entah itu dari mereka yang sudah sering kali mendaki atau bahkan mereka yang belum pernah sama sekali dan hanya sekedar nekad dan ikut-ikutan.

Baru-baru ini Gunung Semeru terus menambah daftar rentetan pendaki yang harus menjadi korban karena ingin menaklukkannya. Korban terus berjatuhan entah hilang, cedera atau bahkan tewas. Bak seperti memuntahkan amarahnya, gunung ini terus meminta korban dalam waktu yang berdekatan.

Baru kemarin ini seorang pendaki asal Bogor bernama Daniel Saroha (31) dilaporkan hilang setelah diduga tersesat di jalur pendakian selepas turun dari puncak. Daniel beserta rombongannya yang berjumlah 21 orang melakukan pendaki pada Sabtu, 08 Agustus 2015. Kemudian pada Senin, 10 Agustus 2015 dini hari mereka nekad melakukan pendakian ke puncak Mahameru meskipun sebelumnya petugas sudah menyampaikan bahwa batas pendakian terakhir hanya sampai Kalimati. Mengingat saat itu juga Gunung Semeru masih berstatus Waspada Level II. 
Nah setelah dari puncak mereka turun dan korban terkahir terlihat di batas vegetasi tepatnya sekitar pukul 11.00 WIB. Namun setelah ditunggu sekitar 3 jam tidak muncul akhirnya teman-teman korban turun ke Kalimati untuk meminta bantuan porter dan sukarelawan untuk membantu mencari.

Dalam proses pencarian Daniel Saroha yang belum selesai, sudah ada laporan bahwa ada 2 pendaki yang dilaporkan tertimpa batu besar yang jatuh dari puncak tertinggi Pulau Jawa iu. Seorang pendaki dikabarkan meninggal dunia dan yang satunya mengalami patah kaki.

Korban meninggal dunia bernama Dania Agustina Rahma, warga Jalan Arif Rahman Hakim Perbata No. 4 Rt. 04 Rw. 04 Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Sukabumi Jawa Barat. Korban mengalami luka pada bagian kepala dan patah kaki kiri. Jenazah korban dibawa ke RSU Lumajang pada hari Rabu malam.

Wanita cantik yang hobi berpetualan sejak SD itu akhirnya harus mengakhiri petualangannya dalam dekapan sang Penguasa Jawa. Wanita 19 tahun itu merupakan Mahasiswi Universitas Pasundan, Bandung, Jawa Barat.

Pendakian Dania ini nampaknya juga dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga. Keluarga hanya mengetahui Dania akan merayakan ulang tahunnya di Yogyakarta bersama para sahabatnya. Naas sekali akhirnya perjalanan hidupnya harus berakhir menjelang hari ulang tahunnya.

Sementara korban patah kaki bernama M Rendyka, mahasiswa Universitas Harapan Mandiri Medan, Sumatera Utara. Korban di evakuasi dan kini dirawat di RS Saiful Anwar Malang. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 05.45 pagi dengan lokasi kejadian keduanya sama, hanya sekitar 30 menit lagi saat perjalanan menuju puncak. Keduanya tertimpa batu besar yang jatuh dari puncak Mahameru.

Hari Kamis Sore datang kabar gembira bahwa pendaki hilang yang bernama Daniel Saroha akhirnya bisa ditemukan dalam kondisi selamat.

Dari daftar di atas masih banyak lagi korban dari pelukan sang Penguasa. Dulu tepatnya tanggal 16 Desember 1969 seorang aktivis Indonesia bernama Soe Hok Gie meninggal dunia karena diduga menghirup gas beracun yang berasal dari kawah Jonggring Saloka. Soe Hok Gie meninggal tepat sehari sebelum ulang tahunnya.

Pada tahun 2009 mahasiswa Fisipol UGM bernama Andika Listyono Putra juga harus pulang dalam dekapannya. Andika meninggal setelah terjatuh di Blank 75 setelah turun dari puncak. 

