Tuesday 28 July 2015

Goa Tetes Keindahan Air Terjun Yang Menakjubkan

Goa Tetes?  Mungkin ada yang belum pernah tahu atau bahkan ada yang belum pernah mendengarnya. Goa Tetes adalah sebuah destinasi wisata baru yang terletak di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Goa Tetes sebenarnya sudah lama menjadi objek wisata di Lumajang, beda dengan air terjun tetangganya yang letaknya tidak berjauhan yakni Coban Sewu yang baru dibuka menjadi objek wisata. 



Untuk menuju Goa Tetes kita harus berjalan beberapa ratus meter menuruni tangga sampai tiba di mulut goa. Disitu kita akan disajikan dengan pemandangan air terjun dengan tebing-tebing yang curam. Pemandangan air yang menetes dari bibir gua dan sekaligus stalagtit dan stalagmit yang masih asri dan terjaga. 

Perlu diperhatikan jika Anda berkunjung kesini untuk selalu hati-hati karena medan yang dilalui begitu curam dan licin. Kita harus melewati bebatuan yang sangat tajam dan sangat sakit jika diinjak tanpa menggunakan alas kaki.



Pastikan jika Anda berkunjung ke Lumajang jangan lupa untuk mampir kesini menikmati air terjun yang sungguh menakjubkan, berbeda dengan air terjun yang biasanya, karena goa tetes memiliki banyak sumber yang mengalir. Goa Tetes juga sangat cocok bagi Anda pecinta fotografi karena pemandangan goa dan air yang mengalir dari atas sungguh eksotis.



Tips Menuju Goa Tetes :

Berikut ini sedikit tips dan saran yang bisa digunakan sebagai bekal sebelum menuju Goa Tetes. Semoga nantinya dapat membantu. Yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Bawalah Sendal atau sepatu outdoor
    Sangat disarankan untuk memakai sepatu atau sendal dengan gerigi atau standar outdoor karena akan sangan berguna untuk menuruni tebing-tebing yang curam serta medan batuan cadas berlumut yang amat licin.
  2. Simpan dan amankan Alat Elektronik
    Bungkus alat elektronik dengan plastik dan masukkan dalam tas. Hal ini dikarenakan kita menyusuri sungai dan desiran angin yang membawa butiran-butiran air menerpa kita. Jadi agar tidak basah terkena air.

  3. Membawa tali akan sangat membantu
    Kalau rombongan patut kiranya untuk membawa tali karena lebih aman.

  4. Makanan dan minuman
    Bawalah camilan dan air mineral, karena dipastikan tidak ada penjual disana, karena ini masih alam liar. Jadi jangan bayangkan ada penjual cilok atau makanan lainnya disana.


Baca selengkapnya

Monday 27 July 2015

Balasan Atas Yang Kau Tuliskan Waktu Itu

Bukankah terus berlari akan semakin membuat kita lelah. Dan ketika lelah tidak ada energi lagi untuk menghadapi semua masalah yang ada. Lantas haruskah aku berlari dari masalah itu.




Aku memang takkan berhenti untuk menemukan sesuatu yang indah dan lebih indah. Tapi dimana lagi aku dapat menemukan keindahan jika keindahan yang aku cari dan aku tuju seperti menjauh dan menghilang. Selama ini aku hanya mendapat keindahan tapi tak bermakna ketika aku hanya bisa menikmati seorang diri. Bukankah cinta itu adalah berbagi keindahan? Lantas apakah ini bisa disebut indah? Karena indah tidak selamanya tentang apa yang kita lihat, melainkan apa yang kita rasakan.

Tak usah jauh-jauh berlari. Disinipun aku akan menemukan banyak hal yang aku mau dan aku inginkan, tentunya dengan cinta yang aku rasakan.

Saat ini aku memang hanya bisa berlari, melarikan diri karena lelah terus menantikan ketidakpastian. Ketidakpastian yang aku semogakan bisa menjadi pasti. Yang aku semogakan untuk jadi garis hidupku. Meskipun ini terlalu lama dan tak ada tanda-tanda.
Bagaimana aku bisa memiliki? Sesuatu yang ingin aku milikipun seperti tidak menghendakiku dan malah menginginkan aku berlari mencari kebahagiaan yang lain.

