Monday 27 July 2015

Balasan Atas Yang Kau Tuliskan Waktu Itu

Bukankah terus berlari akan semakin membuat kita lelah. Dan ketika lelah tidak ada energi lagi untuk menghadapi semua masalah yang ada. Lantas haruskah aku berlari dari masalah itu.




Aku memang takkan berhenti untuk menemukan sesuatu yang indah dan lebih indah. Tapi dimana lagi aku dapat menemukan keindahan jika keindahan yang aku cari dan aku tuju seperti menjauh dan menghilang. Selama ini aku hanya mendapat keindahan tapi tak bermakna ketika aku hanya bisa menikmati seorang diri. Bukankah cinta itu adalah berbagi keindahan? Lantas apakah ini bisa disebut indah? Karena indah tidak selamanya tentang apa yang kita lihat, melainkan apa yang kita rasakan.

Tak usah jauh-jauh berlari. Disinipun aku akan menemukan banyak hal yang aku mau dan aku inginkan, tentunya dengan cinta yang aku rasakan.

Saat ini aku memang hanya bisa berlari, melarikan diri karena lelah terus menantikan ketidakpastian. Ketidakpastian yang aku semogakan bisa menjadi pasti. Yang aku semogakan untuk jadi garis hidupku. Meskipun ini terlalu lama dan tak ada tanda-tanda.
Bagaimana aku bisa memiliki? Sesuatu yang ingin aku milikipun seperti tidak menghendakiku dan malah menginginkan aku berlari mencari kebahagiaan yang lain.

Kau bilang berlarilah untuk memiliki? Memiliki siapa? Saat ini aku hanya berlari, berlari tanpa tujuan, berlari untuk hanya sekedar mencintai dan mengasihi karena memang engkau sulit untuk aku miliki.

Aku selalu mencari tempat yang bisa membuatku merasa tenang dan lepas disaat hati ini sudah tak kuat lagi menahan semua. Bukan untuk sebuah pesona yang indah, tapi untuk menenangkan dan mengembalikan hati yang rapuh. Berjuang meninggalkan dan melupakan rasa sakit, meskipun terkadang memang hanya sia-sia. 

Mencoba untuk tetap tampil tegar dan berpura-pura bahagia tanpa menunjukkan hal di baliknya pada orang lain. Sampai semua orang yakin dan tak tahu bahwa di dalamnya aku begitu rapuh dan hatiku hancur. Jika aku tak bahagia, bukan berarti aku harus menunjukkan pada orang lain dan juga bukan berarti aku tidak bisa berjuang untuk membahagiakan orang lain. Setiap orang memang berhak atas bahagia, dan aku rela menukarkan kebahagiaan ku sendiri untuk orang-orang di dekatku asalkan mereka bisa bahagia. 

Aku seakan tak pernah bisa memahami isi hatiku sendiri, kadang aku bisa merasakan, tapi kadang juga ragu dengan apa yang aku rasakan.
Aku heran karena mengapa justru dirimu yang lebih mengerti aku dibandingkan aku sendiri yang tak pernah peduli. Semua yang kamu katakan dan tuliskan tentang diriku semuanya benar, meskipun aku tak pernah bercerita bagaimana aku.

Aku memang ingin meninggalkan keramaian dunia dan masa lalu di dalamnya. Mencari tempat sunyi yang bisa menerimaku untuk meleburkan semua ingatan. Aku terus berjuang agar dunia ini tidak dipenuhi rasa sakit dan ketidakpastian. Mencoba lari dan lari dari dunia tapi aku tak pernah bisa. Kemana lagi aku akan temukan apa yang aku cari? Hanya menahan semuanya sendirian di tempat gelap dan pengap sampai aku tidak bisa melihat lagi cahaya di luar. Semuanya sudah terasa begitu gelap untuk diriku. Aku hanya bisa menunggu keajaiban di tempat itu.

Saat ini aku telah berada pada zona yang membuatku nyaman dan bisa melupakan semua. Aku tidak mau melangkah lagi ke zona lain jika tidak ada jaminan bahagia. Jangan suruh aku melangkah lagi, jika nanti hanya akan membuatku terjatuh dan terperosok lagi. 

Aku tidak takut untuk melangkah lagi, cuma aku belum siap kehilangan waktuku untuk hal yang sia-sia jika nantinya aku terjatuh lagi. Saat ini aku sudah berdiri tegak meskipun separuh diriku telah retak. Yang tersisa hanya separuh diriku yang masih utuh dan aku jaga agar tetap kuat bertahan oleh harapan-harapan yang aku perjuangkan. Saat ini aku sudah mulai bisa terbang lagi, jangan paksa aku jika nantinya disaat aku terbang tinggi lagi aku hanya akan terjatuh ke dasar tanah yang menyakitkan.


Tetaplah berjalan di depan, jangan pernah menunggu aku. Aku tak tahu kapan aku datang. Jangan buang waktumu untuk menunggu. Banyak yang sudah menunggumu yang lebih baik, entah nasib dan keadaannya. Jangan sakiti hatimu sendiri, tak ada yang bisa dilihat dari diriku selain keadaan yang buruk dan penuh luka.

Berjalanlah dan pergilah, meskipun sebenarnya ini berat bagiku. Aku tidak mau egois, aku hanya ingin melihat mereka bahagia meskipun dengan memberikan kebahagiaanku. Mereka lebih membutuhkan bahagia daripada diriku. Aku tidak ingin mereka merasakan kesengsaraan seperti diriku. Biarkan diri ini yang menanggungnya. Bukankah melihat mereka yang kita sayangi bahagia itu juga membuat kita bahagia?

Kebahagiaanmu bukan denganku, jangan menantikan aku, karena aku tak tahu kapan aku siap untuk melangkah. Carilah orang yang lebih pasti, bukan diriku seorang yang hanya mempunyai mimpi dan suka berimajinasi. 

Benar apa yang kamu katakan, biarkan air yang akan menghujaniku, panas yang akan selalu menghakimi, lelah yang selalu menemani, tapi aku takkan pernah menyerah oleh keadaan. Karena aku mempunyai tekad dan kepercayaan bahwa aku bisa merubah keadaan.  Meskipun dari itu aku tak pernah punya cinta. 

Tetaplah tersenyum, ku yakin engkau orang yang lebih kuat daripada aku.
Ku yakin kamu akan segera temukan jawaban, bahwa aku bukan yang terbaik. Dari itu semua percayalah disini aku akan selalu berada tuk melihatmu bahagia. Dan yang perlu kamu tahu, tak terlewatkan satu malam tanpa kehadiranmu dipikiranku sahabat. Sulit mengatakan ini, tapi hatiku sudah untuk dirimu. Jangan pernah pergi, karena aku takut kehilanganmu. Ijinkan aku menjadi penjaga hatimu sahabat, meski bukan sebagai pengisi.




Bagikan

Jangan lewatkan

Balasan Atas Yang Kau Tuliskan Waktu Itu
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.