Pada tahun 2014 kemarin juga ada lagi Mahasiswa S2 UGM Jurusan Teknik Elektro bernama Ahmad Fauzi yang meninggal di Semeru karena terhantam longsoran batu dari atas.

Selain pendaki meninggal, juga banyak kejadian pendaki hilang. Tak hanya Daniel Saroha kemarin. Sebelumnya pada Juli kemarin juga ada pendaki bernama Budiawan yang hilang dan ditemukan di Jurang Blank 75 dalam keadaan selamat.

Begitu banyak orang yang akhirnya harus terpaksa menerima cobaan lebih dari alam, atau bahkan meninggal dalam pelukannya. Kita tidak tahu apakah kita nanti mendapat keadaan seperti meraka, tapi yang jelas marilah kita merenungkan diri bahwa semua bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Kita hanyalah bagian kecil dari dunia yang hanya hidup sementara dan tak pernah tahu kapan kita akan kembali.


Baca selengkapnya

Wednesday 12 August 2015

Tak Dapat Ku Pungkiri, Aku Mencintaimu Sahabat

Sahabat adalah orang yang begitu dekat dengan kita. Setiap hari selalu kita habiskan dengan dia. Semua keluh kesah canda dan tawa pun selalu dilewati bersama. Setiap kita punya masalah dan suka sama seseorang selalu kita curahkan pada sahabat. Lantas gimana jika kita menyukai sahabat kita sendiri?



Aku tak tahu kenapa sampai muncul dan ada perasaan seperti ini. Perasaan yang sebenarnya tidak aku inginkan, apalagi perasaan tulus ini untuk seorang sahabatku sendiri yang telah lama aku mengenalnya. Ini sungguh tak disangka-sangka dan tak kuharapkan. Pertanyaannya kenapa harus pada sahabatku sendiri. Hal ini hanya membuatku canggung dan salah tingkah ketika bertemu dengannya.

Hei Kapan Kamu Mau Punya Pacar?

"Kapan kamu mau punya pacar?" Begitulah pertanyaan yang selalu kau ajukan padaku. Aku tak pernah menjawabnya. Kamu tak tahu bahwa seorang yang kau sebut pacar itu adalah dirimu yang ku harapkan. Kamu selalu bertanya begitu padaku tanpa kamu pernah merasa bahwa engkaulah jawaban yang kuharpkan dan selalu aku nantikan.
Adakah sedikit kamu punya harapan bahwa dirimu sendiri yang kau harapkan menjadi jawabanku. Adakah terbesit harapan seperti itu di hatimu? adakah?


Menahan Rasa Atau Berani Mengambil Resiko Kehilangan

Aku tak tahu mana yang seharusnya aku lakukan. Dua pilihan ini terasa begitu menyulitkan hidupku. Aku tak bisa menolaknya, tapi aku juga tak sanggup memilih salah satunya. Berada diantara dua jurang melewati jalan setapak dengan masing-masing kiri dan kanan sudah menunggu akibat andai aku terjatuh. Aku tak bisa terus bertahan melewatinya andai jalan ini tak segera berujung. Pasti aku tak lama akan segera terjatuh pada satu jurangnya.

Menahan apa yang ku rasakan tanpa bisa mengutarakan padamu adalah hal yang hanya bisa aku lakukan saat ini. Kenapa? Karena aku tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkannya, tak ada nyali sedikitpun untuk itu. Aku juga terlalu takut jikalau kamu tahu akan hal ini malah akan membuat kita semakin regang dan berjauhan.

Layak Untuk Diperjuangkan Dan Memperjuangkan

Sesuatu yang terbaik memang layak untuk diperjuangkan. Yang terbaik juga tentu menjadi incaran banyak orang. Harus seberapa besar saya memperjuangkanmu agar saya bisa berada di depan orang lain. Saya tahu, disaat orang lain berjuang, saya harus lebih-lebih berjuang berkali lipat. Jika tidak kamu tak akan pernah menoleh ke arahku. Kamu hanya akan melihat mereka yang lebih berpenampilan keren dengan wujud kesuksesan yang dia bawa.


