Tuesday 9 February 2016

Selamat Jalan Pendaki, Semoga Duka Ini Yang Terakhir

Sudah tercatat lebih dari 50 kematian yang terjadi di gunung sejak tahun 2013. Berita yang menyeret pendaki ini disinyalir disebabkan oleh kelalaian para pendaki itu sendiri dan beberapa teman yang kurang responsis terhadap teman perjalanannya.

Minggu ini berita duka datang lagi dari Gunung Merbabu. Seorang pemuda bernama Oky Kumara Putra (17), asal Mustokoweni, Plombokan, Semarang yang masih duduk di bangku kelas 2 SMK harus meregang nyawa.

Jika dipikir lebih dalam lagi hal yang menyebabkan kecelakaan atau kematian di gunung adalah faktor alam dan faktor manusia itu sendiri.

Kita memang tak pernah tahu kapan ajal akan menjemput, tapi ketika kita tak memiliki persiapan dan kesiapan yang matang dalam pendakian, bisa saja ajal akan menemui kita ketika mendaki. Mungkin sebaiknya kita instropeksi diri. Apakah kita termasuk pendaki yang masih sayang pada keselamatan diri atau pendaki yang hanya bermodal nekad dan berani.
Semoga dengan ulasan ini rentetan catatan duka di gunung hanyalah sebuah masa lalu yang takkan terulang di kemudian hari.



Berikut ini adalah hal-hal yang bisa menyebabkan nyawa kita menjadi taruhan ketika mendaki gunung diantaranya :

Kurangnya pengetahuan soal keadaan gunung. Hal yang mendasar saja belum tahu, tapi sudah asal nekad saja.

Kesalahan mendasar dalam pendakian adalah ketika kamu nggak tahu sama sekali soal track gunung yang akan kamu daki. Dengan bermodal insting saja tidak cukup untuk kamu melakukan pendakian. Tidak sedikit kasus yang menghiasi headline di koran-koran atau berita di televisi tentang ditemukannya pendaki yang sudah tak bernyawa di gunung.

Kabar terakhir dari saudara Oky asal Semarang yang menghembuskan napas terakhirnya di Gunung Merbabu. Dilansir dari koran yang menyatakan bahwa itu adalah pendakian pertama Oky. Dan ketika mengevakuasi jasad, korban berada dalam tenda bersama orang lain yang bukan rombongannya. Ada kemungkinan dia terpisah dengan teman perjalanannya.

Keterbatasan pengetahuan dan informasi seputar gunung yang akan didaki bisa menjadi petaka buat kita. Pelajarilah dengan cermat dan tepat gunung yang akan kamu daki. Sesungguhnya persiapan adalah modal utama yang sangat penting sebelum kita pergi mendaki.


Yang kedua adalah buruknya manajemen P3K, logistik dan kurangnya persiapan pendakian. Masalah makan dan kesehatan di gunung itu sangatlah penting.

Selain pengetahuan tentang keadaan gunung yang akan kita daki, manajemen P3K dan logistik juga merupakan hal fatal yang sering diabaikan oleh para pendaki pemula. Meski kamu kuat untuk menahan perut lapar dan udara dingin, namun gunung tak akan memaafkan siapapun yang meremehkan kesehatan. Alam bisa berbuat apapun untuk bertekuk lutut di hadapannya. Maka dari itu susun dan persiapkan dengan baik P3K dan logistik. Jangan asal ngawur dalam memperkirakan.

Masih pada kasus Oky yang mungkin terpisah dari rombongannya hanya membawa beberapa perlengkapan yang sangat tidak memadai untuk pendakian. Menurut kakaknya, perlengkapan yang dibawa Oky memang hanya sedikit. Setahunya dia hanya membawa celana pendek, satu celana panjang, kaos oblong, jaket dan sarung tangan serta tak ketinggalan tongsis yang ia masukkan ke dalam carrier.

Sebagai pendaki setidaknya ada kotak P3K dan logistik dibawa. Jangan biarkan dirimu tidak membawa obat ataupun makanan. Kalau kamu terpisah dengan rombongan, setidaknya kamu masih mempunyai cadangan untuk bertahan. Bisa dibayangkan jika kamu terpisah dan kamu nggak bawa apa-apa?


