Tuesday 11 November 2014

Ritual Meminta Hujan Manten Kucing

Ritual Manten Kucing Desa Sumberrejo, Ritual Meminta Turun Hujan

Sumberrejo - Kedengarannya suatu hal yang sangat aneh bagi masyarakat di era zaman yang serba modern ini. Namun hal itu bukanlah hal yang aneh dan kuno bagi masyarakat Desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang ini. Bertahun-tahun sudah masyarakat Desa Sumberrejo mempunyai sebuah ritual khusus dan aneh. Ritual tersebut yakni biasa disebut dengan ritual Mantu Kucing atau Manten Kucing. Ritual Mantu Kucing atau Manten Kucing adalah sebuah ritual kuno masyarakat Sumberrejo yang sudah ada dari jaman nenek moyang atau leluhur. Maksud dari ritual ini adalah untuk meminta kepada Sang Pencipta agar diturunkan hujan.

Ritual ini dilaksanakan apabila pada saat musim kemarau panjang dan masyarakat mengalami kekeringan dan kekurangan air. Jika sudah terjadi seperti itu maka lahan-lahan pertanian warga tidak bisa ditanami lagi, masyarakat sulit mendapat air, dan tanaman-tanaman banyak yang kering dan mati. Manten ini hamper mirip dengan mantenan yang dilaksanakan oleh manusia, ada prosesi lamaran sekaligus penentuan hari da nada prosesi karakan. Prosesi lamaran dilaksanakan oleh sespuh dusun dalam hal ini diwakili oleh Kamituo dusun Krajan sebagai pihak manten laki-laki. Sedangkan manten perempuan bertempat di RT 34 tepat di dusun Sumberwangi yang lingkupnya masih satu desa yakni Desa Sumberrejo, yang diwakili juga oleh sesepuh wilayah setempat.

Tidak jelas kenapa harus kucing yang diambil sebagai symbol, tapi Kepala Desa Sumberrejo hanya menuturkan, mungkin karena kucing adalah binatang yang mudah didapat. “Kenapa harus kucing?, kami sendiri kurang tahu, yang pasti nenek moyang kami jika ingin minta hujan selalu dengan mantenan kucing”, paparnya.
Ritual mantu kucing atau manten kucing ini sudah menjadi tradisi ratusan tahun silam, wargapun sangat menjunjung nilai-nilai budi didalamnya. Meskipun Sholat Istisqo (Sholat minta hujan pada Allah SWT) sudah digelar. Manten kucing hanyalah satu budaya yang dipegang teguh warga desa Sumberrejo.
Layaknya temu manten, kucing jantan nantinya akan diarak sejauh 1,5 km menuju kucing betina. Para pini sepuh dan pemangku adat tradisi manten kucing nantinya yang menjadi pembuka acara. Setelah kucing jantan dan betina dipertemukan merekapun dinikahkan. Kedua kucing itu pun dimandikan di sebuah sumber air, Ubalan namanya. Usai dimandikan kedua kucing tersebut dicelup-celupkan ke dalam air lalu dilepas. Tepuk sorak mengiringi kedua kucing yang bingung itu berenang dan melarikan diri. Memang namanya saja hewan, meskipun sudah dinikahkan tetap saja hidup berpisah.

Tidak hanya sampai disitu, setelah itu dilakukan serah terima mahar. Manten kucing jantan diwakili oleh Kepala Desa Sumberrejo sedangkan betina diwakili oleh Kepala Dusun Sumberwangi.

Setelah itu diteruskan dengan kenduri. Makan bersama atau syukuran atau biasanya orang jawa bilang slametan. Usai dibacakan doa semacam mantra oleh sesepuh desa, yang intinya minta hujan kepada Tuhan, kemudian setelah itu dibagikan kepada siapa saja. Upacara ini ditutup dengan tari jaranan.