Cemburu Tapi Hanya Bisa Diam Menahannya

Ketika melihat dirimu dekat dengan orang lain tak ada yang bisa ku lakukan selain hanya menahan kecemburuan. Aku tak bisa melihat dirimu seakrab itu dengan orang lain sementara kamu tak pernah seperti itu denganku. Mengetahui orang itu adalah seseorang yang pernah kamu suka, hati ini semakin tak karuhan. Aku iri pada mereka yang bisa kamu ajak berbicara dengan begitu asyiknya. Aku iri karena aku tak mendapat apa yang bisa mereka dapatkan darimu sahabat. 


Seberapa Lama Menanti Keajaiban Itu Datang

Menanti dan terus menanti dengan harapan kamu bisa mempunyai rasa yang sama. Tak tahu apakah keajaiban itu akan datang atau entah penantian dan pengharapan ini hanya sia-sia. Aku begitu lama menahan rasa ini tanpa aku bisa bilang, dan seberapa lama itu aku tetap menunggu sampai saat itu ada. 


Jika kamu membaca ini, aku harap kamu bisa merasakan kalau ini benar untuk dirimu sahabat. Seseorang yang telah lama aku nantikan dan telah lama aku menyimpan rasa terhadapnya. Aku tak bisa memintamu untuk membalas apa yang kurasa jika memang kamu tak punya rasa yang sama. Aku hanya meminta andai engkau tahu ini kamu tidak akan pergi dan tetap disini bersamaku sahabat. Tetap menjadi seorang teman seperti biasanya dan bahkan bisa lebih dekat. 
Baca selengkapnya

Wednesday 5 August 2015

Tips Sholat Ketika Mendaki Gunung

Bagi seorang muslin sholat adalah hal yang wajib dilakukan dimanapun berada dan dalam kondisi apapun. Ketika melakukan perjalanan seperti mendaki gunung tentu saja kita akan kesulitan untuk melakukan sholat lima waktu. Hal ini dikarenakan perjalanan seperti mendaki gunung selalu membutuhkan tenaga dan menyita waktu. Oleh karena itu islam memberi solusi dengan aturan-aturan yang sangat mempermudah kita sebagai pendaki dan penggiat alam yang tentunya banyak menghabiskan waktu di alam terbuka.



Berikut ini adalah beberapa panduan atau tips sholat ketika dalam perjalanan seperti mendaki gunung :


Sholat di Kendaraan

Ketika kita sedang berada di perjalanan menuju lokasi pendakian, tentunya juga membutuhkan banyak waktu belum lagi kalau gunung yang kita tuju jauh dari tempat kita. Pastinya juga akan menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Nah otomatis kita akan melewati beberapa kali waktu sholat. Ada beberapa cara melakukan sholat ketika di dalam kendaraan seperti pesawat, kereta atau bus.


- Tayammum sebagai pengganti wudhu

Media yang bisa kita gunakan untuk tayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, tanah entah lembab atau kering.

Tata Cara Tayammum :

- Membaca niat "Nawaitut-tayammuma li istibaahatish-shaalati fardhal lillahi ta'aalaa"
- Meletakkan kedua telapak tangan pada benda atau tempat yang berdebu bersih
- Kemudian kedua telapak tangan ditiup atau ditepukkan kemudian mengusapkan punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri begitupun sebaliknya.
- Kemudian menyapu atau mengusap wajah dengan kedua telapak tangan.
- Semua usapan dilakukan sekali.
- Bagian tangan yang diusap hanya sampai pergelangan tangan saja.

- Sholat Menghadap Arah Duduk
Jika di atas kendaraan tentunya kita kesulitan untuk sholat menghadap kiblat, oleh karena itu kita bisa melakukan sholat menghadap sesuai kendaraan, namun jika memungkinkan dan bisa menghadap kiblat, maka sholatlah menghadap kiblat.

