Wednesday 25 November 2015

Kumaknai Hidup di Sisa Nafas

Terkadang aku hanya ingin berdiam seorang diri tuk melepaskan lelah dan penat oleh dunia. Terkadang aku hanya ingin melihat langit luas dimana aku bisa mencurahkan semua pada Sang Pencipta. 

Hanya ingin mencari kedamaian yang telah lama hilang. Tak ada niat lain selain membiarkan jiwa ini lepas dan bebas lagi.




Sekarang aku hanya disini terdiam berteman sepi. Jauh lagi dari hari-hari. Aku hanya bisa menunggu disini sampai saat itu nanti. 

Aku memang akan terus berlari jauh, meskipun kenyataannya aku berlari di tempat ini saja. Sejauh itu aku hanya kembali lagi, tak pernah jauh. Aku tak pernah bisa pergi dari sesuatu yang telah lama mengikatku dan hatiku.

Entah kenapa saat ini begitu cepat tapi juga begitu berat. Atau hanya karena kesempatan ini semakin sedikit?  

Berat atau tidak sebenarnya memang bakal tetap terlewati, tapi aku tidak bisa membiarkan semua itu berlalu begitu saja. Semuanya memang terlalu cepat berlalu disaat aku ingin sejenak terhenti.

Sudah cukup atas apa yang pernah tersia-siakan ditempo silam. Sekarang aku hanya ingin terus melangkah selama dihati ini masih tersisa keyakinan atas harapan. Selama dipikiran ini masih tertanam mimpi-mimpi untuk diwujudkan.

Saat aku tidak mempunyai keyakinan nanti, katakan pada dia tentang apa yang ku rasakan. Sampai saat ini aku tak pernah pergi, meski kau mengira aku telah pergi.

Selama masih ada nafas, percayalah aku akan berusaha untuk meraihmu. Berusaha mewujudkan apa yang telah engkau tumbuhkan pada hidupku. Sebuah keyakinan bahwa aku bisa menjadi yang engkau bayangkan.

Hingga detik ini hal itu masih ada di dalam diri. Bekas-bekas pecahannya masih menancap memberi sengatan untuk tetap sadar, bahwa perjuangan masih harus terus dan tetap berlanjut.

Jika nanti cahaya dalam tubuhku sudah mulai padam, dapatkah lagi terhidupkan? Ataukah justru gelap akan semakin menutupi? 

Dinding hati yang kian menebal tapi semakin rapuh dan lemah. Tapi tak terasa lagi sakitnya, meskipun tergores sebegitu dalam.

Aku tak berharap banyak pada hidupku, selain disisa hidup ini aku bisa melakukan banyak hal yang masih aku bisa lakukan.

Aku harus bersiap jika nanti hal itu datang lagi, bahkan jika itu lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Disaat itu berarti aku harus merelakan hidupku dan impian-impianku terbaring dan terkubur dalam.

Aku takut, takut tak ada lagi kesempatan. Takut ini semua bakalan berakhir tanpa akhir yang sesuai harapan. 

Seberapa lama lagi kesempatan itu ada? seberapa lama lagi kekuatan itu tetap bertahan? seberapa lama lagi sisa-sisa harapan terbalaskan? 
Jika nantinya berakhir sebelum harapan terbalaskan, maka apalah daya seorang manusia yang hanya meyakini mimpi-mimpinya untuk tetap berjuang. Apalah daya jika keadaan membuat aku semakin lemah dan tak bisa melakukan apapun.

Berbaring menatap langit-langit. Seolah berbicara padahal diam. Mata yang tak bisa lagi terbuka dan hati yang hanya bisa mencoba memberi tahu tentang sebuah keadaan dimana semua harapan hilang dan aku benar-benar menyerah.

Sebelum saat itu datang, aku hanya ingin memanfaatkan waktu yang takkan pernah terulang, memperbaiki masa lalu yang lama kelam. 
Membuatnya semuanya terasa lebih indah di sisa akhir nafas panjang. Merasakan apa yang nanti sudah tidak bisa terasa lagi jika saat itu menghampiri. 

Belajar memahami arti kehidupan lebih dalam. Bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi membuatnya menjadi lebih bermakna dan agar tidak menyesal di akhir hayat.



Bagikan

Jangan lewatkan

Kumaknai Hidup di Sisa Nafas
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.