Baca selengkapnya

Sunday 9 November 2014

Mendaki Gunung Merapi

Mendaki Gunung Merapi


Gunung Merapi
adalah salah satu gunung yang masih aktif di Indonesia, bahkan Gunung Merapi adalah gunung yang paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.968 Mdpl. Meskipun Gunung Merapi masih aktif dan berbahaya, tapi gunung ini tetap menjadi favorite para pendaki di Indonesia.

Untuk mendaki Gunung Merapi, para pendaki biasanya menggunakan jalur pendakian selo. Jalur pendakian selo adalah jalur yang sering dipakai atau dilalui oleh para pendaki karena jalur ini bisa dibilang lebih pendek dan lebih aman. Untuk mencapai desa selo dari muntilan dapat ditempuh dengan waktu skitar 1 jam dengan menggunakan bus jurusan boyolali. Selanjutnya dari selo menuju basecamp di tempuh dengan waktu skitar 30 menit. Basecamp sendiri berada di desa Plalangan Lencoh Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Gunung Merapi sendiri terletak dan terbagi di beberapa wilayah. Lereng sisi selatan berada dalam kawasan Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan sisanya berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Di basecamp pendaki harus membayar tiket masuk seharga Rp 13.000 per-orang terlebih dahulu dan harus cek list keberangkatan. Setelah registrasi kita bisa memulai perjalanan. Dari basecamp pendaki harus berjalan terlebih dahulu melalui jalan aspal menuju objek wisata NEW SELO. Sebaiknya mengambil air terlebih dahulu di basecamp tadi, karena sepanjang perjalanan ke puncak tidak ada mata air satupun. Jalan aspal yang dilewati pendaki akan berhentu di objek wisata NEW SELO. Dari basecamp pendaki membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai ditempat itu.

Dari sini pendaki harus melanjutkan perjalanan melewati jalan setapak hingga kawasan pasar bubrah. Pertama-tama pendaki akan berjalan disekitar ladang penduduk setelah itu kita akan mulai memasuki kawasan hutan Gunung Merapi. Sebenarnya terdapat dua jalur yang dapat digunakan untuk menuju pasar bubrah.

Pada saat awal pendakian akan berjumpa dengan lembah di sisi kiri jalan. Ada jalan menurun yang membawa kita menyeberangi lembah tsb. Setelah itu pendaki akan sampai di jalur Kartini yang akan mengantarkan pendaki menuju pasar bubrah. Sebaiknya pendaki yang baru pertama kali mendaki Gunung Merapi jangan menggunakan jalur ini karena jarang dilewati.

Jika pendaki terus berjalan lurus dengan mempertahankan posisi lembah terus berada di sebelah kiri maka pendaki sudah berada di jalur normal yang umum digunakan para pendaki. Sebelum sampai di pasar bubrah sebenarnya ada 3 pos pendakian. Di pos tersebut tidak terdapat bangunan apapun yang bisa digunakan berlindung. Para pendaki biasanya hanya berhenti sejenak di pos ini untuk istirahat sebentar. Biasanya para pendaki mendirikan tenda di pasar bubrah karena tempatnya yang luas dan dekat dengan puncak merapi.

Setelah berjalan 2 jam maka pendaki akan keluar dari kawasan hutan. Setelah itu kita akan melewati jakur berbatu. Jalan yang dilewati membentang di punggung bukit dengan lembah di sebelah kanan dan kiri. Pada perjalanan kali ini kita masih akan menjumpai beberapa pepohonan waluapun jumlahnya tidak banyak. Setelah 1 jam berselang kita akan benar-benar sampai di kawasan yang tidak bisa ditumbuhi oleh pohon. Medan pendakian berupa batuan, kerikil dan pasir yang tentu saja lebih berat dari sebelumnya.