Beberapa pendapat mengatakan selain melakukan sholat ketika di kendaraan kita juga bisa mengqadha sholat kita.


Sholat di Gunung

Ketika dalam pendakian beberapa kondisi akan terjadi pada diri kita seperti udara dingin, mengejar waktu, disorientasi arah, dan tentunya persediaan air yang terbatas. Untuk menghadapi hal-hal seperti itu Islam telah memberikan solusi agar kita tetap bisa menjalankan sholat.

- Dalam berwudhu kita bisa hanya membasuh muka, kedua tangan, sebagian kepala dan kaki saja karena yang diwajibkan. Masing-masing bisa dibasuh sekali saja tanpa harus tiga kali. Bila kondisi tidak memungkinkan bisa melakukan tayammum.
Berwudhu juga bisa dilakukan ketika masih menggunakan sepatu. Hal seperti ini juga memang telah diajarkan oleh Rasulullah dahulu.

Caranya sama saja dengan wudhu, tapi cukup membasuh bagian atas sepatu daru bagian terus ke belakang sebagai ganti cuci kaki. Namun perlu diingat sepatu yang digunakan haruslah menutup mata kaki dan bukan terbuat dari bahan yang tipis dan tembus air. Selain itu juga tidak boleh ada bagian yang bolong dan robek.


Sholat Menghadap Kiblat

Ketika hari masih terang tentu kita akan mudah menentukan arah kiblat. Namun akan sangat menyulitkan ketika malam hari atau ketika kondisi tertutup kabut tebal yang menutup sinar matahari.


Beberapa cara menentukan arah kiblat :

- Cara termudah adalah dengan menggunakan kompas
- Rasi bintang Orion (Bintang Waluku/Bajak/Belantik) untuk arah barat. Ini adalah rasi yang paling mudah dikenali. Ciri khasnya adalah tiga buah bintang yang terang, saling berdekatan dan dalam satu garis lurus. Tiga bintang tersebut disebut sabuk Orion. Satu garis yang menghubungkan tiga bintang itu bisa dijadikan petunjuk arah kiblat.


Sholat Menggunakan Sepatu Trekking

Seorang yang sholat boleh dalam kondisi sedang mengenakan sepatu. Jadi memakai sepatu dalam sholat itu tidak dipermasalahkan.


Sholat Jama' dan Qasar

Sholat fardhu boleh dijamak bila kita dalam kondisi safar atau melakkukan perjalanan jauh. Mendaki gunun termasuk salah satu bentuk perjalanan yang bisa dijadikan dasar daru menjamak sholat. Sholat yang boleh dijama' adalah sholat dzuhur dengan sholat ashar dan sholat maghrib dengan sholat isya'.
Ada pula yang disebut mengqasar sholat yakni dengan cara meringkas jumlah rakaat, misalnya sholat dzuhur, ashar dan isya' yang tadinya 4 rakaat di qasar menjadi 2 rakaat.


Buang Air Besar

Bagi sebagian pendaki buang hajat terkadang menjadi kendala ketika naik gunung. Mungkin karena tidak terbuasa jadi terpaksa mencari lokasi yang sekiranya nyaman untuk buang hajat. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita untuk ceboknya mengingat kondisi air yang terbatas.
Islam memberikan solusi bukan dengan air tapi dengan benda seperti batu, kayu, daun kering. Pendaki sekarang biasanya suka membawa tissue basah untuk keperluan jika sewaktu-waktu ingin buang air di gunung.


Mimpi Basah

Yang namanya mimpi basah tentunya tidak kenal waktu dan tempat serta tidak bisa dicegah. Bisa saja ketika di gunung kita kedatangan rejeki. Lantas bagaimana mandi wajibnya?
Dalam kondisi di gunung dengan udara yang sangat dingin sehingga untuk menyentuh air pun akan terasa beku, maka kita bisa melakukan tayammum sebagai penggantinya. Tayammum sendiri juga bisa menghilangkan hadats kecil dan hadats besar. Jadi tidak perlu mandi wajib di gunung jika nantinya hanya bisa membuat sakit.