Kau bilang berlarilah untuk memiliki? Memiliki siapa? Saat ini aku hanya berlari, berlari tanpa tujuan, berlari untuk hanya sekedar mencintai dan mengasihi karena memang engkau sulit untuk aku miliki.

Aku selalu mencari tempat yang bisa membuatku merasa tenang dan lepas disaat hati ini sudah tak kuat lagi menahan semua. Bukan untuk sebuah pesona yang indah, tapi untuk menenangkan dan mengembalikan hati yang rapuh. Berjuang meninggalkan dan melupakan rasa sakit, meskipun terkadang memang hanya sia-sia. 

Mencoba untuk tetap tampil tegar dan berpura-pura bahagia tanpa menunjukkan hal di baliknya pada orang lain. Sampai semua orang yakin dan tak tahu bahwa di dalamnya aku begitu rapuh dan hatiku hancur. Jika aku tak bahagia, bukan berarti aku harus menunjukkan pada orang lain dan juga bukan berarti aku tidak bisa berjuang untuk membahagiakan orang lain. Setiap orang memang berhak atas bahagia, dan aku rela menukarkan kebahagiaan ku sendiri untuk orang-orang di dekatku asalkan mereka bisa bahagia. 

Aku seakan tak pernah bisa memahami isi hatiku sendiri, kadang aku bisa merasakan, tapi kadang juga ragu dengan apa yang aku rasakan.
Aku heran karena mengapa justru dirimu yang lebih mengerti aku dibandingkan aku sendiri yang tak pernah peduli. Semua yang kamu katakan dan tuliskan tentang diriku semuanya benar, meskipun aku tak pernah bercerita bagaimana aku.

Aku memang ingin meninggalkan keramaian dunia dan masa lalu di dalamnya. Mencari tempat sunyi yang bisa menerimaku untuk meleburkan semua ingatan. Aku terus berjuang agar dunia ini tidak dipenuhi rasa sakit dan ketidakpastian. Mencoba lari dan lari dari dunia tapi aku tak pernah bisa. Kemana lagi aku akan temukan apa yang aku cari? Hanya menahan semuanya sendirian di tempat gelap dan pengap sampai aku tidak bisa melihat lagi cahaya di luar. Semuanya sudah terasa begitu gelap untuk diriku. Aku hanya bisa menunggu keajaiban di tempat itu.

Saat ini aku telah berada pada zona yang membuatku nyaman dan bisa melupakan semua. Aku tidak mau melangkah lagi ke zona lain jika tidak ada jaminan bahagia. Jangan suruh aku melangkah lagi, jika nanti hanya akan membuatku terjatuh dan terperosok lagi. 

Aku tidak takut untuk melangkah lagi, cuma aku belum siap kehilangan waktuku untuk hal yang sia-sia jika nantinya aku terjatuh lagi. Saat ini aku sudah berdiri tegak meskipun separuh diriku telah retak. Yang tersisa hanya separuh diriku yang masih utuh dan aku jaga agar tetap kuat bertahan oleh harapan-harapan yang aku perjuangkan. Saat ini aku sudah mulai bisa terbang lagi, jangan paksa aku jika nantinya disaat aku terbang tinggi lagi aku hanya akan terjatuh ke dasar tanah yang menyakitkan.


Tetaplah berjalan di depan, jangan pernah menunggu aku. Aku tak tahu kapan aku datang. Jangan buang waktumu untuk menunggu. Banyak yang sudah menunggumu yang lebih baik, entah nasib dan keadaannya. Jangan sakiti hatimu sendiri, tak ada yang bisa dilihat dari diriku selain keadaan yang buruk dan penuh luka.

Berjalanlah dan pergilah, meskipun sebenarnya ini berat bagiku. Aku tidak mau egois, aku hanya ingin melihat mereka bahagia meskipun dengan memberikan kebahagiaanku. Mereka lebih membutuhkan bahagia daripada diriku. Aku tidak ingin mereka merasakan kesengsaraan seperti diriku. Biarkan diri ini yang menanggungnya. Bukankah melihat mereka yang kita sayangi bahagia itu juga membuat kita bahagia?

