Friday 10 June 2016

Semeru, Apakah Kau Benar - Benar Semarah Itu?




Masih baru kemarin semeru kembali dibuka pasca hilangnya dua pendaki asal Cirebon yakni Supriyadi dan Zirli Gita Ayu, kini semeru harus kembali tidak menerima tamu lagi dengan hilangnya seorang pendaki asal Swiss, Lionel Du Creaux (26).

Bukan yang pertama atau kedua kalinya, sebelumnya masih banyak lagi. Di tahun 2014, Achmad Fauzi mahasiswa S2 Teknik Elektro UGM dan di tahun selanjutnya 2015, Dania Agustina Rachman (19) harus menjadi korban hantaman longsoran batu di Gunung Semeru. 

Belum lagi pendaki yang tersesat atau hilang dan masuk jurang blank 75 seperti Daniel Saroha (31) dan yang terbaru kemarin Supriyadi dan Zirli.
Dari kejadian-kejadian tersebut banyak hal janggal yang tidak bisa dinalar. Korban bernama Daniel Saroha sendiri bercerita sewaktu dia terjatuh di jurang atau blank 75, dia kemudian pingsan dan tak sadarkan diri. Tapi sewaktu dia bangun, dia sudah berada di lokasi yang seperti hutan.
Korban sendiri dikabarkan melewati 3 curukan dan akhirnya bertemu dengan sumber air, tapi karena kondisi fisik lemah dan luka-luka serta sampai 3 hari tidak menemukan bantuan akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke lokasi sumber mata air. 
Setelah sore hari dia melihat 2 orang yang infonya bernama Gareng dan SOdiq warga desa Satriyan Kec Dampit-Malang.

Dari yang disampaikan kedua warga hendak mengajaknya ke desa Taman Satriyan, tapi karena terlalu jauh akhirnya mereka bermalam dan akan mengantarkan Daniel ke Kalimati keesokan harinya.
Ada yang aneh jika di logika, pasalnya korban Daniel ini jatuh di blank 75 yang dari posisinya saja berda di wilayah timur Semeru. Dan ketika ditemukan korban berada di sisi barat Semeru yang jika dilogikakan perjalanannya dari blank 75 ke wilayah barat dimana korban ditemukan membutuhkan waktu 12 jam berjalan cepat tanpa istirahat dan dalam kondisi masih sehat.

Itu adalah kisah dari Daniel Saroha, sementara kisah dari Supriyadi dan Zirli ini sebaliknya. Pihak TNBTS melacak terakhir kali mereka mengirim pesan kepada keluarga itu letaknya di wilayah barat Semeru. Setelah tim Sar melakukan penyisiran, korban malah ditemukan di wilayah timur Semeru, di dekat air terjun Boto,Tawonsongo, Pasrujambe, Lumajang.
Dari hal dan kejadian di atas terdapat hal hal aneh dan kejanggalan. Pihak TNBTS dan juga tim SAR pun juga tidak bisa melogikakan hal itu.

"Semeru sekarang semakin ramai, tapi juga semakin aneh dan berbahaya", menurut Saver Ranu Pane kemarin.



Dari segitu banyaknya mereka tentu tidak semuanya, atau malah hanya beberapa yang bisa menjadi tamu yang baik yang mengerti etika. 
Banyak dari mereka justru seperti raja yang seenaknya sendiri. Banyak yang tidak pernah permisi, banyak yang merusak dan mengotori. Banyak yang berbuat tidak baik, banyak yang berkata jorok, atau karena ketidaksolidaritasan mereka yang mengaku dirinya seorang pendaki?


Apakah Engkau lelah menerima sebegitu banyaknya orang yang mengunjungimu ? 
Apakah Engkau marah kepada mereka?

Semeru, Apa ini wujud kekesalanmu atas mereka yang pernah membakarmu, mengotorimu, mengganggu ketenanganmu, dan juga menyakitimu?


Hah? apa itu dirimu yang dulu dikenal baik dan ramah terhadap alam? Aku tanya padamu para orang-orang yang mengaku pendaki atau pecinta alam? 
Jawab aku!!
Inikah balasanmu atas semua perlakuan baikku terhadap kalian?

Aku izinkan kalian meminum airku, aku izinkan kalian berteduh dibawahku. Apalagi? Aku ajarkan kalian bagaima menjadi pribadi lebih bijaksana. Aku ajarkan kalian perjuangan dan perngorbanan, kesetiakawanan. Aku ajarkan kalian kederhanaan.

Lalu apa yang kalian dapat sekarang, kalian seperti tidak mendapat apa-apa. Rasa tanggung jawabmu masih saja tak ada. Keegoisan masih selalu menguasai dirimu. Rasa kepedulianmu masih saj n0l.
Tak ada rasa berterimakasih, yang ada hanyalah rasa kesombongan.

Aku ijinkan kalian menginjakiku, tapi kalian menginjakku dengan jumawah. Lalu apa lagi yang harus aku berikan pada kalian agar kalian sadar?

Kalian kehilangan teman kalian, tapi itu tidak pernah kalian gunakan untuk melihat dan berkaca diri. Bukannya kalian merasa berduka dan menunjukkan rasa kepedulian, kalian malah hanya mementingkan ego kalian sendiri.

"Kapan aku kembali menerima tamu?" Bukannya bagaimana keadaan mereka yang kalian tanyakan, justru malah pertanyaan seperti itu yang ramai kalian sampaikan.

Apa kalian tidak melihat bagaimana teman-teman kalian berjuang suka rela mencari teman kalian yang hilang?
Teman macam apa kalian, tak adakah sedikit rasa kepedulian atau rasa sadarkah? 

Sebernarnya akupun senang kalian mengunjungiku, tapi jadikan kunjungan kalian itu kunjungan untuk belajar memperbaiki diri, belajar peduli atas hal kecil disekitar kalian. Belajar untuk bijaksana dalam kehidupan.
Bukan hanya untuk seenaknya sendiri, bukan untuk bermewah-mewahan dan sebuah kepopuleran. 

Jadilah orang yang bertanggung jawab. Hargailah apa yang ada disekitar kalian. Jangan pernah merasa menjadi diri yang selalu di atas dan punya segala-galanya. Karena aku mengajarkan kalian naik agar kalian tau caranya turun kembali. 

Lalu lantas bagaimana jika kalian hanya bisa naik tapi tak tau caranya kembali turun seperti teman kalian?
Mungkin itu juga adalah jawaban Tuhan atas tingkah laku kalian agar kalian sadar.

Semoga kejadian-kejadian ini bisa menjadi peringatan untuk kalian.





Bagikan

Jangan lewatkan

Semeru, Apakah Kau Benar - Benar Semarah Itu?
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.