Monday 8 February 2016

Hipotermia Pembunuh No Satu di Gunung

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefiniskan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat celcius. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona terminetral yaitu antara 36,5 - 37,5 derajat celcius. Di luar suhu tersebut respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Gejala hipotermia ringan ditandai seperti penderita berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot atau menggigil sebagai usaha tubuh menghasilkan panas.




Para penderita hipotermia moderat , detak jantung dan respirasi melemah mencapai hanya 3-4 kali bernafas dalam satu menit. 
Pada penderita parah pasien bisa tidak sadarkan diri, badan menjadi sangat kaku, pupil mengalami dilatasi, terjadi hipotensi akut dan pernafasan sangat lambat hingga tidak kentara.

Hipotermia terjadi bila penurunan suhu inti tubuh di bawah 35 derajat celcius. Pada suhu ini mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh.



Klasifikasi :

Berdasarkan sumber paparan yaitu :
- Hipotermia Primer : terjadi akibat paparan langsung individu yang sehat terhadap dingin.
- Hipotermia Sekunder : mortalitas banyak terjadi pada fase ini dimana terjadi kelainan secara sistematik.

Berdasarkan temperature :
- Hipotermia Ringan (34-36 C)
Kebanyakan orang bila berada di suhu ini akan menggigil secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih menurun lagi pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disatria (susah bicara dengan jelas). Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin terjadi.

- Hipotermia Sedang (30-34 C)
Terjadi penurunan konsumsi oksige oleh sistem saraf secara besar yang mengakibarkan terjadinya hiporefleks atau reflek lemah, hipoventilasi (kurang tarikan nafas), dan penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun  kesadaran pasien bisa menjadi stupor atau berkurangnya sensitivitas terhadap rangsang, hanya bereaksi oleh rangsang dasar seperti nyeri, tubuh kehilangan kemampuan untuk menjaga suhu tubuh dan adanya resiko timbul aritmia (gangguan irama jantung)

- Hipotermia Berat =<30
Penderita rentan mengalami fibrilasi ventrikular (kontraksi otot jantung pada ventrikel/bilik jantung yang tidak terkendali dapat menyebabkan henti jantung dan penurunan kontraksi miokardium (otot jantung). Penderita juga rentan untuk menjadi koma, denyut nadi sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea (henti nafas) dan oligouria (pengeluaran urine lebih dari 100 ml/hari namun kurang dari 400 ml/hari. Ini menandakan adanya gangguan ginjal dan disfungsi organ dalam (multiple organ dysfunction). Pada fase ini juga akan terjadi Paradoxal Sense Of Warm dimana korban akan merasakan panas yang luar biasa sehingga merasa gerah padahal suhu tubuh korban terus menurun. Dalam keadaan kesadaran terganggu, korban akan melepaskan pakaiannya karena merasa gerah kepanasan. Namun ini adalah fase kritis dimana selanjutnya suhu tubuh korban akan menurun drastis dan selanjutnya mengantuk, tertidur dan tewas.

Banyak kasus korban ditemukan meninggal di gunung dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam, ini adalah tanda khas kematian yang disebabkan oleh Hipotermia.


PERTOLONGAN
Pada fase hipotermia ringan, penderita dapat dibantu menghangatkan dirinya dengan panas tubuh sendiri yaitu dengan dilepaskan semua pakaian yang basah dan diganti dengan pakaian yang kering, kemudian dibungkus dengan selimut thermal darurat dan dimasukkan ke dalam sleeping bag. Cara ini disebut penghangatan pasif (Passive Rewarming).

Pada fase hipotermia sedang jika nampak gejalanya segera hangatkan korban dengan api unggun, selimut thermal darurat atau dengan air hangat dalam kemasan atau hydration bag (cramel bag) yang ditempelkan ke tubuh penderita. Panas tubuh orang lain juga bisa digunakan dengan cara dibungkus bersama dalam selimut thermal dan dimasukkan ke dalam sleeping bag. Cara ini disebut penghangatan aktif  (Active  Rewarming)

Pada hipotermia berat sebisa mungkin hangatkan tubuh korban dan segera mungkin mendapatkan penanganan medis. Jika terjadi henti jantung segera lakukan Resusitasi Jantung Paru (Cardio Pulmonary Resusiatation/CPR) sesuai standar.
Jurus paling jitu mengatasi hipotermia adalah mencegahnya terjadi dengan cara hindari mengenakan pakaian basah, selalu membawa pakaian penahan dingin yang cukup dan saling memperhatikan gejala-gejala hipotermia yang terjadi pada diri anda sendiri ataupun reka seperjalanan.

Emergency Thermal Blanket / Selimut penahan panas tubuh darurat adalah alat sederhana murah, ringkas namun merupakan pertolongan pertama yang dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus hipotermia.
Terbuat dari Polyetilene yang dilapis dengan material Mylar. Selain dapat menahan 90% panas tubuh, juga dapat dijadikan Signalling Mirror/ Cermin Sinyal. Selalu bawa emergency thermal blanket dalam survival kit anda.




Semoga bermanfaat.
Dikutip dari beberapa sumber.

Bagikan

Jangan lewatkan

Hipotermia Pembunuh No Satu di Gunung
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.