Kebahagiaanmu bukan denganku, jangan menantikan aku, karena aku tak tahu kapan aku siap untuk melangkah. Carilah orang yang lebih pasti, bukan diriku seorang yang hanya mempunyai mimpi dan suka berimajinasi. 

Benar apa yang kamu katakan, biarkan air yang akan menghujaniku, panas yang akan selalu menghakimi, lelah yang selalu menemani, tapi aku takkan pernah menyerah oleh keadaan. Karena aku mempunyai tekad dan kepercayaan bahwa aku bisa merubah keadaan.  Meskipun dari itu aku tak pernah punya cinta. 

Tetaplah tersenyum, ku yakin engkau orang yang lebih kuat daripada aku.
Ku yakin kamu akan segera temukan jawaban, bahwa aku bukan yang terbaik. Dari itu semua percayalah disini aku akan selalu berada tuk melihatmu bahagia. Dan yang perlu kamu tahu, tak terlewatkan satu malam tanpa kehadiranmu dipikiranku sahabat. Sulit mengatakan ini, tapi hatiku sudah untuk dirimu. Jangan pernah pergi, karena aku takut kehilanganmu. Ijinkan aku menjadi penjaga hatimu sahabat, meski bukan sebagai pengisi.




Baca selengkapnya

Tuesday 21 July 2015

Tentang Aku dan Kehidupanku

Aku!, ini semua tentang aku dan hidupku. Semua cerita dan semua tentang diriku, kepribadianku dan keluarga di dekatku.




Aku adalah seorang anak laki-laki yang terlahir dari sebuah keluarga yang sederhana. Terlahir dari seorang ayah dan ibu yang dari kecil mendidikku dengan penuh kasih sayang dan menanamkan jiwa budi pekerti yang baik untuk hidupku. Aku adalah seorang anak pertama dari dua bersaudara, adikku seorang perempuan yang umurnya terpaut 5 tahun dariku. Mereka semua adalah sumber kebahagian utama dalam hidupku. Mereka adalah tujuan utama aku hidup untuk sukses dan membahagiakannya. 

Aku adalah seorang yang terlahir sebagai seorang pemimpi dengan berjuta-juta impian dan berharap impiannya itu bisa menjadi kenyataan. Mimpi utamaku adalah bagaimana aku bisa menjadi orang yang berguna dan bermanfaat buat orang-orang disekitarku. Bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.

Bagaimanapun kebahagiaanku adalah melihat mereka tersenyum bahagia atas apa yang aku lakukan untuknya.


Aku adalah seorang yang berjalan sendiri, menyingsing kabut gelap dan menerjang badai kehidupan. Disaat orang lain tertawa dengan hidupnya, maka aku harus terus berjuang dengan sebuah harapan kelak juga bisa seperti mereka. 

Berjalan sembari menahan kenyataan pahit memang terasa berat dan membuatku terkadang ingin menyerah. Dengan sebuah pengharapan bahwa suatu saat keadaan akan berubah, aku terus berjalan tanpa tau lagi gimana rasanya perih dan pahit, gimana rasanya sering kali terjatuh dan terluka. 

Tak tau apakah aku akan tetap kuat berdiri dan berjalan dikala nanti harapan itu benar-benar menjatuhkanku, atau mungkin malah sebaliknya.

Meninggalkan zona nyaman berjuang melawan batas diri dan keadaan.
Berusaha untuk tetap berjalan dan tidak menyerah adalah hal yang bisa aku lakukan selagi harapan itu masih ada dan bertahan.

Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi pada diriku jika memang keadaan tidak bernasib baik, selain hanya bisa menerima dan bagaimana tetap bertahan pada keadaan. Bagaiamana tetap berpijak pada seutas tali yang telah retas dan terus melangkah hingga benar-benar sampai pada ujungnya, hingga aku benar-benar bisa melewati semua ini.

Untuk bisa berada di atas, aku perlu berjalan dan berjuang dari bawah, tahap demi tahap, langkah demi langkah. Tidak seperti orang lain yang semuanya sudah ada dan bisa langsung berada di atas sana. Semuanya tak berjalan mudah, setiap kali halangan dan ancaman selalu datang membawa sesuatu yang bernama penderitaan. Dengan segenap kekuatan aku bertahan. Bertahan menahan beban yang terasa begitu berat untuk aku pikul sendirian.