Perhatikan musim yang baik untuk mendaki. Musim hujan terkadang sangat kurang bersahabat karena rawan juga terjadi badai.

Hal kecil yang nggak jarang dilupakan pendaki adalah membawa jas hujan. Memang jas hujan itu remeh, tapi begitu penting untuk keselamatan kita di gunung. Menjaga kita dari basah dan menjauhkan dari hipotermia. 
Meski jas hujan tidak bisa menjadi barometer gejala hipotermia yang melandamu, setidaknya kamu nggak kedinginan karena hujan. 

Musim hujan memang cukup bahaya untuk mengagendakan waktumu untuk mendaki gunung. Pertama karena faktor cuaca yang tak bersahabat yang bisa membuat perjalanan makin sulit dan kedua karena kondisi kesehatan pendaki juga dipengaruhi cuaca. Sekali lagi kasus kematian Oky menjadi tamparan bagi para pendaki di Indonesia. Kelalaian dalam mengantisipasi tingginya curah hujan dan kembali lagi pada persiapan yang kurang matang dan terkesan menyepelekan akan menjadikan kabar duka.


Jangan pernah remehkan cuaca yang bisa menyebabkan hipotermia. Ingat hipotermia bukanlah kesurupan!

Seperti kasus yang dulu pernah terjadi pada pendaki berusia 16 tahun asal Bekasi, Shizuko Rizmadhani yang takluk karena cuaca dingin di Kandang Batu Gunung Gede-Pangrango. Salah satu temannya mengatakan bahwa gadis ini kesurupan. Bahkan dalam kesurupan itu dia minta beberapa bungkus kopi untuk dikonsumsi tanpa air. Padahal kafein dalam kopi bisa membuat seseorang dehidrasi. Apalagi jika lebih dari 2 bungkus? dan kejadian ini dikira kesurupan.

Kasus duka terbaru di Gunung Merbabu menjadi bukti bahwa hipotermia tidak bisa dianggap remeh. Oky ditemukan tewas dalam tenda dan dinyatakan mengalami hipotermia. Pagi pukul 5.30 ketika seorang pendaki yang setenda dengannya hendak membangunkan Oky, ternyata dia sudah tidak bernafas.

Dehidrasi memang menjadi momok bagi para pendaki, tapi cuaca yang menyebabkan hipotermia menjadi mimpi buruk bagi siapapun. Hipotermua adalah gejalan dimana suhu tubuh melemah dari biasanya. Penurunan ini disebabkan oleh cuaca yang kadang tidak bisa diterima oleh keadaan tubuh normal.
Akibatnya orang tersebut akan jatuh dan menggigil dengan tidak wajar. Saat-saat seperti inilah orang disekitarnya harus cekatan untuk segera menolong. Jangan pernah remehkan gejala hipotermia ini.

 Sebuah keraguan yang kamu rasakan bisa menjadi penanda bahwa kamu harus menunda pendakian. Terkadang firasat itu sering betul terjadi.

Seharusnya kita dan alam adalah harmonisasi bukan tentang harga atau pembuktian diri.

Sebuah pendaki haruslah memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan memperhatikan kemampuan diri. Ketika kamu ragu dalam pendakian sebaiknya urungkan saja niatmu. Keragu-raguan secara psikologis menandakan bahwa kamu belumlah siap. 
Akan menjadi lebih buruk lagi ketika kamu ragu untuk mendaki dan kamu dalam kondisi persiapan dan kesehatan yang kurang baik. Hal itu malah akan menambah petaka.

Belajar dari tragedi yang menimpa Oky, bahwa sebelumnya dia ragu antara mau berangkat atau tidak. Tetapi kemudian ia tetap berangkat dan akhirnya sebuah petaka menghampirinya.

Ingat tujuan kita naik gunung adalah turun lagi dan kembali kerumah dengan selamat, bukan kembali hanya tinggal nama.



- dikutip dari beberapa sumber



Bagikan

Jangan lewatkan

Selamat Jalan Pendaki, Semoga Duka Ini Yang Terakhir
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 comments:

Tulis comments
avatar
6 March 2020 at 20:13

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Reply