Setelah berjalan sekitar 1 jam pendaki akan sampai di kawasan pasar bubrah, Sebaiknya kita tidak sampa pasa bubrah ketika malam hari karena tempat ini sering berkabut ketika malam. Ketika kabut dating maka pendaki akan kesulitan menemukan tempat untuk menditikan tenda. Walaupun pasar bubrah sangat luas tapi tidak semuanya bisa kita gunakan mendirikan tenda. Batuan besar di tempat ini dengan kerikil kecil yang berceceran bisa merobek tenda kita.

Pada saat liburan pasar bubrah sangat ramai dipenuhi oleh para pendaki. Pasar bubrah adalah sebuah tempat camp yang strategis karena hanya berjarak 1 jam dari puncak merapi. Para pendaki biasanya melakukan perjalanan menuju puncak ketika pagi hari karena jalurnya sangatlah terjal dan berbahaya. Untuk melaluinya pendaki harus berjibaku dengan batuan besar yang tersebar dan kerikil-kerikil kecil. Jalur ini sangatlah labil sehingga tidak jarang ada longsoran batu dan kerikil.
Ketika sampai di puncak, kita harus berhati-hati karena puncak merapi hanyalah sebuah tebing-tebing yang sangat sempit, hanya bisa kita buat untuk berpijak dan dudukpun bahkan kesulitan. Kalau tidak berhati-hati kita bisa saja terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam dan curam.



Baca selengkapnya

Thursday 6 November 2014

Upacara Adat Suku Tengger

Upacara Kasada 


Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Provinsi Jawa Timur adalah salah satu obyek wisata tersohor di dunia. Gunung ini memiliki keunikan panorama yang indah sekaligus mistis sehingga menyodorkan suasana berbeda dibanding gunung lainnya. Di sini terbantang keindahan lanskap pegunungan dengan asap membumbung dari kawahnya dan di bawahnya ada lautan pasir luas yang mengelilinginya. Foto panorama Gunung Bromo telah menghiasai banyak majalah wisata, koran, website, post card, hingga brosur pariwisata.

Pemandangan sunrise dan sunset disini sungguh menakjubkan dan keindahannya tidak dapat ditemukan di belahan dunia lain. Wisatawan dari berbagai negara datang ke Bromo untuk menikmati keindahan yang terpancar seakan tidak akan pernah ada habisnya. Di sekitar Bromo hingga puncak gunungnya di Penanjakan tidak ditemui tanaman hijau selain semak belukar. Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir sekitar 5.250 hektar di ketinggian 2.392 Mdpl.

Selain keindahan alamnya yang mengagumkan, ternyata Bromo memiliki daya tarik budaya, yaitu Yadnya Kasada atau Kasodo yang digelar setiap bukan Kasada hari ke 14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger atau juga kalender jawa. Upacara sesembahan atau sesajen ini adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur terutama Roro Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (Putra Brahmana). Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Bromo, pada tengah malam hingga dini hari. Upacara ada suku Tengger ini bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam festival ini suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah gunung tersebut.

Suku Tengger di Bromo dikenal sangat berpegang teguh pada adat dan istiadat Hindu lama yang menjadi pedoman hidup mereka. Keberadaan suku ini juga sangat dihormati oleh penduduk sekitar termasuk menerapkan hidup yang sangat jujur dan tidak iri hati. Menurut penuturan masyarakat setempat, diyakini bahwa suku Tengger adalah keturunan Roro Anteng, yaitu seorang putri dari raja Majapahit dan Joko Seger, yaitu putra Brahmana. Bahasa daerah yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa Kuno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan bahasa Jawa yang dipakai umumnya dengan tingkatan bahasa.

Asal mula nama suku Tengger diambil dari nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Keduanya membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger ini kemudian menamakannya sebagai Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger atau artinya "Penguasa Tengger yang Budiman".

Sebelum upacara Kasada Bromo dilasungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Persembahan sesajen ini dilakukan beberapa hari sebelum upacara. Mereka juga harus melalui tes pembacaan mantra terlebih dahulu saat upacara berlangsung sebelum dinyatakan lulus dan diangkat oleh tetua adat, Peran dukun atau tabib bagi suku Tengger sangat kuat karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan masalah yang dialami oleh masyarakatnya. Tabib ini dapat melafalkan mantra-mantra kuno Hindu.

Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu pada umumnya yang memiliki candi-candi sebagai tempat peribadahan. Untuk melakukan ibadah mereka akan melakukannya di punden, danyang dan poten. Poten sendiri merupakan sebidang lahan di lautan pasir di kaki Bromo sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga mandala.


Tepat pada malam ke 14 bulan Kasada, suku Tengger ramai-ramai membawa sesajen hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten dan menunggu hingga tengah malam saat dukun ditasbihan tetua adat. Berikutnya sesajen yang disiapkan di bawa ke atas kawah gunung untuk dilemparkan sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang. Bagi suku Tengger sesaji yang dilempar ke Kawah Bromo tersebut sebagai bentuk kaul atau rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Di dalam kawah ternyata telah menunggu banyak pengemis dan penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman  Uniknya mereka jauh-jauh hari sudah tiba disini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo dan berharap mendapatkan ongkek-ongkek yang berisi sesajen berupa buah-buahan, hewan ternak, juga uang. Aktivitas penduduk Tengger pedalaman yang berada di kawah Gunung Bromo dapat Anda lihat sejak malam hingga siang saat hari menjelang upacara Yadnya Kasada.






Apabila Anda berminat menyaksikan Upacara Kasada Bromo maka disarankan datang sebelum tengah malam karena ramainya persiapan para dukun dan masyarakat. Masyarakat akan mengendarai sepeda motor atau kendaraan pribadi sehingga membuat jalanan menuju kaki gunung macet. Hal ini bahkan dapat membuat kendaraan dari gerbang tidak dapat turun ke bawah. Perlu diperhatikan juga bahwa jalan lain ke arah bawah perlu beriringan dengan rombongan penduduk yang menuju pura. Hal itu karena apabila sendiri dikhawatirkan akan tersesat akibat kabut yang tebal dan jarak pandang yang terbatas.

Upacara Kasada Bromo sendiri telah digelar sejak masa Kerajaan Majapahit dan Gunung Bromo memang dianggap sebagai tempat suci. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama. Pada masa Dinasti Brawijaya, permaisurinya dikarunia seorang anak perempuan bernama Roro Anteng. Setelah beranjak dewasa putri ini menikah dengan seorang pemuda dari Kasta Brahmana bernama Joko Seger. Keduanya kemudian memutuskan untuk tinggal dan menjadi penguasa di Tengger saat kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan dan pengaruh islam semakin kuat di Pulau Jawa. Setelah sekian lama hidup bersama mereka sangat bersedih karena belum dikaruniai anak. Akhirnya mereka pun bersemedi di puncak Gunung Bromo dan mendapatkan petunjuk bahwa permintaan mereka akan dikabulkan dengan syarat anak bungsu mereka setelah lahir harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Setelah 25 orang anak, tiba saatnya anak bungu tersebut masuk ke kawah Bromo. Timbul suara dari si anak agar orang tua mereka hidup tenang beserta saudara-saudaranya. Untuk menghormati pengorbanan tersebut maka setiap tahun diadakan upacara sesaji ke Kawah Bromo dan terus berlangsung secara turun-temurun sampai saat ini.

Baca selengkapnya

Wednesday 5 November 2014

Pesona Indahnya Gunung Bromo

Sejuta Keindahan Gunung Bromo 




Gunung Bromo merupakan gunung yang masik aktif dan paling terkenal sebgai obyek wisata di Jawa Timur. Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 Mdpl dan berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.

Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas 10 km persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter  (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Gbr Kawah Bromo

Bagi penduduk Bromo atau suku Tengger, Gunung Bromo dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upcara ini bertempat di sebuah pura yang berada di kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (Kasepuluh) menurut penanggalan Jawa.