Inilah sakit yang membuatku lebih bersyukur atas sehat, inilah kekurangan yang membuatku mengerti akan nikmat. Aku harus mendongak ke atas untuk melihat orang lain yang sukses agar aku bisa termotivasi jika dia bisa mengapa aku tidak. Aku harus selalu merunduk, bahwa di luar masih ada orang-orang yang tidak lebih beruntung dari aku. Termotivasi untuk sukses agar aku bisa membantu orang yang berada pada ketidakberuntungan.

Sekuat hati, saya akan tetap menjadi seorang pemimpi dan pengejarnya. Sampai benar-benar saya dapat merengkuh dan meraihnya. Saya tidak akan berhenti dan menyerah, karena seseorang telah percaya pada saya bahwa saya bisa menemukan sesuatu yang benar-benar saya cari. Bahwa saya bisa mewujudkan apa yang selama ini saya impi-impikan.

Baca selengkapnya

Monday 20 July 2015

Berwudhu Di Alam Bebas

Ketika kita mendaki gunung atau berada di alam bebas, kita sering meninggalkan kewajiban sebagai umat muslim yaitu sholat. Untuk melakukan sholat tentunya kita terlebih dahulu harus melakukan yang namanya wudhu, jika memang di tempat itu terdapat sumber air yang bisa kita gunakan untuk berwudhu. Nah bagi kita yang sering kali pergi mendaki gunung, berikut ini beberapa tips berwudhu di alam.




1. Carilah sumber mata air atau aliran sungai yang mengalir.2. Bila tidak terdapat sumber mata air, kita bisa menggunakan genangan air dengan syarat volume harus memenuhi sebanyak 2 Qullah3. Tidak semua sumber air bisa digunakan, berhati-hatilah. Cek kondisi permukaan air dengan cara melakukan pengamatan visual, warna dan tumbuhan yang mengapung di atasnya. Apakah tumbuhan itu bisa hidup atau tidak.4. Berhati-hatilah di sumber air karena biasanya juga banyak binatang.5. Sibaklah dengan kedua tangan dan coba cium aroma air.6. Rasakan apakah tangan gatal atau tidak, jika tidak maka bisa kita gunakan.
Baca selengkapnya

Saturday 18 July 2015

Cinta Terindah Di Hadapan Tuhan Dan Semesta

Saat aku dan kamu menatap setapak tanah yang berliku, menanjak, menurun dan begitu berat untuk dilewati, tapi kita berdua tahu bahwa seberat apapun jalan itu kita dapat melaluinya bersama. Selama jemari kita tetap bertaut, menarik dan menjaga satu sama lain saat kita terperosok maupun tergelincir.

Kita berdua tahu perjalanan ini tidak akan mudah untuk dilalui, namun kita selalu percaya bahwa perjuangan ini layak untuk kita lakukan. Karena pada akhirnya setiap perjuangan yang kita lakukan akan berakhir manis dan berujung indah. Baik oleh hamparan Edelweis yang sedang bermekaran abadi ataupun lautan awan yang berarakan dengan gembira di bawah kaki kita.





Perjuangan hati ini akan terbayar lunas oleh pelajaran hidup yang kia tuai dari setiap langkah yang kita tapaki bersama menuju puncak gunung ini.


Gagahmu Saat Engku Dalam Rengkuhan Hutan Dan Merangkak Saat Menuju Puncak

Saat aku dan kamu meluruh kedalam pelukan pepohonan, berusahan menjadi bagia dari kemajestikan alam semesta. Berusaha memberi makna atas setiap langkah yang kita ambil. Mencoba menyelami, mengenali dan menguasai diri lebih dalam lagi. Setiap jejak kaki, akan menjadi cerita baru yang berisi pemahaman akan hidup.



Kamu akan terlihat beribu kali lebih indah dalam rengkuhan hutan daripada ketika kamu berada di bawah gemerlap lampu kota. Dan mulai dari sini aku akan mencintaimu beribu kali lebih dalam.