Hal-hal yang dijelaskan di atas merupakan beberapa panduan sholat ketika kita mendaki gunung. Semoga bermanfaat.





Baca selengkapnya

Sunday 2 August 2015

Mendaki Untuk Diri Kita

Apa kabarmu hari ini para penjelajah Indonesia? Di antara himpitan kesibukan dan berbagai pekerjaan yang memenuhi hari-harimu akhir-akhir ini, tentunya sudah tersusun rencana untuk menelusuri puncak-puncak tertinggi lagi? Apakah kau rindu menjejaki tanahku sebagaimana aku rindu mendengar nafas dan setiap teriakan lantangmu?



Tapi aku bukan hanya menantimu para pejuang yang menjejaki tanahku, tapi juga mereka yang belum pernah menghirup udaraku dan menghabiskan malamnya dengan berselimut kabutku.


Kedatanganmu Selalu Kunanti. Dakilah Puncakku dan Akan Kuajarkan Padamu Makna Kerendahan Hati.


Bisa merasakan jejak langkah kalian menapaki jalur pendakian di punggung ini sungguh menyenangkan. Tiap kali kalian menjajaki diriku disanalah aku percaya bahwa manusai sedang mencari sesuatau yang lebih besar dari dirinya. Ada manusia yang tak hanya berpikir dirinya adalah pusat dari alam semesta. Ada manusia yang ingin mengingat penciptanya dan ada manusia yang ingin mencari kebebasan dan kedamaian.

Dan disinilah aku, berusaha untuk menuntun kalian kepada jawaban-jawaban yang berusaha kalian temukadn di dalam lubuk hatiku. Jawaban yang membuat kalian semakin rendah hati bukan kesombongan. Bukan lewat kata-kata lembut, melainkan lewat tantangan dan rintangan yang menguji nyali, kemampuan, serta kegigihan kalian sampai batas maksimal, sehingga kalian mampu menilai kemampuan diri kalian sendiri.

Sayangnya Kini Kedatangan Kalian Bukan Lagi Hal Yang Sederhana. Banyak Yang Datang Bukan Dengan Niat Belajar Bijaksana.

Dulu hanya ada segelintir orang yang berani bersusah payah bertaruh nyawa hanya dengan mengunjungiku. Mereka berusaha untuk lebih mengenal diriku dan diri mereka sendiri. Aku pun menyambut mereka dengan sukacita dan menantang mereka sampai batasnya. Mereka pulang dengan puas dan gembira seraya berjanji untuk kembali datanglagi padaku. Kembali untuk menjadi manusia sejatinya.

Setelahnya makin banyak rupa-rupa manusia yang hinggap ke tubuhku. Mereka yang berusaha menemukan makna kerendahan hati. Mereka yang menginginkan sebbuah pencapaian. Mereka yang ingin menemukan kehangatan pribadi dibalik dinginnya puncak yang didaki. Tentunya aku senang karena makin banyak manusia belajar dariku.

Perkra mengunjungiku kini bukan lagi soal ego pribadi dan menjadi manusia yang sederhana. Sebagian dari kalian datang justru karena niat sebaliknya memuaskan ego untuk diakui orang lain.

Kadang Aku Tak Paham Pada Pola Pikir Manusia. Alam Ini Tercipta Jauh Sebelum Kalian Ada, Namun Kalian Berlaku Seolah Ras Manusia Yang Memilikinya.

Tahukah manusia kadang terlalu kompleks untuk alam pahami. Kalian seringkali tak cuma mengambil apa yang kalian butuhkan dari sangPertiwi. Beberapa golongan manusia bahkan sengaja membabat Bumi dan mengeksploitasinya demi memuaskan ketamakan mereka.