Gbr Pura di Bromo


Jika Anda ingin melihat pemandangan matahari terbit paling indah di Tanah Air, datanglah kesini!!
Datanglah ke Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ada sensasi tersendiri melihat matahari pelan-pelan muncul dari balik gunung dan awan terasa di bawah mata kita.
Untuk melihat matahari terbit yang paling bagus lokasinya ada di Penanjakan. Anda perlu menyewa mobil untuk mengantar Anda menyeberangi lautan pasir. Harga sewa mobil jeep biasanya 300-400 ribu per mobil.

Untuk sewa mobil ini anda bisa patungan dengan beberapa wisatawan lain karena satu mobil cukup untuk 7 orang. Anda sudah harus memesan mobil ini pada malam hari.

Jangan lupa membawa jaket, syal, sarung tangan, dan topi penutup telinga, karena selain udaranya yang begitu dingin, juga angin berhembus sangat kencang membuat Anda kedinginan. Sangat beruntung bila datang dalam keadaan cuaca tidak mendung, sehingga leluasa melihat matahari terbit.

Sekitar pukul 04.45 WIB matahari akan terbit perlahan-lahan dan kemudian Anda akan merasa sangat takjub melihat keindahan matahari terang benderang dan puncak Bromo terlihat bersebelahan dengan Gunung Batok.
Jangan kaget banyak pengunjung bertepuk tangan saat matahari muncal perlahan-lahan tsb dikarenakan keindahannya memiliki sensasi tersendiri. Kita akan merasa berada di atas awan melihat kabut di bawah menari nari di atas Gunung Bromo. Dari sini puncak Semeru jugan terlihat sangat jelas dari kejauhan membelakangi gunung Bromo.




Setelah puas foto-foto di Penanjakan, Anda bisa langsung ke kawah Gunung Bromo dengan mobil jeep yang sudah Anda sewa tadi. Mobil itu akan mengantar Anda sampai permberhentian terakhir di dekat pura di kaki Bromo.

Untuk naik ke puncak kawah Gunung Bromo Anda bisa naik tanggan sampai puncaknya, dan apabila Anda tidak mau capek, Anda bisa menyewa kuda seharga 10 ribu. Anda akan naik kuda dengan dituntun pemili kuda sehingga aman di atas pelana kudan tanpa khawatir.

Dari puncak Gunung Bromo Anda akan melihat langsung kawah yang sedikit berbau belerang. Pemandangan di bawah berupa keindahan dan hamparan lautan pasir serta pura Hindu tampak anggun di kaki gunung.

Kuda-kuda yang parkir menunggu pengunjung menyewa juga menambah keindahan pemandangan. Di sisi sebelah Gunung Bromo juga bisa di lihat Gunung Batok yang terlihat seperti bentuk kue berlapis raksasa karena gunungnya seperti berlapis-lapis.

Gbr Gunung Batok



Akses Menuju Bromo

Gunung Bromo berada dalam empat wilayah yakni : Kabupaten Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Karena berlokasi di empat wilayah sehingga aksesnya sangat mudah. Berikut jalur dan rute untuk menuju Gunung Bromo :

Jalur ke Bromo dari Probolinggo
1. Tongas - Lumbang - Sukapura - Ngadisari - Cemoro Lawang - Gunung Bromo
2. Ketapang - Patalan - Sukapura - Ngadisari - Cemoro Lawang - Gunung Bromo

Jalur ke Bromo dari Malang
1. Tumpang - Gubuk Klakah - Jemplang - Penanjakan - Gunung Bromo

Jalur ke Bromo dari Pasuruan
1. Wonorejo - Wadungdowo - Tosari - Wonokitri - Penanjakan - Gunung Bromo

Jalur ke Bromo dari Lumajang
1. Senduro - Bumo - Ranu Pane - Gunung Bromo


Ingin melihat matahari terbit dan pemandangan terindah Indonesia?? Jangan lupa datang ke Gunung Bromo!
Baca selengkapnya