Mendaki Gunung Mengajarkan Tentang Sebuah Komitmen

Saat aku dan kamu bersandar di bawah rimbunan pepohonan tuk melepaskan lelah. Lamunan kita akan melayang ke masa depan yang menanti kita bersama. Ekspedisi menuju puncak gunung ini membuat kita mengerti arti penting sebuah komitmen. Karena komitmen yang kuat dalam diri akan mengantarkan kita pada puncak teratas.




Begitupun dalam hubungan kita, tanpa ada sebuah komitmen yang kuat pada diri sendiri dan psangan, kita tidak akan pernah mencapai masa depan yang sedikit demi sedikit sudah kita rancang bersama. Kita pun juga akan berusaha untuk ikhlas dan rela ketik semuanya harus berakhir di tengah jalan. Karena gunung juga telah mengajarkan pada kita bahwa seringkali semesta memiliki kehendak lain yang tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan dan kita tak dapat mengubahnya atau melawan keputusannya.

Kita akan mengerti bahwa usaha dan persistensi dibutuhkan dalam perjalanan. Akan tetapi segala ambisi tersebut harus diimbangi dengan kerelaan dan sikap berserah, karena dalam hidup ini ada hal-hal lain yang diluar kuasa kita. Keseimbangan menjadi prinsip penting dalam tiap perjalanan kita baik perjalanan dunia maupun perjalanan hati.


Magisnya Malam Di Gunung

Saat aku dan kamu duduk bersama memandangi hamparan langit kelam berbintang, kita akan terbawa syahdunya sinar keperakan rembulan dan bercerita mengenai segala kecamuk dalam diri. Magis sang malam memang selalu terasa berlipat ganda kala kita menghabiskannya di atas gunung, dimana kita terasa begitu dekat dengan langit.






Dinginnya angin dari puncak gunung, dengung suara serangga akan membius kita dan kita merasa saling terhubung dan melebur menjadi satu. Kita akan mencoba mengisi ruang hampa di antara kita dengan bahasa. Mencoba memahami satu sama lain melalui tutur kata dan dongeng-dongeng. Dan kita akan jatuh cinta pada tawa dan sehdu yang kita bagi bersama. Hingga tak terasa malam mulai pudar, memanggil kita untuk menelisip kedalam kantong tidur dan mengucapkan selamat malam.


Di Puncak Gunung, Rasakan Betapa Megah Dan Indahnya Alam Ini

Saat aku dan kamu menapakkan kaki untuk pertama kalinya di titik tertinggi. Saat kita lebur dalam kebahagiaan dan tak segan menitihkan air mata haru dihadapan alam dan Sang-Pencipta. Sinar pertama sang mentari akan menimpa sebagian wajahmu, menyinarimu dengan cahaya keemasannya. Dan pada waktu itulah kita saling jatuh cinta lebih dalam lagi.




Pada momen itulah kita akan menyadari betapa rapuhnya kita dan segala emosi jiwa ini. Betapa tidak berartinya kita dihadapan semesta. Dan apalagi yang dapat kita lakukan selain menikmati tiap detik yang mengalir rapuh ini.


Cinta Tak Harus Memiliki

Saat aku dan kamu berjalan beriringan di setapak yang rimbun, kita akan menjadi seorang yang mampu menjaga jarak yang tepat. Karena di atas gunung tanpa jarak yang tepat kita akan berakhir mencelakai satu sama lain. Kekasihku.. kita akan tahu benar akan hal itu, karena pengalaman itulah kia akan menjadi sepasang kekasih yang pandai dalam menjaga jarak. Memberi spasi dan ruang serta menanam benih kerinduan. Dan aku akan mencintainya lebih dalam lagi karena hal itu.




Kekasihku pun akan mengerti bahwa ia tidak akan benar-benar memiliki dan menguasai apapun selain dirinya sendiri, karena gunung telah mengajarkan hal itu padanya dengan keras. Hatiku pun bukan sesuatu yang bisa ia miliki seutuhnya, karena hatiku bukan untuknya seorang, tapi juga untuk diriku dan alam semesta yang begitu luas dan megah ini. Dan begitupun sebaliknya, hatinya tidak akan pernah dapat kumiliki seutuhnya.


Semua Akan Indah Saat Bersama

Saat kabut tipis turun perlahan-lahan dan mengaburkan pandang, kita pun harus berjalan perlahan dan tertatih. Namun perjalanan yang terasa mencekam itu terasa ringan dengan adanya jemari kita yang tertaut. Kita tahu bahwa kita tidak sendiri dan kita ada untuk satu sama lain.