Bagi orang-orang ini mendaki gunung tak ubahnya plesiran tanpa makna mendalam yang cuma mengejar kesenangan dan demi mendapatkan pengakuan semu berupa like di jejaring sosial. Mereka melupakan makna kesederhanaan da kerendahan hati yang aku ajarkan.

Mereka datang berbondong-bondong jumlahnya seperti air bah yang tak terbendung. Mereka tak segan-segan meninggalkan sampah mereka begitu saja tanpa dibawa kembali ke tempat asal mereka. Mencomot Sang Edelweis dan dipajang sebentar di kamar sampai akhirnya bosan lalu dibuang. Mereka yang hanya mengejar keuntungan dari sebuah pendakian.

Melihat pendaki yang berkelakukan sesuka hatinya tanpa nurani seperti ini membuat batinku sakit. Tubuhku kotor dan tercabik. Keindahanku yang seharusnya bisa terus dinikmati oleh generasi mendatang perlahan mulai pudar karena noda yang mereka tinggalkan. Ini tak cuma terjadi padaku, tetapi hampir di setiap tempat yang pernah kalian injak dan jejaki.

Manusia.. usia kalian hanya sebentar di alam fana ini. Sementara aku masih akan ada sampai beribu-ribu tahun mendatang. Tapi dampak yang kalian tinggalkan sungguh membuatku bersedih.

Rasa bahaga ketika matahari bersinar dan tidak turun hujan. Rasa bahagia ketika kamu memiki persediaan air yang cukup. Rasa bahagia ketika makanan sudah matang meski hanya berupa sup dan lauk tempe. Rasa bahagia ketika bisa tidur dengan hangat di dalam tenda meski tanpa kasur dan rumah gedongan. Lihat saat kamu datang kepadaku, kamu datang dengan sederhana hanya membawa yang kamu butuhkan saja. Tapi dengan itupun kamu tetap bisa merasa bahagia bukan?

Masih Banyak Pendaki Yang Peduli Padaku Dan Sang Pertiwi, Tak Hanya Pada Dirinya Sendiri Dan Manusia Seperti Inilah Yang Sepenuhnya Kuhormati.

Ketika kepercayaanku pada kalian mulai pudar, samar-samar kulihat pendaki ini. Pendaki yang rela memunguti sampah yang bukan miliknya dan membawanya turun, meski aku tahu itu sangat merepotkan. Pendaki yang berani menegur dengan keras rekannya dengan gegabah membuang sesuatu yang tak bisa diurai olehku, bahkan meski itu hanya bungkus permen atau putung rokok.

Mereka pendaki sejati yang mencintai alam sama seperti mereka mencintai dirinya sendiri. Merekalah yang menganggap kunjunggannya kepadaku tak sekedar senang-senang demi terpuaskan ego, melainkan untuk belajar peduli dan berbakti kepada Sang Bumi. 

Merekalah yang bersikap layaknya tami di rumahku, menghargai sang tuan rumah dan setiap makhluk di dalamnya. Sebab mereka paham bagaimana rasanya jika orang asing mengotori tempat tinggalnya.

Ingatlah makna-makna yang kuberi selama kalian menapaki jalur pendakian. Langkah demi langkah, ingatlah perasaan saat kalian menikmati pemandangan di puncak untuk pertama kalinya, dimana awan-awan bergerak di bawah kaki, dimana kamu mengucap syukur atas ciptaan luar biasa dari Sang Maha Pencipta. 

Jika ingin semua ini masih ada seribu tahun lagi, tanggalkan ego kalian dan mulailah berbuat sesuatu. 
Aku dan Bumi telah memberikan segala hal yang kamu butuhkan. Lantas apa yang bisa kamu berikan kepada kami yang selama ini selalu diam dan bersabar menyaksikan apa yang engkau lakukan.