Meski semua dibalik kabut merupakan ketidakpastian, namun kita akan berani menghadapinya, bahkan berkali-kali lipat lebih berani. Dan bukankah dalam hidup pula kabut sering turun?. Mengaburkan masa depan, membuat kita merasa bahwa masa depan kita berdua suram bahkan buntu.

Tetapi bukankah akan lebih mudah menghadapi ketidakpastian hidup bersama seseorang yang pasti mencintaimu? Ya, begitu cara kabut dari gunung dan kabut memberikan petuah pada kita.


Jatuh Cinta Kepadamu Dan Kepada Alam Ini

Saat aku dan kamu menatap kedalaman mata satu sama lain, kita saling terpana, tersenyum, tertawa dan bersyukur karena kita telah jatuh cinta di atas gunung. Bersyukur karena kita telah merasakan jatuh cinta paling indah. Jatuh cinta dihadapan alam semesta dan Pencipta. 


Terima kasih gunung, terima kasih semesta dan terima kasih Tuhan atas semua keindahan yang Engkau ciptakan di dunia ini, terima kasih atas izin menikmatinya dan mencintai seseorang yang kini belum ada disampingku. Aku bersyukur bisa merasakan jatuh cinta pada diriku, hidupku dan dirinya. Semoga semua bisa seperti kisah ini, diman aku dan dia bisa benar-benar jatuh cinta di semesta tempat terindah yang Engkau ciptakan.





dikutip dari : http://www.belantaraindonesia.org
Baca selengkapnya

Monday 13 July 2015

Tips Perawatan Wajah di Gunung

Menjaga penampilan tidak hanya di rumah atau saat mau bepergian saja, tapi juga patut diperhatikan ketika mendaki gunung. Yah meskipun mendaki itu identik dengan alam dan kotor-kotoran, tapi patut kiranya kita menjaga penampilan agar lebih enak dipandang. Seorang yang kumel, pakaian yang awut-awutan, rambut gimbal, bau dan jarang mandi. Hal itulah yang selama ini menjadi citra seorang penggiat alam. 
Mendaki memanglah tidak untuk bergaya-gayaan, tapi tidak salah juga jika kita menjaga penampilan dan kebersihan diri. Asalkan semua itu tidak berlebih-lebihan dan sesuai dengan keadaan dan dimana kita berada. Bedakan antara pergi main dengan mendaki gunung.



Hal yang sering dirasakan sewaktu atau sesudah mendaki gunung salah satunya adalah kulit kering dan mengelupas. Berikut ini adalah sedikit tips untuk merawat wajah sewaktu atau sesudah mendaki gunung :


Basuh Muka Dengan Air Hangat

Saat kita mendaki gunung sulit kemungkinan kita untuk bisa mandi, yah paling tidak kita hanya bisa mencuci muka atau gosok gigi saja, mengingat kita harus menghemat air. 
Jika kita akan mencuci muka, sebaiknya kita menghangatkannya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar kulit kita tidak terlalu kaget dengan suhu air yang sangat rendah namun akhirnya justru menjadikan muka panas. Dengan air hangat suhu yang diterima kulit wajah akan lebih stabil.



Hindari Make Up Berlebihan


Setelah mencuci muka kita dengan air hangat, gunakanlah pelembab atau sunblock. Hindari penggunaan alas bedak atau peralatan make up lainnya. Hal itu hanya akan membuat pori-pori kulit tertutup dan akan membuat kulit menjadi iritasi.


Jangan Terlalu Sering Menyentuh Wajah

Saat mendaki tentu kita akan mengeluarkan banyak sekali keringat. Usahakan kita tidak mengelapnya langsung menggunakan tangan. 
Hal ini untuk menghindari tumpukan kuman di wajah karena mengingat tangan kita yang kotor dan banyak kuman. Gunakanlah tissue untuk membersihkan kulit wajah.


Setelah Mendaki Jangan Basuh Dengan Air Dingin


Kulit membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada perubahan suhu. Untuk itu setelah kita mendaki gunung hindari langsung mencuci muka dengan air dingin. Kompreslah wajah dengan air hangat dan handuk yang bersih. Ini akan memberikan sensasi nyaman di kulit dan membuatnya terasa lebih dingin sesudahnya.

Hindari juga penggunaan facial foam yang mengandung banyak bahan kimia. Jadi cukup bersihkan dengan handuk yang dibasahi air hangat saja.


Gunakan Baby Cream


Setelah kita mengompres kulit dengan air hangat, kulit wajah kita masih merasa sedikit panas. Untuk mengurangi rasa panas dan kemungkinan pengelupasan kulit, oleskanlah sedikit baby cream.

Penggunaan baby cream dimaksudkan karena baby cream dibuat untuk kulit bayi yang masih sensitif, tentu juga bahan yang digunakan tidak seperti kosmetik orang dewasa. Untuk itu lebih aman menggunakan baby cream.


Lakukan Facial


Setelah kulit benar-benar kembali normal, kita bisa melakukan facial, tapi mintalah agar tidak terlalu over dalam melakukan facial.
Facial bertujuan untuk menyegarkan dan membersihkan kembali kulit wajah dari kotoran yang menempel dan tertimbun.


Nah berikut adalah beberapa tips yang saya kutip dari beberapa sumber, semoga bisa bermanfaat buat Anda para penggiat alam. Perlu diingat tips diatas bukanlah jaminan bahwa kulit akan terhindar dari yang namanya kering atau mengelupas, tapi setidaknya bisa mengurangi. 
Yang perlu ditekankan dari hal ini juga adalah bahwa kita mendaki gunung untuk menyatu dengan alam, dan di alam kita didik untuk menjadi seorang yang sederhana dan mampu hidup dari keterbatasan. Jadi seharusnya kita bisa membedakan antara pergi bersenang-senang dengan mendaki gunung.  
Baca selengkapnya

Tuesday 7 July 2015

Langit Malam dan Semesta

Tak ada yang bisa menjelaskan apa yang hati rasakan saat melihat keagungan ciptaan-Nya. Dunia dan alam semesta ini lebih luas dari penglihatan mata. Dunia ini lebih jauh dari langkah kaki. Kita hanya bisa merasakannya saja betapa kita begitu kecil.



Kita hanyalah sebuah ornamen-ornamen pelengkap dan penghias dunia. Langit sebagai atap kita dan bumi sebagai tempat kita berpijak. Dimana kita terlahir dan dimana ketika nanti kita terhapus oleh peradaban.

Alam diciptakan sebagai tempat tinggal dan juga sebagai teman setia dalam hidup kita. Alam tak pernah pergi dan tetap disini, selalu mendengar apa yang kita katakan dan kita curahkan padanya, meskipun alam tak mau menjawabnya. Sebenarnya alam bukanlah tak mau menjawabnya, melainkan meresponnya dengan sebuah tanda-tanda dan bisikan-bisikan. Alam selalu menerima kita sekalipun kita pernah bebuat salah padanya.

Buat saya, lukisan terindah adalah lukisan alam dan suara paling merdu adalah suara alam. Saat malam melihat langit yang dipenuhi gemerlap cahanya kecil disitu kita merasakan bahwa kita berada di bawah atap yang begitu luas. Kedamaian dan ketenangan membawa kita melayang bersama dengan hembusan angin.

Sungguh ini adalah satu sisi dunia yang bisa kita rasakan dengan mudah, cukup dengan keluar rumah dan pergi ke tempat yang luas dan terbuka dimana kita bisa melihat langit luas dengan jelas. Tidurlah terlentang dan sesekali pejamkan mata dan rasakan dunia ini milikmu. Rasakan dan dengarkanlah perlahan-lahan suara alam menyapamu.


Itu adalah satu hal yang saya senangi dan sering saya lakukan ketika malam hari dimana saat dunia hening dan yang terdengar hanyalah hembusan angin dan suara-suara kecil makhluk hidup. Dimana saya bebas untuk bernafas lega dan memejamkan mata sembari merasakan dunia yang begitu dekat dengan Penciptanya.
Hal kecil seperti itulah yang membuat saya merasa tenang dan kembali memiliki semangat juang untuk mewujudkan mimpi-mimpi.







Baca selengkapnya