Jadilah pendaki yang peduli pada alam ini. Yang selalu menjaga dengan sepenuh hati.





dikutip : belantaraindonesia.org




Baca selengkapnya

Menyerah Darimu


Ya inilah aku, seseorang yang selalu serius dan bersungguh-sungguh ketika hati dan cinta yang menjadi sangkutannya. Karena cinta dan hati memang tidak pantas untuk dibuat sebagai gurauan dan candaan. Maaf karena aku hanya bisa terlecut ketika seseorang menggoresku dengan sesuatu yang tajam mengenai hati dan perasaan.



Inilah diriku, jangan suruh untuk menjadi orang lain karena ku tak mau. Melepas bukan berarti meninggalkan. Aku rela kamu pergi jika kamu memang tak bahagia dengan diriku.

Aku tidak ingin memori lama ini kembali terulang dan kamu menjadi pemain barunya. Kamu mengajakku untuk meninggalkan zona nyaman ku untuk pergi ke zona dimana aku dulu pernah berada dan disitu pula aku terluka. Dan kini nampaknya semua mulai berjalan seperti dulu dimana aku tetap berjalan sendiri menemukan arah dan tujuan yang aku cari. Kemana aku harus melangkah? Aku tak tau harus kemana, kembali atau terus berjalan kemanapun itu. Apa yang harus aku lakukan? 

Kamu tahu aku lelah, begitu lelah bahkan. Tapi kamu tidak pernah mencoba untuk tahu seberapa besar lelahku dan seberapa besar saya mencoba bangkit untuk membahagiakanmu. Kapan kamu akan mencoba mengerti atas setiap keinginan untuk membahagiakanmu? 

Kamu malah lebih suka pada dia yang bisa menuliskan namamu di sesobek kertas putih dengan garis tinta hitam di atas gunung, meskipun itu tidak hanya untuk dirimu. Kamu dengan bangga menyebutkannya padaku. 

Kamu malah tak pernah mau tahu jika namamu selalu aku tuliskan dan aku tempatkan rapi di ruang hatiku yang orang lain tidak dapat menyentuhnya sedikitpun. Aku yang menahan rasa ini sekian lama tanpa aku peduli betapa perih dan beratnya.

Kamu yang selalu ada dan terpikirkan di setiap perjalananku yang melelahkan sebagai penguat diriku ketika ku benar-benar putus asa. Adakah sedikit kamu menyadari itu? 

Sampai kapan kamu terus sibuk pada diam mu dan tetap mempertahankan kejaimanmu itu padaku? Sampai kapan kamu akan tetap acuh pada setiap hal yang terjadi?

Kini setelah kita tahu perasaan kita masing-masing, apa yang aku dapat ? Semuanya masih tetap sama. Aku masih tetap berjalan sendiri dan justru aku harus menahan beban perasaan.

Kamu selalu tak pernah peduli dengan apa yang aku lakukan. Kamu tau aku lelahkan? tapi kenapa kamu seolah hanya ingin membuatku semakin lelah. Padahal seberapa lelahnya diriku, tapi aku tak pernah lelah untuk mencoba membahagiakanmu. Tapi apa yang aku dapatkan, reaksi dan balasanmu yang membuatku kecewa. Aku hanya ingin membuatmu tersenyum. Kamu malah hanya bisa ngomel-ngomel padaku.

Tak ada yang dapat melukiskan kekecewaanku. Semua terasa begitu pahit dan menyesakkan. Saat ini aku hanya ingin sendiri, aku terlalu lelah, biarkanlah aku disini sendiri. 

Saya tidak ingin kamu hargai, saya hanya ingin kamu mengerti. 

Maaf karena aku lelah, maaf karena aku tidak bisa lagi bertahan. Maaf karena aku menyerah. Semua ini tidak membuatku bahagia, justru malah membuatku lebih menderita. Cukup!! saya hanya ingin berhenti dan jangan suruh saya lari lagi.
Terima kasih atas waktumu, terima kasih atas sayang yang kamu bagi meskipun aku tak merasakannya.



Baca selengkapnya